Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Geometrically Complex, Relatively Weak, and Subcritically Stressed Lembang Fault May Lead to a Magnitude 7.0 Earthquake Palgunadi, Kadek Hendrawan; Simanjuntak, Andrean Vesalius Hasiholan; Ry, Rexha Verdhora; Daryono, Mudrik Rahmawan; Widiyantoro, Sri; Warnana, Dwa Desa; Triahandini, Agnis; Syaifuddin, Firman; Ahmadiyah, Adhatus Solichah; Sirait, Anne Meylani Magdalena; Suryanto, Wiwit
Journal of Engineering and Technological Sciences Vol. 57 No. 1 (2025): February
Publisher : Directorate for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.eng.technol.sci.2025.57.1.10

Abstract

The Lembang Fault is one of the major faults in the province of West Java, approximately 10 km north of its capital, Bandung, a city inhabited by more than 2 million people. The fault exhibits distinct geometrical characteristics in its 29 km length, transitioning from normal, strike-slip, to vertical faulting mechanisms. Two studies have evidence of a normal fault with a dip direction to the north and a thrust fault with a dip direction to the south. Despite the lack of significant recorded earthquakes, the Lembang Fault is active and poses a high seismic hazard to the surrounding region. Previous deformation studies estimate that the fault could produce earthquakes of magnitude 6.7 to 7.0, though these estimates do not account for the fault's unique geometry, which includes bends at both its eastern and western ends. This geometrical complexity can significantly affect slip distribution, potentially leading to over- or underestimating earthquake magnitude. In this study, we assess the earthquake potential of the Lembang Fault using 3D dynamic rupture simulations that incorporate the fault's geometrical complexity, 3D velocity structure, and plastic deformation. Our simulations indicate that the fault's complex geometry enhances rupture slip to the east while halting it to the west, resulting in rupture along 80% of the fault's total length. However, according to our model, a self-sustained runaway rupture scenario occurs only if the fault is characterized by relatively weak apparent strength, subcritical stress, and overpressurization. This worst-case scenario could result in a magnitude 7.0 earthquake, posing a significant threat to the densely populated nearby city. Therefore, our findings have crucial implications for seismic hazard assessment around the Lembang Fault.
Analisis Independent Inversion Gelombang Pp Dan Ps Dengan Menggunakan Inversi Post-Stack Untuk Mendapatkan Nilai Vp/Vs Wigantiyoko, Gigih Prakoso; Utama, Widya; Syaifuddin, Firman
Jurnal Geosaintek Vol. 2 No. 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rasio Vp/Vs merupakan parameter yang sering kali digunakan dalam interpretasi bawah permukaan jika memiliki kondisi yang kompleks (terdapat medium yang tersaturasi fluida). Akibat yang ditimbulkan dari medium yang tersaturasi fluida adalah adanya struktur-struktur bawah permukan yang tidak dapat terbaca oleh data seismik (seismik PP) sehingga menimbulkan kesulitan pada saat proses interpretasi. Untuk menghasilkan gambaran seismik yang baik, maka perlu adanya data seismik yang mampu memetakan bawah permukaan lebih baik. Gelombang seismik terkonversi (seismik PS) dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan tersebut. Perbedaan antara gelombang seismik PP dan PS hanya terletak pada jenis gelombang yang dapat direkam oleh geophone. Jika seismik PP menggunakan source gelombang P dan merekam gelombang P, namun untuk seismik PS menggunakan source gelombang P dan merekam gelombang S. Dalam penelitian ini digunakan gelombang seismik PS dan PP untuk menghasilkan nilai Vp/Vs. Nilai Vp/Vs didapatkan dari proses inversi secara terpisah (independent inversion) antara gelombang PP dan PS. Hasil akhir yang didapatkan dari penelitian ini adalah berupa penampang Vp/Vs, sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam mendeskripsikan litologi bawah permukaan.
Analisis Perbandingan Antara Respon Seismik Sintetik Pp Dan Ps Berdasarkan Pemodelan Substitusi Fluida Pada Sumur Linzai, Nova; Syaifuddin, Firman; Widodo, Amin
Jurnal Geosaintek Vol. 2 No. 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian yang bertujuan untuk menganalisa perbandingan sintetik PP dan PS berdasarkan pemodelan sumur. Penelitian ini mencakup pemodelan data sumur dan pembuatan seismik sintetik gather PP dan PS. Pemodelan data sumur yang dilakukan adalah pemodelan substitusi fluida (100% air, minyak dan gas) dengan teori Gassman dan proses editing log. Pembuatan seismik sintetik gather PP dan PS berdasarkan prinsip gelombang elastik dengan memanfaatkan komponen vertikal dan horizontal. Pemodelan sintetik ke depan menggunakan prinsip ray tracing dengan jumlah offset 101 dengan range offset 0-4000m. Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil dari substitusi fluida sangat mempengaruhi kecepatan gelombang P dan densitas, sedangkan perubahan terhadap kecepatan gelombang S tidak terlalu signifikan. Reservoir merupakan sand gas sehingga nilai kecepatan gelombang P ketika disubstitusi gas lebih besar daripada minyak. Hasil dari sintetik gather PP dan PS adalah perbedaan time position. Efek substitusi fluida (fluida pengisi pori batuan) terhadap respon seismik berupa time delay (efek gas) akibat adanya penurunan kecepatan gelombang P.
Inversi Bersama Gelombang Pp Dan Ps (Joint Pp And Ps Inversion) Untuk Menganalisa Litologi Reservoir Dezulfakar, Hafidz; Syaifuddin, Firman; Utama, Widya
Jurnal Geosaintek Vol. 2 No. 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan gelombang P (PP wave) dalam eksplorasi seismik kurang mampu menggambarkanlitologi khususnya pada daerah yang tersaturasi fluida. Gelombang PS (converted wave) yang merupakanhasil pantulan gelombang P menjadi gelombang S telah digunakan untuk mengatasi permasalahantersebut dengan menggunakan proses inversi yang mengkombinasikan kedua data seismik PP dan PSsecara bersamaan (joint inversion). Hasil joint inversion berupa parameter impedansi akustik (impedansiP), impedansi shear (impedansi S), densitas serta parameter turunan yaitu rasio Vp/Vs yang lebih sensitifterhadap litologi dan fluida. Dilakukan dua alur penelitian, alur penelitian pertama menggunakan dataseismik PS stack PS time yang harus dilakukan proses konversi domain waktu dari domain PS timemenjadi domain PP time. Hasil pada alur penelitian pertama memiliki hasil yang kurang baik dikarenakanadanya keterbatasan pada proses konversi domain. Pada alur penelitian kedua digunakan data seismikPS stack PP time yang menjawab keterbatasan pada alur penelitian pertama. Sehingga didapat hasilinversi berupa parameter impedansi P, impedansi S, densitas, dan rasio Vp/Vs dengan nilai korelasiterhadap sumur secara berturut-turut adalah 0.955339, 0.936588, 0.923806 dan 0.781296. Didapatsebaran litologi sandstone dan shale dari crossplot parameter impedansi P dan impedansi S. Sedangkanlitologi reservoir sandstone tersaturasi hidrokarbon didapat dari crossplot antara parameter impedansi Pdan rasio Vp/Vs. Dengan demikian, reservoirsand stone tersaturasi hidrokarbon dapat diperkirakanterletak di antara kedalaman marker sumur beta1 dan MF4 yaitu pada kedalaman sekitar 1350 ms dan1400 ms.
Pemodelan Data Seismik Lingkungan Vulkanik Ghazalli, Muhammad; Widodo, Amien; Syaifuddin, Firman
Jurnal Geosaintek Vol. 2 No. 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Eksplorasi hidrokarbon saat ini mengharuskan geosaintis untuk mencari area baru yangsebelumnya dianggap tidak menghasilkan hidrokarbon. Dengan ditemukannya rembesan minyak padadaerah vulkanik mengindikasikan adanya petroleum play aktif yang memiliki cadangan hidrokarbon.Ketidakmampuan gelombang seismik untuk menggambarkan bawah permukaan pada daerah vulkanikmenjadikan dibutuhkannya pemodelan seismik. Pemodelan seismik akan memodelkan ataumerekonstruksikan penjalaran gelombang seismik pada model geologi yang telah ditentukan, padakasus ini model geologi yang digunakan adalah model geologi pada lingkungan vulkanik. Penelitian inimenggunakan 2 model, yang pertama adalah model “Kue Lapis” dan yang kedua adalah model “Serayu”yang merupakan model kompleks dari cekungan North Serayu di Jawa tengah. Kedua model tersebutmemiliki lapisan basalt dengan tebal 200 m yang menutupi lapisan bawahnya yang menjadi targetkarena menyimpan cadangan hidrokarbon. Dari hasil pemodelan dapat dilihat fenomena gelombangketika merambat melalui lingkungan vulkanik. Data hasil pemodelan kemudian direkonstuksikan ulangdengan menggunakan pengolahan data seismik menggunakan alur pengolahan seismik konvensionalmulai dari geometri hingga migrasi. Hasil olahan tersebut akan dibandingkan dengan model yang telahdibuat dan dilakukan analisa. Dihasilkan bahwa dibutuhkan disain akuisisi yang khusus untuk lingkunganvulkanik karena keterbatasan gelombang untuk melakukan penetrasi pada lapisan tipis dan memilikikontras kecepatan yang besar lalu pengaruh koreksi statik yang sangat mempengaruhi data dikarenakanelevasi topografi dan kemudian ditemukan fenomena multiple ketika gelombang melewati lapisan basaltdan berkurangnya resolusi seismik ketika melewati lapisan basalt dikarenakan gelombang cenderungditeruskan mengikuti hukum Fermat.
Pengukuran Resistivitas Model Terowongan Dalam Rangka Evaluasi Desain Sistem Monitoring Menggunakan Metoda Resistivitas Syaifuddin, Firman
Jurnal Geosaintek Vol. 2 No. 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan teknologi transportasi masal yang berkembang di indonesia khususnya didaerah perkotaan saat ini banyak terkendala oleh kurang tersedianya lahan, sehingga memaksapemerintah untuk membuat sarana transportasi masal dengan kebutuhan lahan minim, salah satualternatif solusi adalah sarana transportasi dengan sistem terowongan. Kondisi iklim Indonesia yangmemiliki tingkat kelembaban udara dan tingkat pelapukan yang tinggi mengakibatkan mudahberkurangnya kekuatan suatu bangunan khususnya terowongan yang dibangun di bawah permukaantanah. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kejenuhan air pada lapisan tanah atau batuan penutupsuatu terowongan. Dengan memanfaatkan sifat resistivitas air yang rendah maka dapat dilakukanmonitoring kekuatan suatu bangunan terowongan dengan metoda resisitivitas. Metoda resistivitas adalahsalah satu metoda geofisika yang memanfaatkan sifat kelistrikan suatu meterial tertentu untukmengetahui kondisi suatu lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan. Pada penelitian ini, sebagaibagian dari evaluasi desain sistem monitoring kondisi bangunan terowongan dilakukan pembuatan modelfisik terowongan dengan skala tertentu. Model fisik dibuat dengan menggunakan beberapa material yangberbeda agar dapat merepresentasikan sifat batuan pada kondisi sebenarnya. Hasil pengukuranresistivitas secara jelas dapat menunjukan adanya terowongan yang memiliki nilai resistivitas tinggisedangkan lapisan yang tingkat kejenuhan airnya tinggi ditunjukan dengan nilai resistivitas yang rendah.
Karakterisasi Reservoir Karbonat Dengan Aplikasi Seismik Atribut Dan Inversi Seismik Impedansi Akustik Alifudin, Ridho Fahmi; Lestari, Wien; Syaifuddin, Firman; Haidar, M. Wahdanadi
Jurnal Geosaintek Vol. 2 No. 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Analisis reservoir sangat penting dalam dunia minyak dan gas pada suatu wilayah untuk mengetahui cadangan maupun karakter dari reservoir itu sendiri. Oleh karena itu adanya analisis seismik atribut dan aplikasi seismik inversi dapat membantu interpreter mempermudah dalam menganalisis reservoir. Dari data seismik, geologi dan data sumur, peneliti dapat menganalisis prospek keberadaaan hidrokarbon pada daerah penelitian. Metodologi pengerjaan penelitian ini meliputi tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data log dan seismik, interpretasi horizon dan fault, pembuatan time & depth structure map, analisis atribut seismik dan inversi seismik. Reservoar Karbonat pada lapangan penelitian mempunyai nilai impedansi yang tinggi yaitu 35392 – 48482 ((ft/s)*(g/cc)), namun terdapat potensi hidrokarbon pada reservoar dengan nilai impedansi lebih rendah yaitu 30717 – 34645 ((ft/s)*(g/cc)).
Aplikasi Metode Join Inversi Seismic Gravity untuk Imaging Bawah Permukaan Daerah Geologi Kompleks Surya, Triswan Mardani Ade; Utama, Widya; Syaifuddin, Firman; Novitasari, Lita
Jurnal Geosaintek Vol. 2 No. 3 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kondisi geologi kompleks dekat permukaan terjadi ketika body batuan dengan kecepata tinggi terbawa dekat ke permukaan. Batuan tersebut dapat berupa batuan beku ataupun karbonat. Keberadaan batuan tersebut dapat menyebabkan meningkatnya kontras kecepatan dekat permukaan. Tingginya kontras kecepatan menyebabkan kesulitan untuk mendapatkan gambaran bawah permukaan dengan metode konvensional seperti travel time tomography. Join inversi dari dua data geofisika merupakan salah satu teknik untuk mendapatkan gambaran bawah permukaan. Pada studi ini metode yang digunakan adalah metode join inversi seismik dan gravity. Pada studi ini data yang digunakan adalah data seismik sintetik yang merupakan hasil dari forward modelling model kecepatan. Nilai kecepatan pada model memiliki rentang 1000 m/s hingga 5800 m/s. Metode yang digunakan untuk forward modelling data seismik dan gravity adalah metode finite difference sedangkan metode talwani. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa model kecepatan hasil join inversi tomografi travel time dan gravity lebih baik dibandingkan dengan metode travel time tomografi sendiri. Perbedaan yang signifikan ditunjukkan oleh bentuk dari bentuk body kecepatan tinggi dan munculnya lapisan dengan kecepatan rendah. Selain itu metode join inversi juga menunjukkan peningkatan gambaran struktur geologi, dan nilai kecepatan.
Eksplorasi Geomagnetik untuk Penentuan Keberadaan Pipa Air di Bawah Permukaan Bumi Utama, Widya; Warnana, Dwa Desa; Hilyah, Anik; Bahri, Ayi Syaeful; Syaifuddin, Firman; Rismayanti, Hasibatul Farida
Jurnal Geosaintek Vol. 2 No. 3 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam penerapannya, metode geomagnetik dipakai untuk memetakan struktur perlapisan di bawah permukaan atau deposit mineral logam yang bersifat feromagnetik. Metode ini tergolong pasif karena menggunakan medan magnet bumi sebagai sumbernya. Dalam penelitian ini, telah dilakukan pengukuran medan magnetik bumi untuk mengetahui keberadaan pipa air (hidrant) yang tertanam di bawah permukaan tanah, di taman BAAK kampus ITS. Pengukuran medan magnetik bumi dilakukan dalam bentuk jejaring titik ukur dengan lintasan sejumlah 10 dan jarak antar titik ukur adalah 5 m. Pada saat dilakukan pengukuran, terdapat lalu lalang beberapa kendaraan bermotor yang tidak bisa dihindari. Pengukuran medan magnetik dilakukan dengan menggunakan proton magnetometer. Sebagai titik referensi, dipilih sebuah titik Base Station (BS) yang bebas dari pengaruh benda logam. Data medan magnet terukur harus dikoreksi untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik. Nilai anomali tersebut berasosiasi dengan keberadaan benda target eksplorasi geomagnetik. Koreksi yang dilakukan adalah koreksi diurnal (yang mengacu ke titik BS) dan koreksi standar IGRF (sebagai acuan, yaitu nilai medan magnet bumi normal). Peta kontur medan magnetik anomali diperoleh dengan software Surfer. Filtering dengan low pass filter dilakukan untuk menihilkan pengaruh magnetik yang ditimbulkan oleh lalu lintas kendaraan bermotor yang lewat selama masa pengukuran. Peta kontur tersebut diolah lebih lanjut dengan software Magpick dan Mag2DC untuk mempertegas keberadaan benda penyebab anomali magnetik. Berdasarkan hasil perhitungan model anomali, dapat diperoleh distribusi nilai suseptibilitas magnetik. Dengan demikian, dapat ditentukan secara kualitatif keberadaan benda anomali berdasarkan perbedaan nilai suseptibilitas di bawah permukaan tanah. Untuk pembangunan infrastruktur, metode geomagnetik dipakai sebagai langkah awal untuk memahami kondisi dan struktur pelapisan bawah tanah, serta dapat memberi arti efisiensi dalam perencanaan pekerjaan pembangunan infrastruktur.
Karakterisasi Reservoar pada Litologi Karbonat Menggunakan Analisa Inversi Simultan Di Lapangan “MAF” Afianto, M. Afif; Lestari, Wien; Syaifuddin, Firman; Marianto, Farid Dasa
Jurnal Geosaintek Vol. 2 No. 3 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam dunia interpretasi geofisika, metode inversi masih menjadi metode efektif untuk mengetahui karakterisasi dari reservoar yang diteliti. Dari berbagai macam metode inversi, dikenal salah satunya adalah Inversi Acoustic Impedance (AI), yang telah dikenal dan digunakan untuk karakterisasi reservoar, baik dalam membedakan litologi maupun fluida. Namun, keterbatasan dari inversi AI adalah ketika membedakan litologi maupun fluida pada tipe batuan yang kompleks, yaitu karbonat. Karbonat memiliki karakteristik yang sulit untuk diprediksi dimana sering kali dijumpai memiliki nilai Impedansi dengan ambiguitas tinggi. Inversi Simultan menggunakan data seismik berupa angle yang terbagi kedalam near, mid dan far angle. Kemudian dilakukan inversi secara bersamaan menggunakan data angle gather dan wavelet hasil estimasi dari tiap range angle stack. Hasil yang didapatkan dari inversi ini adalah parameter Impedansi P, Impedansi S, Densitas dan rasio Vp/Vs, yang didapatkan melalui data gelombang P dan gelombang S. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi reservoar dengan menggunakan inversi simultan pada litologi karbonat di Formasi Ngimbang menggunakan dua sumur, AF2 dan AF3. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, diketahui bahwa zona target memiliki nilai Impedansi P antara 33208 – 43341 (ft/s)*(gr/cc), Impedansi S antara 16088 – 25790 (ft/s)*(gr/cc), dengan persebarannya berada pada barat laut dari sumur AF2.