Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Budidaya Kepiting Soka dengan Metoda Sangkar Massal Suswanto, Iman; Sirodjul Munir, Achmad Mulyadi
Jurnal Pengabdi Vol 1, No 1 (2018): APRIL 2018
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2854.997 KB) | DOI: 10.26418/jplp2km.v1i1.25467

Abstract

Mangrove forest stores enormous economic potential. Economic activity in the mangrove forest village Dabong was catching mangrove clams, fish, shrimp and mud crab. Cultivation of soft-shelled crabs can be done with simple methods such as single cage and mass cage combained moulting pool to facilitate moulting monitor the change of the crab skin. Advantages of moulting pool are  ease moulting time monitoring and crab moulting secure against attack other animals.Cultivation of soft-shelled crabs need to be developed extensively for broad economic benefits for the sailor. The results indicate that the development of aquaculture activities shelled crabs using mass cage and moulting pool provide greater benefits. Labor productivity with the same can be increased up to 4- fold compared to a single cage aquaculture way. Excellence moulting pool caused by intensive monitoring for skin exchange both day and night.
EKSPLORASI CENDAWAN ENDOFIT SEBAGAI ANTAGONIS TERHADAP PATOGEN HAWAR BELUDERU (Septobasidium sp.) Rakasiwi, Ratih; Suswanto, Iman; -, Sarbino
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 2, No 2: Agustus 2013
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis cendawan endofit yang diisolasi dari jaringan batang lada dan kemampuan antagonis cendawan terhadap Septobasidium sp. Penelitian berlangsung selama empat bulan, mulai dari bulan Juni sampai September 2012 di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak. Cendawan diisolasi berdasarkan tiga kriteria batang lada yaitu tanaman sehat, terserang ringan dan terserang parah. Dari hasil isolasi diperoleh 14 jenis cendawan, 8 jenis merupakan cendawan endofit seperti Botryodiplodia sp., Aspergillus niger, Trichoderma harzianum, Fusarium Solani, Penicillium sp., Botryosphaeria sp., Mucor sp. dan Cunninghamella sp. sedangkan 6 jenis lainnya merupakan cendawan skunder pada tanaman lada. Cendawan endofit yang mempunyai kemampuan antagonis tinggi adalah Botryodiplodia sp. dengan besar kemampuan antagonis 64.26% 1,28 dan Trichoderma harzianum 57.87% 2,81. Kata kunci : Antagonis, Cendawan Endofit, Septobasidium sp.
PERANAN CENDAWAN ENDOFIT DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN FUSARIUM OXYSPORUM PENYEBAB PENYAKIT KUNING PADA TANAMAN LADA (PIPER NIGRUM L.) SECARA IN VITRO wulan, wahyu sri; suswanto, iman; sarbino, sarbino
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 1: April 2015
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan dominansi cendawan endofit yang diisolasi dari jaringan batang tanaman lada yang sakit dan sehat serta mengetahui peranan cendawan endofit dalam menghambat pertumbuhan Fusarium oxysporum penyebab penyakit kuning secara In vitro. Penelitian ini berlangsung selama ± 3 bulan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Untan. Cendawan diisolasi berdasarkan dua kriteria yaitu tanaman yang terserang penyakit kuning dan  tanaman sehat. Masing-masing kriteria diambil 5 sampel secara purposif. Hasil isolasi diperoleh tanaman sehat memiliki cendawan endofit sebanyak 19 jenis, sedangkan tanaman sakit terdapat 7 jenis cendawan. Cendawan yang mendominasi tanaman sehat adalah Trichoderma harzianum sedangkan tanaman sakit didominasi oleh cendawan F. oxysporum. Nilai koefisien komunitas yang didapatkan sebesar 22.88%. Sebagian besar cendawan endofit yang ditemukan mampu berperan dalam menghambat pertumbuhan cendawan Fusarium oxysporum secara in vitro. Kata Kunci: Cendawan Endofit, Fusarium oxysporum, in vitro, Penyakit Kuning, Tanaman Lada
TINGKAT SERANGAN PENYAKIT SIGATOKA PADA PISANG KEPOK DAN BARANGAN DI KEBUN MASYARAKAT Fitriani, Aulia; suswanto, iman; sarbino, sarbino
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 2: Agustus 2015
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian dilakukan pada kebun pisang masyarakat di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap. Identifikasi patogen dilakukan di laboratorium penyakit Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Penelitian bertujuan untuk mengetahui penyebab penyakit bercak daun pisang, tingkat keparahan penyakit, dan mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh penyakit. Pengambilan data dilakukan dengan metode survey. Pengambilan sampel dilakukan secara sistematik random sampling. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa penyakit bercak daun disebabkan oleh beberapa jenis cendawan yaitu Cordana sp., Phyllosticta sp., Cladosporium sp., Helmintosporium sp,  Mycosphaerella sp.,  Fusarium sp., dan  Pestalotia sp. Secara umum, tingkat keparahan semakin meningkat dengan bertambahnya umur tanaman. Perkembangan penyakit pada pisang barangan lebih tinggi dibandingkan pada pisang kapok. Tingginya tingkat serangan penyakit tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pisang.
PENGENDALIAN HAMA KUMBANG BADAK PADA KEBUN KELAPA MASYARAKAT Suswanto, Iman; Sarbino, Sarbino; Maherawati, Maherawati
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 4, No 5 (2020): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.586 KB) | DOI: 10.31764/jmm.v4i5.2953

Abstract

Abstrak: Kelapa sebagai tanaman yang diusahakan turun-temurun masyarakat di Kecamatan Kubu, Kabupaten Kuburaya, menghadapi masalah serangan hama. Sebagian besar pohon kelapa terserang parah hama kumbang badak (Oryctes rhinoceros Linn). Dampak serangan hama menyebabkan penurunan produktivitas kelapa sangat drastis. Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan dengan metode ceramah dan praktek. Materi ceramah bertujuan untuk memberi bekal kepada masyarakat tentang perlindungan tanaman kelapa terhadap hama kumbang badak. Metode praktek dilakukan dengan transfer teknologi berupa, perbanyakan isolat Metarhizium spp. pada media jagung dan larva kumbang serta pembuatan perangkap kumbang badak menggunakan tumpukan sisa sampah kebun kelapa dan trapping dengan feromon. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa peserta menguasai perbanyakan Metharhizum spp. baik pada media jagung maupun larva. Peserta dapat membuat perangkap kumbang badak menggunakan sampah kebun. Pemasangan perangkap di 6 titik selama 10 minggu menunjukkan bahwa populasi kumbang badak di perkebunan kelapa tergolong tinggi. Secara keseluruhan penggunaan jamur Metarhizium dan feromon mampu mengurangi populasi kumbang badak. Pengendalian hama kumbang badak akan efektif apabila dilakukan oleh setiap petani kelapa dan dilaksanakan secara terus menerus sampai populasi hama dibawah ambang ekonomi. Abstract: As a plant cultivated from generation to generation in Kubu District, Kubu Raya Regency, coconut plants face pest attacks. Most of the coconut trees are badly affected by the rhinoceros beetle (Oryctes rhinoceros Linn). The impact of pest attacks caused a drastic decrease in coconut productivity. Community service activities are carried out using lecture and practical methods. The lecture material aims to provide provisions for the community about protecting coconut plants against rhino beetle pests. The practical method was carried out by transferring technology in the form of multiplication of isolates of Metharhizum spp. in the media of maize and beetle larvae and making rhino beetle traps using a pile of coconut garden waste and trapping with pheromones. The activity results showed that the participants mastered the propagation of Metharhizum spp both on maize and larval media. Participants can make rhino beetle traps using garden waste. Laying traps at 6 points for ten weeks shows that the rhino beetle population in coconut plantations is high. Overall, the use of Metarhizium mushrooms and pheromones was able to reduce the rhino beetle population. Rhino beetle control will be useful if done by every coconut farmer and carried out continuously until the pest population is below economic threshold
Teknologi Tepat Guna Pemurnian Minyak Kelapa Tradisional Di Desa Mengkalang Jambu Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat Maherawati; Iman Suswanto
Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 4 No. 3 (2020): Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/dinamisia.v4i3.3766

Abstract

Traditional coconut oil has the potential to be developed into commercial oil. These community service activities are a) coconut oil production practices, b) introduction of coconut oil refining technology and c) assessment of people's perceptions of coconut oil production. The variables used are the process of making oil, product quality, technology transfer and people's motivation to make oil. Questionnaire data were analyzed with contingencies to show the close relationship between variables and community groups. The results of the activity showed that there were two ways of making traditional coconut oil, using fresh coconut milk and fermented coconut milk. The resulting oil is crude coconut oil with a characteristic rancid odor, dark color and not durable. The process of oil production is a variable that shows real differences between young and old groups, while other variables are not significantly different. As many as 75% of young group respondents stated that the process of making coconut oil at a somewhat difficult to difficult level. The close relationship between the respondent group and the process of making coconut oil has high accuracy, which is 0.64. Improving coconut oil manufacturing techniques with the refining process can be one way to improve quality and efforts to support the commercialization of traditional coconut oil.
PENINGKATAN KUALITAS MINYAK KELAPA TRADISIONAL DENGAN TEKNOLOGI PEMURNIAN SEDERHANA Maherawati; Iman Suswanto
Jurnal Pengolahan Pangan Vol 7 No 1 (2022)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Alkhairaat Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/pangan.v7i1.66

Abstract

Pemanfaatan kelapa sebagai minyak telah dilakukan masyarakat, namun sebagian besar baru menghasilkan minyak kelapa mentah (crude coconut oil) yang belum layak untuk diperdagangkan karena berwarna gelap, berbau tengik, dan tidak tahan lama. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas minyak kelapa tradisional dengan teknologi pemurnian sederhana berupa netralisasi, degumminng, dan filtrasi. Pembuatan minyak kelapa tradisional di masyarakat umumnya menggunakan santan segar atau santan yang telah dimalamkan (santan fermentasi). Sebelum proses pemurnian, dilakukan karakterisasi minyak kelapa mentah dari bahan baku santan fermentasi dan santan segar. Pengujian karakteristik minyak menunjukkan bahwa minyak kelapa yang dibuat dari santan fermentasi mempunyai kadar asam lemak bebas (0,95±0,02%) yang lebih tinggi dibandingkan minyak dari santan segar (0,80±0,00%). Proses pemurnian minyak kelapa dilakukan dengan metode netralisasi menggunakan larutan NaOH 0,96%, proses degumming menggunakan garam, dan filtrasi menggunakan kain saring. Teknologi pemurnian sederhana berhasil menurunkan kadar air minyak kelapa dari 0,24±0,01% menjadi 0,11±0,02% setelah pemurnian dan menurunkan kadar asam lemak bebas dari 0,80±0,00% menjadi 0,33±0,02% setelah pemurnian. Minyak kelapa yang telah dimurnikan mempunyai kenampakan visual lebih jernih. Teknologi pemurnian yang dilakukan berhasil meningkatkan kualitas minyak kelapa tradisional yang dihasilkan masyarakat.
Improved properties of Pepper (Pepper nigrum L.) using Mutagen Ethyl Methane Sulphonate (EMS) Iman Suswanto; Indri Hendarti; Tris Haris Ramadhan
Jurnal Agroqua: Media Informasi Agronomi dan Budidaya Perairan Vol 20 No 2 (2022): Jurnal Agroqua
Publisher : University of Prof. Dr. Hazairin, SH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32663/ja.v20i2.3023

Abstract

The study aimed to determine the LC50 using EMS on pepper and obtain a better mutant than the parents. The material used was Indian variety pepper, and the chemical mutagen was Ethyl Methane Sulphonate (EMS). Two hundred Indian Cultivar pepper seeds obtained from community gardens were treated with EMS mutagen at a concentration of 0; 0.2; 0.4; 0.6; 0.8, and 1.0% with 3 hours of immersion. Observations consisted of germination, mutagen damage and agronomic characters. The LC50 calculation was obtained from the regression relationship of dead sprouts with several doses of EMS application which had the best fitting curve with the highest determination value (R2). The results showed that pepper germination was relatively low (62%). The impact of using EMS mutagens causes growth inhibition or even death of sprouts. The higher the concentration, the higher the mortality rate. The relationship between the concentration of mutagens and the mortality rate follows the polynomial equation y = 188.45x – 97.21x2 + 2.71 with a determination value of 99%. Based on the regression model, the LC50 value is 0.3%. In this study, the EMS concentration of 0.2% succeeded obtaining a better mutant pepper than the parental. indicated by increasing the length and width of the cotyledons, respectively, 20 and 24% greater than the control.
Uji Patogenisitas Metarhizium anisopliae terhadap Larva Kumbang Janur Kelapa (Brontispa longissima Gestro.) Annisa Atul Adawiyah; Indri Hendarti; Iman Suswanto
Jurnal Sains Pertanian Equator Vol 4, No 1: April 2015
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jspe.v4i1.9092

Abstract

ABSTRAK Metarhizium anisopliae merupakan cendawan entomopatogen yang dapatmenginfeksi banyak  jenis serangga hama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui patogenisitas M.anisopliae dalam mengendalikan larva hama kumbang janur kelapa (Brontispa longissima Gestro.) Hama kumbang janur kelapa merupakan salah satu hama penting pada tanaman kelapa. Penelitian berlangsung selama tiga bulan di Laboratorium Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Pontianak. Kegiatan meliputi uji pendahuluan menggunakan 6 perlakuan konsentrasi konidia dengan 3 ulangan dan didapatkan LC50 kemudian dilakukan uji lanjut dengan menggunakan kisaran di antara LC50 dengan nilai 6,1 x 104Metode aplikasi yang digunakan adalah metode semprot langsung pada 10 larva uji yang sudah ada di lipatan janur dalam cawan petri. Variabel pengamatan meliputi persentase mortalitas larva, viabilitas spora, persentase pupa yang dihasilkan, dan persentase imago yang dihasilkan. Data yang didapatkan terlebih dahulu dikoreksi dengan menggunakan rumusAbbott’s kemudian dianalisis menggunakan Statistical Analysis System (SAS).Pada konsentrasi 6,1 x 106 konidia/ml dapat menyebabkan kematian 95% sedangkan pada konsentrasi 6,1 x 102 konidia/ml menyebabkan kematian 45%. Semakin tinggi konsentrasi konidia M.anisopliae makapersentase pupa dan imago yang terbentuk semakin rendah sedangkan viabilitas dari konidia yang digunakan termasuk kategori  baikdengan nilai 66.32%.
PERBAIKAN DAYA ANTAGONIS TRICHODERMA HARZIANUM RIFAI TERHADAP SEPTOBASIDIUM Spp. MELALUI SINAR UV SUSWANTO, IMAN; RAMADHAN, TRIS HARIS
Jurnal Agroteknos Vol 4, No 3 (2014)
Publisher : Jurnal Agroteknos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.986 KB)

Abstract

Currently velvet blight Septobasidium spp. is a major disease of pepper in West Kalimantan. Some control efforts have been made despite lack of satisfactory results. This study aimed to obtain mutant isolates of Trichoderma harzianum which can suppress velvet blight. Mutation was done by UV radiation from the UV-C lamp 15 watt, at range 3-21 minutes exposure series with an interval of 3 minutes. The research results showed that exposure to T. harzianum for 6-9 mins resulted in quicker life cycle of the mutant isolates and still maintain antagonistic properties against Septobasidium spp. UV exposure to T. harzianum more than 18 minutes caused disruption of mycelium growth and sporulation