Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pencegahan Gangguan Pendengaran Akibat Bising pada Anak dan Remaja Putri, Baluqia Iskandar
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol 2, No 4 (2023): GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh - Agustus 202
Publisher : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jkkmm.v2i4.12122

Abstract

Gangguan Pendengaran Akibat Bising (GPAB) saat ini mernjadi ancaman bagi anak, remaja dan dewasa muda akibat pola hidup yang dapat merusak pendengaran seperti penggunaan Personal Listening Devices (PLDs) pada alat musik digital dengan intensitas tinggi dan berada pada area kebisingan dalam waktu yang lama. Kebisingan yang keras dan berkepanjangan menyebabkan perubahan metabolisme dan vaskuler. Gejala klinis meliputi pendengaran berkurang secara bertahap, kesulitan memahami pembicaraan terutama ditempat dengan latar kebisingan dan telinga berdengung. Gangguan pendengaran akibat bising  berupa tuli sensorineural dan pada audiogram tampak peningkatan ambang dengar pada 3000 Hz, 4000 Hz atau 6000 Hz.Efek paparan bising bersifat kumulatif dan ireversibel sehingga pencegahan sangat penting penting seperti menghindari bising, memakai alat pelindung telinga serta mematuhi aturan 60:60 harus dilakukan. Pada balita dan anak-anak, GPAB dapat merusak   penguasaan   bahasa, ketidakmampuan   belajar serta kecemasan
The Effect of Cold Temperature on the Severity of Allergic Rhinitis Based on Visual Analog Scale (VAS) Score Among Medical Students of Malikussaleh University Zuhra, Farianti; Rahayu, Mulyati Sri; Putri, Baluqia Iskandar
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 11 No. 2 (2024): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36408/mhjcm.v11i2.1087

Abstract

BACKGROUND: Allergic rhinitis is a common condition caused by inflammation of the nasal mucosa after exposure to allergens and is mediated by Immunoglobulin E (IgE). Cold temperatures can aggravate the symptoms of allergic rhinitis. Allergic rhinitis is not fatal, but it can cause a decrease in the patient's quality of life if the symptoms are severe. The severity of allergic rhinitis symptoms is difficult to measure as it should match patient's perception, so VAS is a quantitative measurement tool used. Although VAS is a simple and easy-to-use tool, its use as self-monitoring for AR patients is still infrequent to minimize symptom exacerbations and maintain control of allergic rhinitis. AIMS: This study aims to examine the effect of cold temperature on the severity of allergic rhinitis based on VAS score. METHOD: This research is an experimental with a one-group pretest-posttest study. The study samples involved 75 students suffering from allergic rhinitis assessed with the Score for Allergic Rhinitis (SFAR) questionnaire assessment from the class of 2020, 2021, and 2022. Subjects’ pain level was measured before and after the intervention. The intervention was in the form of cold temperature exposure for 15 minutes in a room with a temperature of 18℃. Data were analyzed using the Wilcoxon test. RESULT:  The results showed that the mean VAS score before the intervention was 0 while after the intervention was 38.61 ± 24.07. This shows that the mean VAS score after the intervention is higher than the mean VAS score before the intervention (p-value = 0.00 <0.05). CONCLUSION: The results of this study indicate that the effect of cold temperature can increase the severity of allergic rhinitis.
LINGUA VILLOSA Amrita, Zulfa Fitria Muhammad; Putri, Baluqia Iskandar
Seroja Husada: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 1 No. 4 (2024): Seroja Husada: Jurnal Kesehatan Masyarakat
Publisher : Seroja Husada: Jurnal Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lingua villosa adalah suatu kondisi dimana lidah tampak seperti berambut dan berwarna kehitaman. Penyebab kondisi ini belum diketahui secara pasti namun sering dikaitkan dengan konsumsi kafein berlebih, kebiasaan merokok, kebersihan rongga mulut yang buruk, mulut kering, dan kondisi imunokompromais. Penatalaksaannya tidak terlalu spesifik karena  Lingua villosa umumnya merupakan penyakit yang sembuh sendiri. Prognosis lingua villosa cukup baik karena lingua villosa merupakan suatu kondisi penyakit yang jinak dan bahkan dapat membaik secara spontan.
Manajemen Epistaksis Nazirah, Jihan; Putri, Baluqia Iskandar; Maulina, Nora; Herlina, Nina; Fauzan, Ahmad
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol 3, No 1 (2024): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh - Februari 2024
Publisher : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jkkmm.v3i1.14853

Abstract

Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga hidung atau nasofaring. Epistaksis bukan merupakan suatu penyakit, melainkan gejala atau manifestasi penyakit lain, epistaksis dibagi menjadi epistaksis anterior dan epistaksis posterior. Epistaksis anterior sangat umum dijumpai pada anak dan dewasa muda, sementara epistaksis posterior sering ditemukan pada orang tua dengan riwayat penyakit hipertensi dan arteriosclerosis. Epistaksis merupakan kegawat daruratan di bidang THT-KL. Diperkirakan, sekitar 60% penduduk pernah mengalami epistaksis dan 6% diantaranya mencari bantuan medis. Prinsip manajemen epsitaksis adalah melakukan pemberhentian darah dan mencari tahu sumber perdarahan, perdarahan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya namun terkadang diperlukan tatalaksana, kompresi hidung berfungsi dalam menangani epistaksis pada pasien yang memerlukan pengobatan, pengepakan hidung juga dianjurkan untuk penatalaksanaan dasar epistaksis. Jika perdarahan masih tidak berhenti, obat topikal, seperti oxymetazoline, phenylephrine hydrochloride, epinefrin, dan lidokain, dapat digunakan. Selain itu, asam traneksamat, sebagai agen anti-fibrinolitik yang digunakan pada trauma besar dan pembedahan, juga dapat digunakan untuk meningkatkan hemostasis. Manajemen epistkasis lainnya bila perdarahan tidak berhenti bisa dilakukan tampon anterior, tampon posterior, kauterasisasi, hingga ligasi arteri.
Upaya Pengelolaan Hipertensi dengan Pendekatan Pelayanan Dokter Keluarga pada Pasien Perempuan Usia 61 tahun di Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Humairah, Helma; Zara, Noviana; Debbyousha, Maulina; Nadira, Cut Sidrah; Putri, Baluqia Iskandar; Saputra, Andi; Akbar, Teuku Ilhami Surya; Novalia, Vera; Utariningsih, Wheny; Herlina, Nina
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol 3, No 5 (2024): GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh - Oktober 202
Publisher : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jkkmm.v3i5.10015

Abstract

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah ≥ 140 mmHg (tekanan sistolik) dan/atau ≥ 90 mmHg (tekanan diastolik). Pasien perempuan usia 61 tahun datang ke puskemas dengan keluhan nyeri kepala yang sudah dirasakan sejak 3 minggu yang lalu. Keluhan dirasakan pasien ketika melakukan aktivitas fisik sehari-hari seperti menyapu dan memasak. Nyeri kepala dirasakan sepanjang hari dan terkadang hilang saat pasien tidak melakukan aktifitas apapun. Keluhan tersebut disertai dengan pusing. Pasien mengatakan keluhan pusing yang dialami hilang timbul dan memberat jika pasien melakukan aktifitas.  Pasien mengatakan keluhan muncul tidak menentu. Pasien juga mengatakan sering nyeri tengkuk yang membuat pasien merasa tidak nyaman. Pad pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien adalah 160/90 mmHg. IMT pasien didapatkan 20,34 kg/m2 dan ini terkategori normal. Data primer diperoleh melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan melakukan kunjungan rumah, dan mengisi berkas pasien. Penilaian dilakukan berdasarkan diagnosis holistik awal, proses, dan akhir kunjungan secara kuantitatif dan kualitatif. Intervensi yang dilakukan diantaranya adalah edukasi mengenai penyakit yang dialami, edukasi mengenai pentingnya kontrol tekanan darah, edukasi pola makan pada penderita Hipertensi, dan edukasi peran keluarga dalam tatalaksana penyakit pasien, edukasi untuk tetap melakukan aktivitas fisik dan olahraga serta menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul dari penyakit pasien agar pasien lebih menjaga diri.
Studi Kasus Gizi Buruk dan Stunting pada Anak Usia 9 Bulan di Desa Ranto Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Ayuna, Della Vega Nisha; Rozi, Dwi Novlita; Humairah, Helma; Zara, Noviana; Nadira, Cut Sidrah; Husna, Cut Asmaul; Herlina, Nina; Akbar, Teuku Ilhami Surya; Saputra, Andi; Putri, Baluqia Iskandar
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol 3, No 5 (2024): GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh - Oktober 202
Publisher : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jkkmm.v3i5.10045

Abstract

 Gizi buruk adalah kondisi kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan menderita sakit yang begitu lama. Gizi buruk umumnya terjadi pada anak usia di bawah lima tahun (Balita) yang disebabkan oleh banyak faktor. Gambaran dari status gizi buruk yang kronik sejak awal kehidupan dapat menyebabkan stunting. Indonesia merupakan negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar di dunia, sehingga penurunan prevalensi balita stunting menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional. Faktor kurangnya asupan makanan dan penyakit infeksi menjadi resiko utama terjadinya stunting. Oleh karena itu, dalam upaya penatalaksaan penyakit dibutuhkan peran keluarga untuk mencapai tujuan terapi yang maksimal. Penelitian ini merupakan sebuah studi kasus terhadap seorang anak balita An. F laki-laki berusia 9 bulan di Desa Ranto tahun 2022. Studi kasus ini dilakukan dengan cara observasi pasien melalui pendekatan home visit. Diagnosis gizi buruk dan stunting ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Setelah diagnosis ditegakkan pasien diberikan tatalaksana secara komprehensif. Dilakukan edukasi dan pemantauan pada anak dan keluarga dengan hasil perbaikan di akhir kunjungan. Pada kunjungan pertama didapatkan BB pasien 4,6 kg, kunjungan kedua 4,6 kg, kunjungan ketiga 4,7 kg. Kesimpulan studi kasus ini didapatkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk dan stunting pada anak tersebut, diantaranya adalah tingkat pengetahuan, pola asuh ibu, ekonomi keluarga, dan kurangnya promosi kesehatan.
Miringitis Bullosa Nur, Afifah; Putri, Baluqia Iskandar
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol 3, No 1 (2024): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh - Februari 2024
Publisher : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jkkmm.v3i1.20360

Abstract

Miringitis Bulosa (BM) merupakan suatu keadaan nyeri akut pada telinga yang disebabkan oleh pembentukan bula pada membran timpani. Seorang pasien bernama Nn.X berusia 22 tahun datang ke Poliklinik THT dengan keluhan telinga kanan terasa nyeri sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan terus menerus disertai telinga berdenging dan penurunan pendengaran. Pasien mengaku memiliki kebiasaan mengorek telinga dan terdapat keluhan demam serta pilek sebelum keluhan nyeri telinga muncul. Pada pemeriksaan telinga kanan didapatkan membrane timpani hiperemis, refleks cahaya menghilang serta terdapat bula soliter dengan diameter 1,5 cm berisi cairan serosa. Pemeriksaan audiometri didapatkan tuli konduktif kanan. Pasien didiagnosis dengan myringitis bulosa auris dextra. Pasien mengalami perbaikan setelah mendapatkan terapi. Prognosis pada kasus pada laporan kasus baik selama etiologi dapat diketahui dan dikontrol baik dengan terapi farmakologi dan non farmakologi
Pengaruh Media Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan Diare Pada Anak Pasca Banjir Di Desa Keutapang Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Meutia, Zahra; Zara, Noviana; Putri, Baluqia Iskandar
Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan Vol. 7 No. 2 (2024): Jurnal Ilmiah MANUSIA DAN KESEHATAN
Publisher : FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31850/makes.v7i2.2912

Abstract

Diare adalah suatu kondisi sindrom diare akut, yang dapat disertai atau tidak disertai muntah, dan diduga disebabkan oleh kolonisasi patogen pada saluran pencernaan. Diare didefinisikan sebagai keluarnya tinja encer lebih dari 3 kali sehari, dengan atau tanpa darah dan lendir. Pada bayi, diare ditandai dengan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali sehari, dengan konsistensi tinja yang encer, mungkin berwarna hijau, dan dapat mengandung lendir atau darah. Penyebab diare dapat bervariasi, termasuk infeksi, malabsorpsi, dan faktor makanan, yang seringkali terkait dengan perilaku manusia. Pada tahun 2022, terdapat 1.949 kasus diare pada balita di Lhosukon dan 3.653 kasus pada anak-anak di atas 5 tahun, yang dikaitkan dengan kejadian banjir di wilayah tersebut pada tahun yang sama. Banjir dapat menyebabkan dampak pasca bencana, termasuk meningkatnya prevalensi penyakit seperti diare. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan tujuh penyakit yang sering muncul akibat banjir, termasuk diare, leptospirosis, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), penyakit kulit, penyakit saluran pencernaan, tifoid, dan penyakit menular seperti demam berdarah atau malaria. Diare merupakan salah satu penyakit yang paling umum terjadi setelah bencana banjir. Penelitian ini bertujuan untuk menilai perbedaan pengetahuan ibu tentang penanganan diare sebelum dan setelah adanya promosi kesehatan di Desa Keutapang. Penelitian ini bersifat quasi-eksperimental dengan desain one group pretest-posttest, melibatkan 81 responden yang dipilih menggunakan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum promosi kesehatan, sebagian besar ibu (60,5%) memiliki pengetahuan yang cukup, sedangkan setelah promosi kesehatan, sebagian besar ibu (96,3%) memiliki pengetahuan yang baik. Analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan P-value < 0,05, mengindikasikan adanya pengaruh signifikan dari promosi kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang penanganan diare di Desa Keutapang. ABSTRAK Diare adalah suatu kondisi sindrom diare akut, yang dapat disertai atau tidak disertai muntah, dan diduga disebabkan oleh kolonisasi patogen pada saluran pencernaan. Diare didefinisikan sebagai keluarnya tinja encer lebih dari 3 kali sehari, dengan atau tanpa darah dan lendir. Pada bayi, diare ditandai dengan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali sehari, dengan konsistensi tinja yang encer, mungkin berwarna hijau, dan dapat mengandung lendir atau darah. Penyebab diare dapat bervariasi, termasuk infeksi, malabsorpsi, dan faktor makanan, yang seringkali terkait dengan perilaku manusia. Pada tahun 2022, terdapat 1.949 kasus diare pada balita di Lhosukon dan 3.653 kasus pada anak-anak di atas 5 tahun, yang dikaitkan dengan kejadian banjir di wilayah tersebut pada tahun yang sama. Banjir dapat menyebabkan dampak pasca bencana, termasuk meningkatnya prevalensi penyakit seperti diare. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan tujuh penyakit yang sering muncul akibat banjir, termasuk diare, leptospirosis, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), penyakit kulit, penyakit saluran pencernaan, tifoid, dan penyakit menular seperti demam berdarah atau malaria. Diare merupakan salah satu penyakit yang paling umum terjadi setelah bencana banjir. Penelitian ini bertujuan untuk menilai perbedaan pengetahuan ibu tentang penanganan diare sebelum dan setelah adanya promosi kesehatan di Desa Keutapang. Penelitian ini bersifat quasi-eksperimental dengan desain one group pretest-posttest, melibatkan 81 responden yang dipilih menggunakan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum promosi kesehatan, sebagian besar ibu (60,5%) memiliki pengetahuan yang cukup, sedangkan setelah promosi kesehatan, sebagian besar ibu (96,3%) memiliki pengetahuan yang baik. Analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan P-value < 0,05, mengindikasikan adanya pengaruh signifikan dari promosi kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang penanganan diare di Desa Keutapang. Kata kunci : Anak, banjir, bencana, diare, infeksi