Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

The Analysis of Factors Related to Self Care of Men Who Have Sex with Men (MSM) with HIV/AIDS Inriyana, Ria; Wisaksana, Rudi; Ibrahim, Kusman
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 7, No 1 (2021): Volume 7, Nomor 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v7i1.33605

Abstract

ABSTRACTIntroduction : Men who have sex with men (MSM) contain the highest risk factor and contribute significantly to HIV / AIDS transmission. As a chronic disease, MSM with HIV / AIDS needs treatment and care for the rest of their lives. The complexity of HIV disease and its treatment makes self-care essential for the optimal health of people living with HIV. The Health Belief Model (HBM) factors can explain and predict self-care behavior in MSM with HIV/AIDS. Objectives :This study aims to analyze the dominant factors associated with self-care of MSM with HIV / AIDS. Methods: This research uses quantitative methods with correlation analytic design. The sampling process employed a purposive sampling of 78 respondents. Primary data collection was processed by a self-care assessment questionnaire and HBM through google forms online survey. The data were analyzed using the Pearson product-moment correlation test and multiple linear regression. Results: The results showed that the highest mean HBM was in perceived self-efficacy (23.18) and self-care in the spiritual domain (24.94). The bivariate results showed that self-care had a significant relationship with perceived susceptibility (r = 0.346, p 0.05), perceived benefits, (r = 0.255, p 0.05), and perceived self-efficacy (r = 0.406, p 0.05). The multivariate results found that perceived self-efficacy is the dominant factor (β = 0.406) which is related to the respondent’s self-care ability. Discussion: Most respondents have the belief that they are capable of self-care the higher the perceived self-efficacy, the better the chance of having self-care. Services that respect and value MSM as humans by providing motivation through counseling during Voluntary Counseling and Testing (VCT) play a role in maintaining and increasing perceived self-efficacy. Nursing care that is carried out with the belief that everyone has the ability to care for themselves can help the individual meet the needs of life, maintain health and well-being.ABSTRAKPendahuluan : Lelaki Seks Lelaki (LSL) merupakan faktor risiko tertinggi dan memberikan kontribusi penularan HIV/AIDS yang signifikan. Sebagai penyakit kronis, LSL dengan HIV/AIDS perlu melakukan pengobatan dan perawatan seumur hidupnya.Kompleksitas penyakit HIV dan pengobatannya membuat perawatan mandiri (self-care) penting untuk kesehatan ODHA yang optimal. Melalui faktor-faktor Health Belief Model (HBM) dapat menjelaskan dan memprediksi perilaku self-care pada LSL dengan HIV/AIDS. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor dominan yang berhubungan dengan self-care LSL dengan HIV/AIDS. Metode : Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain analitik korelasi. Penarikan sampel menggunakan purposive sampling sebanyak 78 responden. Pengumpulan data primer dengan kuesioner self-care assessment dan HBM melalui online survey menggunakan google formulir. Data di analisis menggunakan uji korelasi pearson product moment dan regresi linier ganda. Hasil : Hasil penelitian didapatkan rerata HBM tertinggi pada perceived self efficacy (23.18) dan self-care pada domain spiritual (24.94). Hasil bivariat menunjukkan bahwa self-care memiliki hubungan yang signifikan dengan perceived susceptibility (r=0.346,p0.05), perceived benefits, (r=0.255,p0.05),dan perceived self-efficacy (r=0.406,p0.05). Hasil multivariat ditemukan bahwa perceived self efficacy merupakan faktor dominan (β=0.406) yang berhubungan dengan kemampuan self-care responden. Diskusi : Sebagian besar responden memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu untuk melakukan perawatan mandiri, semakin tinggi perceived self efficacy maka berpeluang memiliki self-care yang semakin baik. Layanan kesehatan yang menghormati dan menghargai LSL sebagai manusia dengan pemberian motivasi melalui konseling saat Voluntary Counseling and Testing (VCT) berperan guna mempertahankan dan meningkatkan perceived self efficacy. Asuhan keperawatan yang dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri dapat membantu individu tersebut memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan.
Penguatan Pengetahuan dan Perilaku Hidup Sehat Orang dengan HIV pada Masa Pandemi Covid 19 Kusman Ibrahim; Yusshy Kurnia Herliani; Laili Rahayuwati; Witdiawati Witdiawati; Ria Inriyana
Media Karya Kesehatan Vol 5, No 1 (2022): Media Karya Kesehatan
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mkk.v5i1.36108

Abstract

Penyakit HIV masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia. Keberadaan virus HIV dalam tubuh orang hidup dengan HIV (ODHIV) membawa ancaman terhadap status kesehatannya. Gejala fisik, psikis dan psikososial seringkali menyertai ODHIV, sehingga menjaga status kesehatan menjadi hal yang sangat penting, terutama pada masa pandemi covid saat ini.  Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah meningkatkan pengetahuan ODHIV dalam melaksanakan perilaku hidup sehat dan cermat dalam menjaga status kesehatan agar tetap sehat dan produktif dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Metoda pelaksanaan kegiatan Program Pengabdian Masyarakat ini adalah pendidikan masyarakat melalui lokakarya kesehatan dengan sasaran para ODHIV dan pendamping sejumlah 30 orang. Kegiatan dimulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Hasil kegiatan ada perubahan signifikan dalam  pengetahuan.  Skor pengetahuan peserta tentang perawatan kesehatan dimasa Pandemik secara rerata pada setiap item dapat dilihat terdapat peningkatan skor rerata sebelum (M=8,67 SD=0,96) dan rerata setelah (M=9,20 SD=1,03). Melalui uji beda dengan t-test, terdapat perbedaan yang bermakna antara skor rerata pengetahuan sebelum dan setelah kegiatan (p=0,007). Dapat disimpulkan bahwa kegiatan lokakarya ini cukup efektif dalam meingkatkan pengetahuan peserta tentang perawatan kesehatan di masa Pandemik bagi Orang hidup dengan HIV. Kata kunci: ODHIV, Pandemi Covid 19, Perilaku Hidup Sehat
STUDI KASUS: OBSERVASI PERBAIKAN LUKA PADA PASIEN WOUND DEHISCENCE DENGANNEGATIVE PRESSURE WOUND THERAPY (NPWT) DI RUANG KEMUNING V RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG Budiawan, Heri; Nugroho, Cahyo; Inriyana, Ria; Rahayu, Urip; Ibrahim, Kusman; Mustari Aji, Nandang
Jurnal Perawat Indonesia Vol. 5 No. 1 (2021): May 2021
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.218 KB) | DOI: 10.32584/jpi.v5i1.580

Abstract

Manajemen bedah dengan sistem tekanan negatif atau negative pressure wound therapy (NPWT) ini dapat menjadi pendekatan baru untuk mengurangi komplikasi luka seperti wound dehiscence. Didapatkan beberapa penelitian mengenai perbaikan luka setelah dilakukan intervensi NPWT, namun sedikit yang mengungkap secara keseluruhan dengan memaparkan berdasarkan data demografi, faktor-faktor wound dehiscence, dan observasi perbaikan luka pada pasien wound dehiscence dengan NPWT. Metode yang digunakan yaitu informed consent, pengumpulan data melalui data primer dan sekunder, lalu dokumentasi. Kriteria inklusi pada studi kasus ini yaitu responden dengan usia >18 tahun, post operasi dengan infeksi akut, infeksi luka post operasi < 3 minggu, dan terpasang NPWT. Didapatkan sampel pada studi kasus ini terdiri dari 2 orang. Data demografi menunjukkan bawa jenis kelamin, usia, lama rawat dan lokasi luka berpengaruh terhadap perbaikan luka. Faktor-faktor wound dehiscence terdapat pengaruh yaitu hipoalbumin, anemia, imobilisasi, dan penyakit penyerta, dimana untuk penyakit penyerta hanya terdapat pada pasien 2. Pengkajian luka pada post NPWT hari ke 6 yaitu lokasi, eksudat, kulit sekitar luka, dan terapi mempengaruhi terhadap perbaikan luka. Simpulan, perbaikan luka pada pasien 1 post pemasangan NPWT terlihat derajat perbaikan yang signifikan ditandai dengan adanya granulasi, pengurangan eksudat sesuai dengan konsep tahapan perbaikan luka. Namun pada pasien 2 pada post 6 hari pemasangan NPWT belum terlihat adanya perbaikan yang signifikan ditandai dengan belum terlihatnya adanya granulasi pada luka tersebut. Keterlambatan perbaikan luka pada pasien 2 dikaitkan dengan faktor penyakit penyerta (diabetes mellitus tipe 2), status vaskularisasi dan oksigenasi.
Kegiatan Home Visit dan Edukasi Kesehatan Sebagai Upaya Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular Sakinah, Hajar Zulva; Chaerina, Laeli; Amelia, Lienji; Andini, Neng Diana Putri; Agista, Ria; Nursyahrani, Rifqa Adistie; Widyadhari, Widyadhari; Inriyana, Ria
Bina Sehat Masyarakat Vol 4, No 1 (2024)
Publisher : Bina Sehat Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/bsn.v4i1.73421

Abstract

Menurut World Health Organization dalam tiga dekade terakhir hingga tahun 2022, beban penyakit yang terjadi di dunia telah berubah dari Penyakit Menular menjadi Penyakit Tidak Menular. Setiap tahunnya, Penyakit Tidak Menular menyebabkan terjadinya kematian kepada 41 juta orang atau setara dengan 74% penyebab kematian yang terjadi di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi Penyakit Tidak Menular yang terjadi di RW 02 Desa Margamukti dan memberikan pendidikan kesehatan terhadap masyarakat, sehingga langkah-langkah yang tepat ke depannya dapat dilakukan. Metode penelitian ini dilaksanakan di Desa Margamukti Kecamatan Sumedang Utara khususnya Rw 02 yang meliputi Rt 01 sampai dengan RT 08, jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei dengan cara home visit. Dengan hasil dari proses visitasi terdata jumlah lansia sebanyak 163 orang. 100 orang berhasil dikunjungi dan dilakukan proses asuhan keperawatan, 47 orang diantaranya tidak dikunjungi karena tidak berada di rumah, dan 16 orang lainnya sudah meninggal dunia. Dari kunjungan visitasi mendapatkan jumlah presentase tertinggi 31% lansia memiliki komplikasi penyakit dan sebanyak 27% lansia tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Kesimpulannya kegiatan home visit dan edukasi kesehatan ini dapat membantu lansia dalam deteksi dini penyakit tidak menular, dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat juga pemeriksaan rutin ke pelayanan kesehatan
Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular Pada Masyarakat Nurfalah, Aam Linda; Selvia, Dina; Haq, M. Iqbal Arinal; Wati, Putri Syalistia; Zahra, Siti Fatimah; Nurjanah, Yunisha Husnul; Inriyana, Ria
Bina Sehat Masyarakat Vol 4, No 1 (2024)
Publisher : Bina Sehat Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/bsn.v4i1.73427

Abstract

Terdapat tingkat kejadian Penyakit Tidak Menular (PTM) yang cukup tinggi di Desa Margamukti berdasarkan hasil survei, meliputi hipertensi dan diabetes melitus, terutama pada kelompok usia 50 tahun ke atas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Penyakit Tidak Menular (PTM) yang di derita masyarakat RW 03 Desa Margamukti dan  memberikan pendidikan mengenai cara mencegah, mengontrol, dan mengetahui faktor resiko dari penyakit PTM. Metode penelitian yang digunakan dengan pendekatan metode home visit atau door to door yang terbagi menjadi 6 kelompok ke setiap RT 01 – RT 06 di RW 03 Desa Margamukti. Hasil penelitian didapatkan bahwa angka hipertensi di masyarakat Desa margamukti paling banyak yakni Hipertensi tingkat I sistolik sebanyak 31.6% dan Diastolik normal sebanyak sebanyak 42.5%. Angka Suhu yang paling banyak yakni di suhu 36.0 - 37.5 sebanyak 86,7%. Angka Respiratory rate  yang paling banyak yakni di angka 16-22 x/m dengan 98,3% dan Angka paling banyak Saturasi Oksigen yakni 95-100 sebanyak 95%. Kesimpulan Masyarakat perlu meningkatkan kualitas kesehatan dengan membangun kesadaran serta peningkatan edukasi dalam mengontrol kesehatan secara teratur agar dapat terhindar dari penyakit khususnya penyakit tidak menular.
Peningkatan Pengetahuan dan Deteksi Dini Penyakit Hipertensi Krisis di Desa Margamukti Astuti, Ayu Prameswai Kusuma; Aisyah, iis; Puspanditaning, Amanda; Inriyana, Ria; Ridwan, Heri; Sofa, N. Siti Nur’aeni
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 9 No 3 (2024): Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30653/jppm.v9i3.878

Abstract

Hipertensi krisis dapat menyebabkan kematian dan kegagalan organ seperti otak, arteri, retina, ginjal dan hati, akibat peningkatan tekanan darah yang cepat dengan tekanan sistolik lebih dari 180 mmHg dan atau diastolik lebih dari 120 mmHg. Karena dampaknya yang buruk maka perlu dilakukan deteksi dini dan pencegahan terjadinya hipertensi krisis. Tujuan dari pengabdian kepada masyarakat ini adalah memberikan penyuluhan yang akan dilakukan sebagai upaya meningkatkan kepatuhan penderita hipertensi agar tidak mengalami hipertensi krisis. Metode yang diberikan dalam pengabdian ini adalah penyuluhan dan juga pelatihan deteksi dini penyakit hipertensi krisis pada para kader yang ada di Desa Margamukti. Hasil uji wilcoxon menunjukan nilai p-value 1,978 (p>0,05) yang artinya tidak ada perbedaan signifikan antara pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan. Meskipun begitu terlihat bahwa Setelah penyuluhan didapatkan 2 orang memiliki pengetahuan tinggi mengenai deteksi dini penyakit hipertensi dan sisanya sedang. Penyuluhan yang dilakukan meningkatkan pengetahuan kader mengenai hipertensi dan meningkatkan kemampuan deteksi dini hipertensi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan tingkat pengetahuan mengenai deteksi dini penyakit hipertensi krisis, meskipun peningkatannya tidak signifikan. A hypertensive crisis can cause death and failure of organs such as the brain, arteries, retina, kidneys, and liver due to a rapid increase in blood pressure, with a systolic pressure of more than 180 mmHg and a diastolic pressure of more than 120 mmHg. Because of its destructive impact, the early detection and prevention of hypertensive crises are necessary. This community service aims to provide education, which will be carried out in an effort to increase the compliance of hypertensive sufferers so that they do not experience hypertensive crises. The method provided in this service is counseling and training for the early detection of hypertensive crises in cadres in Margamukti Village. The Wilcoxon test results showed a p-value of 1.978 (p>0.05), indicating that there was no significant difference in knowledge before and after counseling. However, it can be seen that after counseling, it was found that two people had high knowledge regarding early detection of hypertension, and the rest were moderate. The outreach provided increased cadres' knowledge about hypertension and increased their ability to detect hypertension early. The conclusion is there is an increase in knowledge regarding the early detection of a hypertensive crisis, although the increase is insignificant.
Hubungan Self Stigma dengan Kepatuhan Obat Antiretroviral pada Pasien Baru Terdiagnosis HIV Inriyana, Ria; Nugraha, Firman
Jurnal Farmasetis Vol 13 No 4 (2024): Jurnal Farmasetis: November 2024
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32583/far.v13i4.2355

Abstract

Self stigma merupakan konsep diri negatif dimana Orang dengan HIV (ODHIV) memberikan label negatif terhadap dirinya sendiri yang mengakibatkan tidak bisa bebas akses terhadap pengobatan, sedangkan ODHIV harus mengkonsumi obat seumur hidupnya. Kepatuhan pengobatan ARV pada ODHIV sebesar 50% di negara maju dan di negara berkembang memiliki persentase yang lebih rendah. Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan self stigma dengan kepatuhan obat antiretroviral pada pasien baru terdiagnosis HIV. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain analitik. Teknik sampling menggunakan total sampling dengan kriteria inklusi pasien baru terdiagnosis HIV (reaktif) selama bulan Juli – November 2023 sebanyak 30 responden. Data di analisis menggunakan pearson product moment. Hasil penelitian didapatkan responden berada pada rentang usia 18-25 tahun (36.7%) dan 26 – 25 tahun (36.7%), berjenis kelamin laki-laki (70%), menkonsumsi obat TLE terdiri dari Tenofovir (TDF), Lamivudine (3TC), dan Efavirenz (EFV) (36.7%), dan tidak ada efek samping obat (46.7%). Terdapat hubungan signifikan antara self stigma dengan kepatuhan obat (p=0.001). Semakin rendah self stigma yang dirasakan oleh responden maka semakin patuh dalam menjalani pengobatan ARV. Self stigma yang dirasakan oleh ODHIV membuat mereka mengembangkan berbagai mekanisme koping untuk mengatasinya. Strategi koping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping strategi) dapat menjadi salah satu strategi dalam mengatasi self stigma ODHIV.
Efektivitas Pendidikan Kesehatan Mengenai PHBS Di Lingkungan Sekolah Dasar Negeri Rancamedalwangi, Sumedang, Jawa Barat Inriyana, Ria; Shalawati, Shally; Catleya Hadi, Jesica; Julia Putri, Eznelda; Alfiani, Reggyna; Sarah; Kusuma Dewi, Endang
Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia Vol 5 No 3 (2025): JPMI - Juni 2025
Publisher : CV Infinite Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52436/1.jpmi.3431

Abstract

Kurangnya penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah dapat berdampak pada meningkatnya prevalensi penyakit seperti diare dan cacingan pada anak usia sekolah dasar. Tujuan dari PkM ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan siswa mengenai PHBS di SD Negeri Rancamedalwangi dengan melakukan pendidikan kesehatan berbasis metode ceramah, demonstrasi, dan media slide show. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah desain pre-post test dengan pemberian materi menggunakan media slide show, poster dan demonstrasi praktik cuci tangan enam langkah. Tingginya angka penyakit diare dan cacingan di kalangan anak-anak menjadi latar belakang pentingnya dilakukan PkM ini. Hasil PkM menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam pengetahuan siswa mengenai PHBS, yang dibuktikan dengan perbedaan skor rata-rata pretest (82,333) dan posttest (90,333).  Analisis statistik dengan uji Wilcoxon menunjukkan nilai p = 0,01 (<0,05), yang mengindikasikan perbedaan signifikan dalam pemahaman siswa sebelum dan setelah pendidikan kesehatan. Dengan demikian, pendidikan kesehatan berbasis demonstrasi dan media interaktif terbukti efektif dalam meningkatkan kesadaran dan penerapan PHBS di kalangan siswa sekolah dasar.
Hubungan Antara Self-Compassion Dengan Kecemasan Pada Mahasiswa Yang Sedang Menyusun Tugas Akhir Puspita, Dini Aulia; Setiadi, Diding Kelana; Inriyana, Ria
Jurnal Ilmiah Keperawatan Indonesia (JIKI) Vol 8, No 1 (2025): Jurnal Ilmiah Keperawatan Indonesia (JIKI), Vol 8 (1), 2025
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31000/jiki.v8i1.13917

Abstract

Tugas akhir adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa untuk mendapatkan gelar sarjana. Namun banyak mahasiswa mengalami ketidaksiapan menghadapi tugas akhir sehingga menimbulkan kecemasan. Salah satu komponen yang berperan dalam meningkatkan ketahanan dan kesehatan mental yaitu dengan self-compassion. Self-compassion merupakan sikap peduli terhadap diri sendiri dalam menghadapi kesulitan atau kegagalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-compassion dengan kecemasan pada siswa yang sedang menyusun tugas akhir. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan desain korelasional. Populasi penelitian berjumlah 181 yang terdiri dari 4 mahasiswa program studi angkatan 2021 yang sedang menyusun tugas akhir di Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Daerah Sumedang dengan jumlah sampel sebanyak 125 mahasiswa dengan teknik proporsional cluster random sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan instrumen Self-Compassion Scale (SCS) untuk mengukur self-compassion dan Generalized Anxiety Disorder-7 (GAD-7) untuk mengukur kecemasan. Analisis data dilakukan menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment . Hasil penelitian menunjukkan hubungan negatif yang signifikan antara self-compassion dengan kecemasan (r = -0,674, p < 0,001), yang berarti semakin tinggi self-compassion , maka akan semakin rendah terjadinya kecemasan. Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan antara self-compassion siswa laki-laki dan perempuan (t = 4,279, p < 0,001), dengan nilai mean 93,174 untuk siswa laki-laki dan 77,174 untuk siswa perempuan. Peningkatan self-compassion dapat membantu mengurangi kecemasan pada siswa yang sedang menyusun tugas akhir. Oleh karena itu, institusi pendidikan disarankan untuk merancang program yang mendukung pengembangan self-compassion dikalangan siswa, agar meningkatkan kesejahteraan mental selama penyusunan tugas akhir.