Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Penyalahgunaan Kedudukan Komisaris Pt. Condato Grup Indonesia Sebagai Tindakan Ultra Vires (Studi Putusan Nomor 352/Pdt.G/2021/Pn Jkt.Pst) Muhammad, Dafi; Siregar, Mahmul; Robert
Acta Law Journal Vol. 3 No. 2 (2025): June 2025
Publisher : Talenta Publisher, Universitas Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract The board of commissioners acts as a supervisor and advisor to the board of  directors. Commissioners who use their position to provide advice to the board of directors so that the commissioners can take action on behalf of the company without any authority constitute an act of abuse of the commissioner's position to take ultra vires actions. As illustrated in the case of PT. Condato Grup Indonesia (PT.CGI) in Decision Number 352/Pdt.G/2021/PN Jkt.Pst, the commissioners of PT. CGI took action to transfer payments from consumers to their supplier companies and withhold PT. CGI's profits. This study uses a normative legal research method, with a statutory, case and conceptual approach, through a literature study data collection technique that collects data in the form of primary, secondary and tertiary legal materials as analyzed using a qualitative  analysis approach. Where several legal issues will be studied, namely how ultra vires actions carried out by commissioners can be categorized as abuse of  position, how the judge's considerations in deciding whether the elements of an unlawful act in Decision Number 352/Pdt.G/2021/PN Jkt.Pst are fulfilled, and how the legal analysis is of the view that the commissioners of PT. CGI have committed ultra vires actions. This study concludes that commissioners who abuse their positions to influence the board of directors are ultra vires actions, as  commissioners of PT. CGI have committed unlawful acts by abusing their authority to divert and withhold the company's profits ultra vires. In this case,  ultra vires actions are the cause of the losses incurred by PT. CGI. Therefore, the  commissioners are obliged to bear all losses, considering that the consequences of ultra vires actions are not binding on the company because they are null and void and trigger the application of the principle of piercing the corporate veil. Keywords: Position of Commissioner; Abuse; Ultra Vires.Abstrak Dewan komisaris berkedudukan sebagai pengawas dan pemberi nasihat kepada direksi. Komisaris yang menggunakan kedudukannya dalam pemberian nasihat kepada direksi agar komisaris dapat melakukan tindakan mewakili perseroan tanpa adanya kewenangan merupakan perbuatan penyalahgunaan kedudukan komisaris untuk melakukan tindakan ultra vires. Sebagaimana tergambar di permasalahan PT. Condato Grup Indonesia (PT.CGI) dalam Putusan Nomor 352/Pdt.G/2021/PN Jkt.Pst, komisaris PT. CGI melakukan tindakan pengalihan pembayaran dari konsumen ke perusahaan perusahaan supplier miliknya dan menahan keuntungan PT. CGI tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif, dengan pendekatan perundang-undangan, kasus dan konseptual, melalui teknik pengumpulan data studi pustaka yang mengumpulkan data berupa bahan hukum primer, sekunder dan tersier sebagaimana untuk  dianalisa secara pendekatan analisis kualitatif. Dimana akan dikajinya beberapa permasalahan hukum, yaitu bagaimana tindakan ultra vires yang dilakukan oleh komisaris dapat dikategorikan sebagai penyalahgunaan kedudukan, bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan terpenuhinya unsur-unsur perbuatan melawan hukum dalam Putusan Nomor 352/Pdt.G/2021/PN Jkt.Pst, serta bagaimana analisa hukum yang berpandangan komisaris PT. CGI telah melakukan tindakan ultra vires. Penelitian ini menyimpulkan bahwa komisaris yang menyalahgunakan jabatannya untuk mempengaruhi direksi merupakan tindakan ultra vires, sebagaimana komisaris PT. CGI telah melakukan perbuatan melawan hukum dengan menyalahgunakan wewenangnya untuk mengalihkan dan menahan keuntungan perseroan secara ultra vires. Dalam kasus ini, tindakan ultra vires menjadi causa penyebab dari akibat kerugian PT. CGI timbul. Karena itu, komisaris wajib menanggung seluruh kerugian, mengingat akibat tindakan ultra  vires tidak mengikat perseroan karena batal demi hukum dan memicu penerapan prinsip piercing the corporate veil. Kata Kunci: Kedudukan Komisaris; penyalahgunaan; Ultra Vires
Inovasi Penggunaan Kapur sebagai Pengganti Bahan Pengisi pada AC-WC Ahmad, Muhammad Taufik Habibillah Ibnu; Heryanto; Sarpawi; Robert
Jurnal Sosial Teknologi Vol. 5 No. 7 (2025): Jurnal Sosial dan Teknologi
Publisher : CV. Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59188/jurnalsostech.v5i7.32340

Abstract

Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas kapur sebagai bahan pengisi (filler) alternatif dalam campuran aspal tipe Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC) dengan mempertimbangkan performa mekanis dan daya tahan campuran. Penelitian dilakukan dengan variasi kadar kapur sebesar 0%, 25%, 50%, dan 75% sebagai pengganti sebagian filler konvensional. Metode pengujian meliputi analisis sifat fisik agregat dan kapur, uji Marshall untuk menentukan parameter stabilitas, kelelehan, flow, void in mix (VIM), serta uji stabilitas sisa untuk mengevaluasi ketahanan campuran terhadap pengaruh beban berulang dan kelembapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kapur mampu meningkatkan stabilitas campuran, dengan performa terbaik pada kadar 50%, yang mencatat nilai stabilitas sisa sebesar 94,5%, melebihi campuran tanpa kapur. Selain itu, kadar aspal optimum (optimum asphalt content) cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya proporsi kapur, menunjukkan bahwa kapur dapat meningkatkan ikatan antara aspal dan agregat. Namun, pada kadar 75%, terjadi penurunan pada beberapa parameter teknis seperti kelelehan dan VIM, sehingga tidak direkomendasikan untuk penggunaan maksimal. Berdasarkan hasil ini, penggunaan kapur sebesar 50% dianggap paling optimal untuk meningkatkan mutu, efisiensi, serta kinerja lapisan permukaan jalan AC-WC.
Legal Framework For Termination Of Contract Due To Force Majority To Further Ensure Legal Certainty Manurung, Doni Freddi; Siregar, Mahmul; Robert
Mahadi: Indonesia Journal of Law Vol. 4 No. 02 (2025): Vol. 04 No. 02 (2025): Vol. 04 NO. 02 (2025): August Edition 2025
Publisher : Universitas Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Contracts essentially arise from differences in interests between parties bound in a legal relationship. In practice, not all contracts can be executed as initially agreed, especially due to force majeure conditions. However, the Indonesian Civil Code does not explicitly detail the events that constitute force majeure, leading to legal uncertainty. This study aims to examine the legal framework for contract termination due to force majeure in order to ensure legal certainty for the parties. The research is normative legal research using statutory and case approaches, utilizing both primary and secondary data obtained through literature and document study. The findings indicate that Articles 1244 and 1245 of the Civil Code serve as the primary legal basis for force majeure, stating that a party unable to fulfill obligations due to such circumstances may be exempt from liability. However, practical implementation depends heavily on contract clauses and the burden of proof. Courts consider several aspects such as the force majeure clause, duration, good faith, and mitigation efforts in their rulings. The study concludes that although a legal framework exists, more detailed and flexible regulations are needed to address the complexities of modern contractual relationships and ensure greater legal certainty. Therefore, it is recommended that the government develop additional legal instruments regulating force majeure in contractual agreements in Indonesia.
EVALUATION OF HYBRID MOVIE RECOMMENDATION SYSTEM BASED ON NEURAL NETWORKS Widjaja, William; Robert; Johanes Terang Kita Perangin - Angin
JURTEKSI (jurnal Teknologi dan Sistem Informasi) Vol. 11 No. 3 (2025): Juni 2025
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) STMIK Royal Kisaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33330/jurteksi.v11i3.4079

Abstract

Abstract: Recommendation systems are becoming increasingly important with the growth of streaming platforms. The purpose of this study is to compare the performance of Content-Based Filtering, Neural Collaborative Filtering, and a combination of both in a movie recommendation system. The method used in this study involves retrieving movie details from the TMDB API and ratings from the MovieLens 32M Dataset (2010-2023). Each model's performance is evaluated using evaluation metrics such as RMSE and MAE. The results of this study indicate that Neural Collaborative Filtering achieves the best prediction performance (RMSE = 0.785423, MAE = 0.581262), followed by the hybrid model (RMSE = 0.800863, MAE = 0.660872), while Content-Based Filtering produces low performance and limits the capabilities of the hybrid model. In conclusion, these findings highlight the superiority of latent feature-based models such as NCF that learn directly from user interaction patterns over content-based approaches in the context of modern recommendation systems. Keywords: content-based filtering; hybrid filtering; movie recommendation; neural collaborative filtering. Abstrak: Sistem rekomendasi menjadi semakin penting seiring berkembangnya platform streaming. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan kinerja Content-Based Filtering, Neural Collaborative Filtering dan kombinasi keduanya dalam sistem rekomendasi film. Metode yang digunakan dalam penelitian ini melibatkan pengambilan detail film dari TMDB API dan rating dari dataset MovieLens 32M Dataset (2010-2023). Setiap peforma model dievaluasi dengan menggunakan metrik evaluasi seperti RMSE dan MAE. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Neural Collaborative Filtering mencapai kinerja prediksi terbaik (RMSE = 0.785423, MAE = 0.581262), diikuti oleh model hybrid (RMSE = 0.800863, MAE = 0.660872), sementara Content-Based Filtering menghasilkankan peforma yang rendah dan membatasi kemampuan model hybrid. Kesimpulannya, penelitian ini menyoroti superiotas model berbasis latent feature seperti NCF yang belajar langsung dari pola interaksi pengguna dibandingkan pendekatan berbasis konten dalam konteks sistem rekomendasi modern. Kata kunci: content-based filtering; hybrid filtering; neural collaborative filtering; rekomendasi film.
Pengembangan Sistem Informasi Perpustakaan SMA Kumnamu Berbasis Web Robert; Saludin Muis; Yohanes Ari Setiawan
Jurnal Sistem Informasi dan Teknologi Vol 2 No 1 (2022): Jurnal Sistem Informasi dan Teknologi (SINTEK)
Publisher : LPPM STMIK KUWERA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56995/sintek.v2i1.40

Abstract

Pada zaman ini, sistem informasi merupakan suatu hal yang penting untuk sebuah organisasi miliki. Perpustakaan SMA Kumnamu saat ini masih dilakukan secara manual dengan hanya mengandalkan buku besar yang berisikan transaksi peminjaman buku dan pendataan buku serta anggota hanya dilakukan menggunakan Microsoft Excel. Berdasarkan masalah yang dijelaskan, dapat dihasilkan hipotesis bahwa perpustakaan SMA Kumnamu memerlukan sistem informasi yang dapat mengelola seluruh administrasi secara terkomputerisasi agar seluruh transaksi, data buku, dan data anggota dapat tersimpan secara baik dalam database sistem serta untuk melihat perkembangan tingkat literasi siswa/i-nya. Sistem informasi dibangun menggunakan metode Waterfall untuk mendeskripsikan alur penelitian, tahapan untuk merancang sistem menggunakan UML, MySql sebagai database sistem, dan PHP serta HTML untuk bahasa pemrograman, sedangkan metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi literatur.