Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Upaya Pemecahan Masalah Pasien Usia 67 Tahun dengan Osteoarthritis Istiqomah, Annisah; Fonna, Tischa Rahayu
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol. 3 No. 1 (2024): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh - Februari 2024
Publisher : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jkkmm.v3i1.15218

Abstract

Osteoartritis (OA) merupakan bentuk artritis yang paling sering ditemukan di masyarakat, bersifat kronis, berdampak besar dalam masalah kesehatan masyarakat. Osteoartritis dapat terjadi dengan etiologi yang berbeda-beda, namun mengakibatkan kelainan bilologis, morfologis dan keluaran klinis yang sama. Osteoartritis dapat mengenai berbagai macam sendi terutama mengenai sendi lutut, tangan, dan panggul.
Congestive Heart Failure Mardhiah, Ainal; Savitri, Dhannisa Ika; Fonna, Tischa Rahayu
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol. 2 No. 3 (2023): GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh - Juni 2023
Publisher : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jkkmm.v2i3.17770

Abstract

Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung adalah suatu sindroma klinis yang disebabkan oleh gagalnya mekanisme kompensasi otot miokard dalam mengantisipasi peningkatan beban volume berlebihan ataupun beban tekanan berlebih yang tengah dihadapinya, sehingga tidak mampu memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh. Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang kompleks dengan tanda serta gejala yang berasal dari gangguan struktural atau fungsional terhadap pengisian ventrikel atau ejeksi darah yang terdiri atas gejala khas, seperti sesak napas dan edema tungkai bawah, yang dapat disertai peningkatan tekanan vena jugular (JVP), bunyi ronkhi di auskultasi paru-paru, dan edema perifer. Prevalensi gagal jantung di seluruh dunia diperkirakan ada 64,3 juta penderita gagal jantung. Berdasarkan data Riskesdas Tahun 2013, prevalensi gagal jantung di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter sebanyak (0,13%) dan penyakit gagal jantung berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 0,3%. Prevalensi penyakit gagal jantung mengalami peningkatan seiring bertambahnya umur. Penderita penyakit gagal jantung yang tertinggi pada umur 65-74 tahum sekitar (0,5%) yang terdiagnosis oleh dokter, dan yang rendah pada umur >75 tahun sekitar (0,4%). Tatalaksana gagal jantung mengikuti tahap perkembangan penyakit, baik itu pada gagal jantung akut maupun kronik. 
Upaya Pemecahan Masalah Hipertensi Grade I pada Lansia Usia 69 Tahun Fonna, Tischa Rahayu; Amalia, Nana
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol. 2 No. 3 (2023): GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh - Juni 2023
Publisher : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jkkmm.v2i3.11110

Abstract

Hipertensi merupakan sebuah kondisi medis dimana orang yang tekanan darahnya meningkat diatas normal yaitu 140/90 mmHg dan dapat mengalami resiko kesakitan (morbiditas) bahkan kematian (mortalitas). Riskesdas tahun 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta adalah 34,1%. Pada umummya semakin bertambahnya usia maka semakin besar pula risiko terjadinya Hipertensi. Pasien perempuan (69 tahun) datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 3 hari yang lalu. Nyeri kepala dirasakan seperti di ikat dan terkadang berdenyut. Hal ini dirasakan terus menerus, memberat saat pasien beraktivitas, dan saat pasien mengkonsumsi makanan yang berlemak atau asin. Nyeri kepala akan berkurang saat pasien istirahat. Pasien sudah didiagnosis Hipertensi sejak 7 tahun lalu, namun pasien tidak mengkonsumsi obat secara teratur.  Pasien mengontrol kesehatannya ke Puskesmas Tanah Pasir. Pasien diberikan obat antihipertensi dan juga diberikan edukasi mengenai penyakit hipertensi dan cara menjaga pola hidup yang sehat.
Gambaran Derajat Keparahan Stroke Iskemik Berdasarkan Skor National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) di Ruang Rawat Inap Saraf RSUD Cut Meutia Aceh Utara Maghfirah, Cut Zuhra; Ikhsan, Maulana; Fonna, Tischa Rahayu
Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan Vol. 8 No. 2 (2025): Jurnal Ilmiah MANUSIA DAN KESEHATAN
Publisher : FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31850/makes.v8i2.3594

Abstract

Stroke is the leading cause of disability and the second leading cause of death worldwide, with ischemic stroke being the most common type. Assessing stroke severity is essential for determining prognosis and guiding patient management. This study aimed to describe the severity of ischemic stroke using the National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) score in patients at RSUD Cut Meutia Aceh Utara during the period of September to November 2024. This research employed a quantitative descriptive design with a cross-sectional approach. Data were obtained from medical records of ischemic stroke patients meeting the inclusion criteria. Stroke severity was assessed using the NIHSS score at two observation points: 24 hours and 3 days after hospital admission. Data analysis was conducted using frequency distribution and percentage methods. The results showed that among the 77 ischemic stroke patients studied, the majority were in the productive age group (15–65 years), accounting for 72.7% of cases, and males were more affected (63.6%) than females (36.4%). The main risk factors were hypertension (84.4%), followed by smoking (39%) and diabetes mellitus (36.4%). The NIHSS assessment after 24 hours revealed that most patients experienced severe stroke (64.9%). However, after 3 days, improvement was observed, with the majority experiencing moderate stroke (84.4%). Age, gender, and the number of risk factors significantly influenced the severity and recovery of stroke patients.
Upaya Pemecahan Masalah Tuberkulosis Paru pada Pasien Laki-Laki Usia 59 Tahun di Puskesmas Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara Husna, Chibratul; Fonna, Tischa Rahayu
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol. 4 No. 1 (2025): GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh - Februari 2
Publisher : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jkkmm.v4i1.12896

Abstract

Kasus Tn.A usia 59 tahun telah dilaporkan berdasarkan anamnesis, pasien memiliki keluhan batuk berdahak sejak ±3 minggu sebelum masuk rumah sakit. dan memberat sekitar 1 minggu kemudian. Pasien juga mengeluhkan nyeri dada, demam, penurunan nafsu makan dan berat badan sejak ±1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Sementara pada pemeriksaan fisik terdengar suara ronki dikedua lapang paru. Berdasarkan evaluasi klinis dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan, pasien didiagnosis dengan tuberkulosis paru kasus baru. Tuberkulosis paru merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini masuk ke jaringan paru melalui udara (airbone infection) dan menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberculosis Pasien telah diberikan terapi farmakologis dan non farmakologis untuk memperbaiki keadaan umum serta diberikan edukasi agar mampu untuk menerapkan hidup sehat serta dapat memperbaiki keadaan pasien. 
Sosialisasi Pencegahan Gangguan Pendengaran di Rumah Sakit Prima Inti Medika Kabupaten Aceh Utara Putri, Baluqia Iskandar; Fonna, Tischa Rahayu
Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan - Agustus 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/auxilium.v1i1.12607

Abstract

Gangguan pendengaran merupakan suatu kondisi ketidakmampuan secara parsial atau total untuk mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga. Tingkat penurunan gangguan pendengaran terbagi menjadi ringan, sedang, sedang berat, berat dan sangat berat. Gangguan pendengaran disebabkan oleh banyak hal seperti infeksi telinga, kotoran telinga, trauma pada telinga akibat sering mengorek telinga, paparan bising yang terlalu lama, dan tuli akibat usia lanjut. Gangguan pendengaran memiliki berbagai dampak pada anak-anak, dewasa maupun orang tua. Pada anak-anak dengan kondisi tersebut mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara, akademik atau prestasi belajar bahkan berdampak pada psikis anak karena sulitnya berkomunikasi dengan teman-temannya. Gangguan pendengaran juga berdampak pada orang dewasa karena berpengaruh terhadap kinerja, komunikasi, emosional dan hubungan sosial. Dalam rangka World Hearing Day yang diperingati setiap 3 Maret, pengabdi yang merupakan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh melakukan penyuluhan mengenai pencegahan gangguan pendengaran di ruang tunggu poliklinik RS Prima Inti Medika.
Gambaran Klinis pada penderita Tinea Unguium, Penyuluhan di Puskesmas Syamtalira Bayu, Aceh Utara Fonna, Tischa Rahayu; Haura, Jihan
Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan - Agustus 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/auxilium.v1i1.12610

Abstract

Onikomikosis merupakan infeksi jamur pada kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita, ragi, atau kapang. Sedangkan tinea unguium istilah untuk infeksi kuku akibat dermatofita. Secara umum, 80-90% penyebab kasus onikomikosis adalah dermatofita Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes. Di Indonesia, penyebab yang banyak dilaporkan adalah Candida spp., T. Rubrum dan T. Mentagrophytes. Insiden dari onikomikosis meningkat pada populasi geriatri, pada pasien imunokompromais seperti diabetes, peripheral arterial disease, kondisi imunosupresi seperti kondisi HIV dan agen imunosupresan. Onikomikosis juga dapat dipengaruhi oleh gaya hidup tertentu, misalnya penggunaan kaos kaki dan sepatu yang terus menerus, olahraga yang berlebihan dan trauma pada kuku yang terus menerus serta predisposisi genetik. Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap infeksi dermatofita antara lain iklim tropis, higienitas yang buruk, adanya sumber penularan, serta penyakit sistemik dan kronis yang meningkat. Tinea unguium menyebabkan masalah bagi pasien, berupa fisik dan psikologis. Permasalahan lain yang ada adalah pengobatan onikomikosis bersifat menahun dan resisten pada pengobatan. Kegiatan pengabdian ini terdiri dari anamnesis terhadap pasien, pemeriksaan fisik beserta penyuluhan tentang tinea unguium. Upaya pencegahan tinea unguium yang diberikan kepada pasien berupa edukasi pasien terkait Tinea Unguium yang terdiri dari pengertian, faktor resiko, manifestasi klinis, faktor yang dapat memperberat, tatalaksana farmakologis dan non farmakologis
Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik dalam Pelayanan Kesehatan Primer Fonna, Tischa Rahayu; Faizah, Siti
Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan - Agustus 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/auxilium.v1i1.12613

Abstract

Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) merupakan keadaan penyakit inflamasi yang bersifat autoimun kronis dengan gejala klinis yang cukup luas. Perjalanan penyakit dan prognosis dari SLE pun beragam. Adapun beberapa faktor seperti: lingkungan, imunologi, hormonal, dan genetik diketahui memegang peranan dalam perkembangan SLE. Penyakit SLE lebih sering menyerang wanita terutama usia produktif. Patogenesis SLE dipengaruhi oleh berbagai faktor meliputi faktor genetik, hormonal, dan lingkungan terutama sinar UV. Patogenesis SLE mengikutsertakan berbagai sel dan molekul yang berperan pada proses apoptosis, respons imun innate dan adaptif. Kerusakan multiorgan terjadi akibat deposisi autoantibodi dan kompleks imun. Diagnosis SLE ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis dan pemeriksaan laboratorium menurut American College of Rheumatology / European League Against Rheumatism (ACR/EULAR) 2019. Terapi SLE bersifat individual berdasarkan manifestasi klinis yang dialami pasien, aktivitas penyakit dan derajat keparahan penyakit serta komorbiditas. Prognosis SLE bervariasi mulai dari ringan hingga berkembang cepat menjadi berat disertai kegagalan multiorgan, bahkan kematian. Kegiatan pengabdian ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih mendalam mengenai patogenesis dan cara menegakkan diagnosis SLE sehingga dapat menjadi dasar dalam pengembangan penelitian mengenai SLE di masa yang akan datang
Home Visite pada Penderita Epilepsi Desa Pande Kecamatan Tanah Pasir Fonna, Tischa Rahayu; Fardian, Nur; Putri, Baluqia Iskandar; Musfira, Suherna; Fitriany, Julia
Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan - Januari 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/auxilium.v2i1.13375

Abstract

Epilepsi merupakan salah satu masalah kesehatan yang menonjol di masyarakat, karena permasalahan tidak hanya dari segi medik tetapi juga sosial dan ekonomi yang menimpa penderita maupun keluarganya. Dalam kehidupan sehari-hari, epilepsi merupakan stigma bagi masyarakat. Mereka cenderung untuk menjauhi penderita epilepsi. Bagi orang awam, epilepsi dianggap sebagai penyakit menular (melalui buih yang keluar dari mulut), penyakit keturunan, menakutkan dan memalukan. Metode kualitatif dengan anamnesis mendalam dilakukan mulai dari home visite, anamnesis, pemeriksaan fisik dan edukasi. Tujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga pasien mengenai penyakitnya. Pasien sudah menderita epilepsi sejak 23 tahun karena pengetahuan yang rendah memilih untuk berobat ke dukun, tetapi 5 tahun terakhir ini sudah rutin ke dokter dan mengalami penurunan intensitas kejang. Dirawat oleh ibunya yang mengalami katarak 2 tahun terakhir ini sehingga diperlukan pemantauan langsung oleh pihak puskesmas secara berkala. Tidak rutin minum obat, kecapean, dan stress akan berdampak pada kejang vberulang sehingga epilepsi menjadi tidak terkontrol.
Pelayanan Kesehatan Katarak di Puskesmas Lhoksukon, Aceh Utara Fonna, Tischa Rahayu; Karimah, Nadia; Putri, Baluqia Iskandar; Rizka, Adi; Fitriany, Julia; Sayuti, Muhammad
Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan Auxilium: Jurnal Pengabdian Kesehatan - Agustus 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/auxilium.v2i2.17519

Abstract

Katarak merupakan salah satu dari tiga penyebab utama kebutaan di seluruh dunia. Penyakit ini merupakan penyakit multifaktorial yang memiliki dampak yang besar terhadap produktivitas seseorang. Diperkirakan setiap tahun kasus baru buta akan selalu bertambah sebesar 0,1% dari jumlah penduduk atau kira-kira 250.000 orang setiap tahunnya. Kebutaan yang terjadi akan terus meningkat karena penderita tidak menyadarinya, dan daya penglihatan baru terpengaruh setalah berkembang sekitar 3-5 tahun setelah memasuki stadium kritis. Sehingga dapat disimpulkan katarak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu ditangani dengan sungguh-sungguh oleh Pemerintah bersama masyarakat. Artikel ini akan membahas tindakan layanan kesehatan yang dilakukan Puskesmas Lhoksukon, Aceh, Utara dalam menangani kasus penyakit katarak di lingkungan Lhoksukon.