Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENJUALAN ANTIBIOTIK TANPA RESEP DI APOTEK KOMUNITAS DARI PERSPEKTIF TENAGA KEFARMASIAN Prasetyo, Eko Yudha; Ayu K, Dyah
Jurnal Wiyata Penelitian Sains dan Kesehatan Vol 8, No 1 (2021)
Publisher : LP2M IIK (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan) Bhakti Wiy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Apotek komunitas merupakan sumber utama dalam mendapatkan antibiotik. Akses antibiotik tanpa resep di apotek komunitas adalah hal umum di berbagai negara termasuk di Indonesia. Meski regulasi di Indonesia melarang penjualan antibiotik tanpa resep, namun sebagaian besar realisasi dari peraturan itu belum sepenuhya ditegakkan di banyak wilayah. Tujuan: Penelitian bertujuan menganalisa faktor yang memepengaruhi penjualan antibiotik tanpa resep di apotek komunitas kota “X” dari perspektif tenaga kefarmasian. Metode: Riset exploratory dilakukan dengan analisis data sekunder melalui review literatur untuk desain awal kuisioner dan Riset deskriptif dengan metode survei. Sampel adalah tenaga kefarmasian di apotek komunitas kota X dengan teknik sampling non-proprosional random sampling. Dilakukan analisis faktor untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh. Hasil: Penelitian melibatkan 41 responden. nilai Bartlet test of sphericity approx. chi-square sebesar 1.327 sig 0,000 (< 0.5). Hasil analisis faktor menunjukkan terbentuk 6 faktor dari 30 variabel dengan nilai Percent of Variance Keyakinan dan pengalaman (49.21%), Tekanan dari luar dan perilaku serupa (10.11%), Finansial (8.37%), Sikap (6.88%), Critical Sense (5.029%), Kelonggaran Hukum dan Sanksi (3.78%). Simpulan dan saran: Lima dari 6 faktor merupakan faktor internal diri responden. Upaya penggendalian fenomena ini dapat dimulai dari penerapan implementasi regulasi yang tegas dan komitmen tenaga kefarmasian dalam pengendalian resistensi antibiotik.
Edukasi Penggunaan Obat, Suplemen, Herbal Dan Bahaya Doping Pada Olahragawan Prasetyo, Eko Yudha; Kusumaratni, Dyah Ayu; Marhenta, Yogi Bhakti; Astutik, Widhi; Hartini, Indah Sri; Nugroho, Septiawan Adi
Journal of Community Engagement and Empowerment Vol 6, No 2 (2024)
Publisher : Institut Ilmu Kesehatah Bhakti Wiyata Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aktivitas fisik yang dilakukan dalam olahraga selain berdampak pada kebugaran tubuh juga beresiko menimbulkan cidera. Pharmaceutical care di bidang olahraga berkontribusi dalam perkembangan olahraga modern. Besarnya manfaat tersebut juga dibarengi masalah penyalahgunaan dan penggunasalahan obat karena terbatasnya pemahaman. Pengabdian ini bertujuan meningkatkan pengetahuan peserta tentang penggunaan obat, suplemen dan herbal pada olahragawan. Kegiatan pengabdian dilakukan dengan pendekatan penyuluhan kelompok dengan sasaran anggota komunitas olahraga. Kegiatan meliputi pengisian pre test, penyampaian materi, diskusi tanya jawab dan pengisian post test. Pre dan Post test berisi pertanyaan tentang pengetahuan DAGUSIBU peserta. Kegiatan pengabdian masyarakat ini memberi dampak pada peningkatan pengetahuan penggunaan obat, supplemen, dan herbal pada olahragawan. Peningkatan pengetahuan tertinggi terjadi pada domain cara mendapatkan dan menggunakan obat.
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP PENGGUNAAN SUNSCREEN PADA MAHASISWA FARMASI Kusumaratni, Dyah Ayu; Prasetyo, Eko Yudha
Enfermeria Ciencia Vol. 1 No. 2 (2023): Jurnal Enfermeria Ciencia, Volume 1, Nomor 2, November 2023
Publisher : Yayasan Abdi Amanah Masyarakat Mojokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56586/ec.v1i2.8

Abstract

Pengetahuan merupakan bidang yang sangat penting dimana perilaku seseorang dibentuk. Mahasiswa umumnya menerima 10%-70% dari paparan sinar UV setiap hari tergantung pada lama waktu paparan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap penggunaan sunscreen pada mahasiswa Farmasi semester 5 Institut Ilmu Kesehatan Bhakta Kediri. Penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental (observasional), dengan pendekatan metode cross-sectional (potong lintang). Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakta Kediri semester 5 dengan jumlah 203 mahasiswa. Pada penelitian ini digunakan rumus slovin untuk mengetahui jumlah sampel yang dibutuhkan dengan cara pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Hasil: Hasil penelitian pada tingkat pengetahuan terhadap penggunaan sunscreen menggunakan uji chi square. Hasil menunjukkan bahwa pada tingkat pengetahuan mahasiswa terhadap sunscreen yaitu pada kategori baik 38,5%, cukup 43%, dan kurang 18,5%. Pada tingkat penggunaan sunscreen yaitu pada kategori baik 40%, cukup 43%, dan kurang 17%. Hasil uji chi square didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,755 > 0,05. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan tingkat pengetahuan terhadap penggunaan sunscreen pada mahasiswa Farmasi semester 5 Institut Ilmu Kesehatan Bhakta Kediri
RASIONALITAS PENGGUNAAN ANALGESIK ANTIPIRETIK PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE Hartini, Indah Sri; Prasetyo, Eko Yudha; Kusumaratni, Dyah Ayu; Prodyanatasari, Arshy
Jurnal Wiyata Penelitian Sains dan Kesehatan Vol 11, No 2 (2024)
Publisher : LP2M IIK (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan) Bhakti Wiy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56710/wiyata.v11i2.834

Abstract

Latar belakang: Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue akut yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty. Data dinas kesehatan menyebutkan peningkatan Case Fatality Rate (CFR) DBD tahun 2020 sebesar 0,8% dan tahun 2021 sebesar 1,1% sedangkan target nasional adalah sebesar 38oC secara mendadak, nyeri kepala atau nyeri dibelakang bola mata, nyeri otot dan tulang. Pengobatan pasien DBD untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami adalah dengan pemberian analgesik antipiretik yang tepat. Tujuan: Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin meneliti gambaran penggunaan analgesik-antipiretik untuk mengetahui Tingkat rasionalitas penggunaan analgesik-antipiretik pada pasien DBD. Metode: Rasionalitas penggunaan analgesik-antipiretik yang diukur, meliputi ketepatan pasien, keterapatan obat, ketepatan indikasi, dan ketepatan dosis. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional noneksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif dan teknik sampling yang digunakan adalah totality sampling. Pengambilan data dilakukan berdasarkan data rekam medis pasien pada periode Bulan Januari-Agustus 2022. Sesuai dengan pedoman WHO dan Pedoman Nasional Pelayanan Kesehatan tatalaksana Dengue,pemberian obat analgesik-antipiretik yang sesuai dengan drug of choice adalah paracetamol. Simpulan: Berdasarkan data yang diperoleh diketahui sebanyak 74 pasien DBD dengan 57% pasien Perempuan dan 43 pasien laki-laki, serta 42% pasien merupakan anak-anak. Rasionalitas penggunaan analgesik-antipiretik pada pasien DBD diketahui yaitu 100% tepat pasien; 37,84 tepat obat; 100% tepat indikasi; dan 98,65% tepat dosis.
Analisis Biaya dan Terapi Antibiotik Ceftriaxone dan Cefotaxime Pada Pasien Pneumonia di Instalasi Rawat Inap RSUD Kabupaten Kediri Admaja, Wika; Amelia, Faresa; Prasetyo, Eko Yudha; Restyana, Anggi
Journal of Herbal, Clinical and Pharmaceutical Science (HERCLIPS) Vol. 6 No. 01 (2024): HERCLIPS VOL 06 NO 01
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30587/herclips.v6i01.7662

Abstract

Pneumonia is an infection caused by pathogenic microorganisms such as microbes, bacteria, fungi and viruses that cause inflammation of the lung tissue. The prevalence of pneumonia has increased every year. The first-line therapy used at the Kediri District Hospital is the use of ceftriaxone and cefotaxime antibiotics. Decision making on antibiotic use has an influence on the amount of medical costs incurred by patients. This study aims to determine which antibiotics are more cost-minimal and whether there is a significant difference between the use of ceftriaxone and cefotaxime antibiotic therapy at Kediri District Hospital. The design of this study was cross sectional, data collection was done retrospectively. The analysis method used independent t-test statistical test. The perspective in this study was seen through the provider, namely the hospital, a total of 215 pneumonia patients and the sample for this study was 63 patients. With 32 patients receiving ceftriaxone antibiotic therapy and 31 patients receiving cefotaxime antibiotic therapy. Total direct medical costs were categorized into four types of costs, namely treatment costs, antibiotic costs, other drug costs, laboratory and radiology costs. The average total direct medical costs of patients who received ceftriaxone antibiotic therapy were more cost minimal than patients who received cefotaxime antibiotics, namely Rp.2,296,449 and Rp.2,464,470. The results of the difference test using independent t-test statistics show a p-value of 0.219 so that it can be interpreted that there is no significant difference.
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU DAGUSIBU ANTIBIOTIK PADA PENGUNJUNG APOTEK X Hartini, Indah Sri; Prasetyo, Eko Yudha; Seran, Krisogonus Ephrino; Marhenta, Yogi Bhakti; Rimanti, Ikfina Maulidatur
Pengembangan Ilmu dan Praktik Kesehatan Vol. 4 No. 3 (2025): Volume 4, Nomor 3, Juni 2025
Publisher : STIKES Dian Husada Mojokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56586/pipk.v4i3.464

Abstract

Antibiotik sebagai obat yang digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Program edukasi DAGUSIBU yang diprakarsai oleh Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dalam rangka Gerakan Rumah Sadar Obat (GKSO) untuk meningkatkan pengetahuan serta sikap masyarakat dalam pengelolaan obat dengan tepat, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan, perilaku DAGUSIBU serta hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku DAGUSIBU antibiotik pada pengunjung Apotek X. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan metode cross sectional dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling. Metode analisis menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji gamma. Hasil penelitian menunjukkan dari 175 responden (100%), sebanyak 92 responden (52,6%) memiliki pengetahuan baik, dan yang memiliki perilaku baik sebanyak 23 responden (13,1%), perilaku cukup sebanyak 69 responden (39,4%). Kemudian sebanyak 70 responden (40%) memiliki pengetahuan cukup, dimana dari 70 responden memiliki perilaku baik sebanyak 2 responden (1,1%), perilaku cukup sebanyak 68 responden (38,9%). Selanjutnya sebanyak 13 responden (7,4%) memiliki pengetahuan kurang, dengan perincian sebanyak 0 perilaku baik dan perilaku cukup sebanyak 13 responden (7,4%). Tingkat pengetahuan dan perilaku DAGUSIBU antibiotik pada pengunjung Apotek X memiliki kategori baik 52,6% dan perilaku memiliki kategori cukup 85,7%. Hasil uji gamma nilai R sebesar 0,864 yang artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku DAGUSIBU antibiotik pada pengunjung apotek X dengan arah hubungan yang positif (+) atau searah.
RASIONALITAS PENGGUNAAN ANALGESIK ANTIPIRETIK PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE Hartini, Indah Sri; Prasetyo, Eko Yudha; Kusumaratni, Dyah Ayu; Prodyanatasari, Arshy
Jurnal Wiyata Penelitian Sains dan Kesehatan Vol 11 No 2 (2024)
Publisher : LP2M IIK (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan) Bhakti Wiy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56710/wiyata.v11i2.834

Abstract

Latar belakang: Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue akut yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty. Data dinas kesehatan menyebutkan peningkatan Case Fatality Rate (CFR) DBD tahun 2020 sebesar 0,8% dan tahun 2021 sebesar 1,1% sedangkan target nasional adalah sebesar 38oC secara mendadak, nyeri kepala atau nyeri dibelakang bola mata, nyeri otot dan tulang. Pengobatan pasien DBD untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami adalah dengan pemberian analgesik antipiretik yang tepat. Tujuan: Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin meneliti gambaran penggunaan analgesik-antipiretik untuk mengetahui Tingkat rasionalitas penggunaan analgesik-antipiretik pada pasien DBD. Metode: Rasionalitas penggunaan analgesik-antipiretik yang diukur, meliputi ketepatan pasien, keterapatan obat, ketepatan indikasi, dan ketepatan dosis. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional noneksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif dan teknik sampling yang digunakan adalah totality sampling. Pengambilan data dilakukan berdasarkan data rekam medis pasien pada periode Bulan Januari-Agustus 2022. Sesuai dengan pedoman WHO dan Pedoman Nasional Pelayanan Kesehatan tatalaksana Dengue,pemberian obat analgesik-antipiretik yang sesuai dengan drug of choice adalah paracetamol. Simpulan: Berdasarkan data yang diperoleh diketahui sebanyak 74 pasien DBD dengan 57% pasien Perempuan dan 43 pasien laki-laki, serta 42% pasien merupakan anak-anak. Rasionalitas penggunaan analgesik-antipiretik pada pasien DBD diketahui yaitu 100% tepat pasien; 37,84 tepat obat; 100% tepat indikasi; dan 98,65% tepat dosis.
LEVOFLOXACIN VS CEFTRIAXONE PADA PASIEN PNEUMONIA RAWAT INAP DI RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG : STUDI ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA Prasetyo, Eko Yudha; Kusumaratni, Dyah Ayu
Journal Medicine And Clinical Pharmacy Vol. 1 No. 2 (2024): MedClip Vol 1 No 2, 2024
Publisher : Institut Teknologi, Sains, dan Kesehatan RS.DR. Soepraoen Kesdam V/BRW

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47794/medclip.v1i2.6

Abstract

Pendahuluan: Pneumonia berada pada peringkat keempat sebagai penyebab kematian akibat penyakit dan peringkat pertama sebagai penyebab kematian akibat infeksi menular. Pneumonia termasuk penyakit dengan biaya penanganan tertinggi. Biaya yang dikeluarkan untuk pneumonia di Indonesia selama tahun 2018 hingga 2022 mencapai 8,7 triliun. Upaya untuk mengurangi biaya tersebut dapat dipertimbangkan. Memilih antibiotik paling cost effective dan menggunakannya secara rasional merupakan upaya yang dapat dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan efektivitas penggunaan Levofloxacin dan Ceftriaxone pada pasien pneumonia serta mengetahui antibiotik paling cost effective. Metode: Analisis efektivitas biaya dalam penelitian ini dilakukan dari perspektif penyedia layanan kesehatan (Rumah sakit). Pengambilan data dilakukan secara retrospective melalui seluruh data rekam medis dan data billing pasien pneumonia rawat inap di RSUD Dr. Iskak Tulungagung periode Januari hingga Desember 2023. Biaya medis langsung yang dihitung adalah biaya antibiotik, farmasi, radiologi, labolatorium, perawatan, tindakan medis, dan visite dokter. Efektivitas terapi dinilai dari adanya perbaikan klinis pada pasien. Hasil: Pasien yang diteliti berjumlah 18 (6 kelompok Levo, 12 kelompok Ceftri) Efektifitas kedua terapi 100%. Nilai ACER Levo Rp. 40.948 , ACER Ceftri Rp. 38.441. Kesimpulan: Levo (750mg/hari) dan Ceftri (1g/hari) pada pasien penumonia memiliki efektifitas yang sama (100%). Namun demikian dengan analisa efisiensi biaya Ceftri lebih dominan dengan selisih biaya total medik langsung Rp 250.648.
METAMIZOLE VERSUS KETOROLAK OF POSTOPERATIVE CLOSED FRACTURE PAIN MANAGEMENT AT dr. ISKAK TULUNGAGUNG HOSPITAL : A COST EFFECTIVENESS ANALYSIS Prasetyo, Eko Yudha; Kusumaratni, Dyah Ayu; Aditya Ayuning Siwi, Mayang
Journal Medicine And Clinical Pharmacy Vol. 2 No. 1 (2025): MedClip Vol 2 No 1, 2025
Publisher : Institut Teknologi, Sains, dan Kesehatan RS.DR. Soepraoen Kesdam V/BRW

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47794/medclip.v2i1.11

Abstract

The pain that appears in postoperative patients is acute pain, but pain that is not properly managed will develop into chronic pain and have long-term negative effects  and also have financial impacts. Metamizole is commonly used in pain management, while ketorolac is currently positioned as an alternative option. The availability of various analgesic options must be accompanied by comparative data on effectiveness and cost assessment.This aim to compare the cost–effectiveness of two therapies for moderate and severe acute pain, Metamizole (3x1g) and Ketorolac (3x30mg) for closed fracture postoperative pain management.. This study is descriptive comparative research using a cross sectional design with retrospective data collection. The sample in this study was the medical records and financial records of BPJS class III closed fracture surgery patients. Cost estimation measured from the provider's perspective. The types of costs considered are all costs directly related to health care at the hospital. Costs are measured in Indonesian rupiah (IDR) currency units. This research is short-term research so the researcher did not analyze the discount rate(0%). The findings of this study showed that Metamizole is a drug with higher effectiveness (37.93%) than ketorolac (35.48%), with a total direct medical cost of metamizole of IDR. 21,990,051 and ketorolac IDR. 23,041,427. ACER value of metamizole IDR. 579,754 and ketorolac IDR. 649,420. Based on the calculation of these real numbers, Metamizole is more cost effective than ketorolac in postoperative fracture pain management. However, statistically the effectiveness and cost of the two therapies did not have a significant difference.
ANALISA HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT DAN KUALITAS HIDUP PASIEN HIPERTENSI PROLANIS DI PUSKESMAS SIDOMULYO Prasetyo, Eko Yudha; Kusumaratni, Dyah Ayu; Serang, Krisogonus Ephrino; Hariyani; Fatimah
JURNAL PHARMA BHAKTA Vol 3 No 2 (2023): November 2023
Publisher : FACULTY OF PHARMACY, INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Prevalensi penderita hipertensi selalu meningkat setiap tahunnya dan berdampak pada pembiayaan oleh pemerintah. Ketidakpatuhan minum obat pasien hipertensi dapat berdampak pada kualitas hidup penderitanya. Mengatasi hal tersebut pemerintah membuat program Prolanis dengan harapan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien penyakit kronis, termasuk pasien hipertensi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kepatuhan minum obat dan kualitas hidup pasien hipertensi serta menganalisa hubunganya dengan karakteristik sosio-demografi pasien hipertensi peserta Prolanis. Metode: Penelitian ini berjenis analisis observasional dengan desain potong lintang. Subjek penelitian adalah pasien hipertensi rawat jalan peserta Prolanis di Puskesmas Sidomulyo Kediri. Instrumen Pengukuran tingkat kepatuhan minum obat menggunakan MMAS-8 dan pengukuran kualitas hidup menggunakan kuisioner WHOQOL-Breef. Teknik analisa bivariat menggunakan uji chi square. Hasil: Kepatuhan minum obat antihipertensi peserta prolanis puskesmas Sidomulyo dengan tingkat kepatuhan rendah (50%) , sedang (30%), dan tinggi (20%). Sementara pasien dengan kualitas hidup buruk (36,66%), sedang (30%), dan tinggi (33,33%). Variabel “Jenis Kelamin” (p-value 0,53), “Usia” (p-value 0,41) dan “Tingkat Pendidikan” (p-value 0,47), “Jumlah Penyakit Komorbid” (p-value 0,02). Hasil uji korelasi tingkat kepatuhan terhadap kualitas hidup domain “Kesehatan Fisik” (p-value 0,77), “Psikiologis” (p-value 0,02) “Kehidupan Sosial” (p-value 0,92) dan “Lingkungan” (p-value 0,38). Simpulan: Karakteristik jumlah penyakit komorbid berhubungan signifikan terhadap tingkat kepatuhan minum obat pasien (p-value 0,02), sementara kepatuhan minum obat berkorelasi signifikan terhadap kualiatas hidup domain Psikologi (p-value 0,02) pasien hipertensi peserta prolanis Puskesmas Sidomulyo Kediri.