Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

TINGKAT PENGETAHUAN PENGGUNAAN OBAT RASIONAL DALAM SWAMEDIKASI PADA MAHASISWA FARMASI IIK BHAKTI WIYATA KEDIRI Widyaningrum, Esti Ambar; Admaja, Wika; Hidayatunnisa, Shafira
Jurnal Inovasi Farmasi Indonesia (JAFI) Vol 2, No 2 (2021): Juli 2021
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jafi.v2i2.1511

Abstract

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, masyarakat mendapat kemudahan dalam mengakses informasi, termasuk informasi mengenai kesehatan. Disamping itu adanya kemudahan dalam memperoleh obat tanpa resep yang banyak dijual dipasaran akan menimbulkan kecenderungan semakin meningkatnya masyarakat untuk melakukan swamedikasi. Swamedikasi merupakan upaya untuk mengatasi keluhan penyakit sebelum memutuskan mencari pertolongan ke pusat pelayanan kesehatan/petugas kesehatan. Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan Pada pelaksanaan swamedikasi masih banyak terjadi ketidakrasionalan dalam penggunaannya sehingga  diperlukan pengetahuan yang memadai akan obat dan penggunaannya. Penggunaan obat bebas dan bebas terbatas dalam swamedikasi harus mengikuti prinsip penggunaan obat secara umum, yaitu penggunaan obat secara aman dan rasional. Penggunaan obat jika tidak rasional memungkinkan dampak negatif yang diterima oleh pasien lebih besar dibanding manfaatnya Tujuan: Mengetahui tingkat pengetahuan tentang swamedikasi dan mengetahui perilaku penggunaan obat rasional dalam swamedikasi pada Mahasiswa S-1 Farmasi IIK Bhakti Wiyata Kediri. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian survei deskriptif yang menggunakan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Sebanyak 100 Responden digunakan sebagai subjek penelitian yang merupakan mahasiswa Program Studi S-1 Farmasi yang sesuai dengan kriteria inklusi. Pengolahan dan penyajian data secara deskriptif. Hasil: Tingkat pengetahuan swamedikasi tergolong dalam kategori baik (73%), sedang (23%), dan buruk (4%). Perilaku responden terhadap penggunaan obat rasional dalam swamedikasi tergolong dalam kategori rasional (45%) dan tidak rasional (55%).
Pemberdayaan Pemahaman Masyarakat dalam Peningkatan Pengetahuan Penggunaan Obat Dan Antibiotik Dengan Benar Melalui Penyuluhan Dalam Rangka Manajemen Kesehatan Keluarga Pemberdayaan Pemahaman Masyarakat dalam Peningkatan Pengetahuan Penggunaan Obat Dan Antibiotik Dengan Benar Melalui Penyuluhan Dalam Rangka Manajemen Kesehatan Keluarga Restyana, Anggi; Admaja, Wika; Ubanayo, Kristian
Journal of Community Engagement and Empowerment Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Institut Ilmu Kesehatah Bhakti Wiyata Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masyarakat Indonesia saat ini sudah terbiasa dengan penggunaan berbagai jenis obat-obatan dengan tujuan menyembuhkan penyakit, mengontrol, ataupun sebagai suplemen untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Perkembangan tersebut menimbulkan berbagai dampak negatif. dampak negatif yang mungkin timbul dengan meningkatnya penggunaan obat di masyarakat adalah kesalahan dalam menggunakan hingga membuang limbah obat. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan dan informasi yang disampaikan kepada masyarakat terkait penggunaan obat yang baik dan benar. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masayarakat tentang tata cara  penggunaan obat dan cara penggunaan antibiotik dengan bijak. Metode dalam kegiatan ini adalah prospektif eksperimental yaitu observasi (pre test), pemberian perlakuan melalui intervensi penyuluhan dan mengukur tingkat pemahaman responden (post test) secara total sampling. Hasil dari kegiatan ini menunjukkan bahwa pre-test pengetahuan penggunaan  obat diperoleh score sebesar 57,96±7,61  dan pada pre test penggunaan antibiotik dengan bijak sebesar 47,26±9,39. Hasil score post-test untuk pengetahuan cara penggunaan obat sebesar 89,43±2,52 dan score post-test penggunaan antibiotik dengan bijak sebesar  84,11±6,44. Berdasarkan hasil diatas menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan pada responden sebesar 31,47±2,52 pada penyuluhan pengetahuan cara penggunaan obat dan 36,84±2,95 pada cara penggunaan antibiotik dengan bijak.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas Untuk Swamedikasi Pada Masyarakat Dusun Krajan Kedungjambe Singgahan Tuban Marhenta, Yogi Bhakti; Farida, Umul; Admaja, Wika; Salsabila, Amaliyah
Journal of Herbal, Clinical and Pharmaceutical Science (HERCLIPS) Vol 3 No 01 (2021): HERCLIPS VOL 3 NO 1
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30587/herclips.v3i01.3072

Abstract

Swamedikasi adalah obat yang dipilih dan digunakan sesorang untuk melindungi diri dari penyakit dan gejala penyakit lainnya, termasuk obat modern dan obat tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pengaruh usia, pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan informasi terhadap tingkat pengetahuan penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas untuk swamedikasi pada masyarakat Dusun Krajan Kedungjambe Singgahan Tuban. Metode penelitian menggunakan kuantitatif pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 93. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan pengambilan data dengan kuesioner online. Analisis data menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian diperoleh bahwa: terdapat pengaruh yang signifikan antara usia terhadap pengetahuan penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas untuk swamedikasi dengan nilai < 0,05. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan informasi terhadap tingkat pengetahuan penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas untuk swamedikasi pada masyarakat Dusun Krajan Kedungjambe Singgahan Tuban dengan nilai > 0,05.
Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Antibiotik Profilaksis Cefazoline Dan Ceftriaxone Pada Pasien Bedah Sesar Di RSUD Dr Soedomo Trenggalek Marhenta, Yogi Bhakti; admaja, wika; Srihartini, indah
Jurnal Sintesis: Penelitian Sains, Terapan dan Analisisnya Vol 4 No 2 (2023): Desember 2023
Publisher : Fakultas Sains, Teknologi, dan Analsisi Institut ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56399/jst.v4i2.154

Abstract

Tindakan bedah sesar semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dengan meningkatnya kasus bedah sesar juga meningkatkan faktor resiko terjadinya infeksi pada ibu hamil (ILO). Infeksi luka operasi merupakan komplikasi pasca bedah sesar yang mana meningkatkan angka mortalitas, morbiditas dan biaya yang tinggi. Terapi dengan pemberian antibiotik profilaksis telah terbukti dapat menurunkan resiko infeksi luka pasca bedah. Beragamnya terapi antibiotik profilaksis yang diberikan kepada pasien bedah sesar perlu dilakukan analisis efektivitas biaya untuk mengetahui terapi pengobatan mana yang lebih efektif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas biaya pada penggunaan antibiotik profilaksis cefazoline dan ceftriaxone pada kasus bedah sesar di RSUD Dr Soedomo Trenggalek tahun 2020. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional yang dilakukan secara retrospektif dengan perspektif rumah sakit. Hasil penelitian didapatkan penggunaaan antibiotik profilaksis pada pasien bedah sesar yang menggunakan antibiotik cefazoline lebih cost-effetive dibandingkan dengan antibiotik ceftriaxone berdasarkan nilai ACER yang didapat dari dua outcome terapi sebesar Rp 5.492.629 dan Rp 1.408.306
Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Perilaku Swamedikasi Diare Di Desa Gondang, Kecamatan Tugu Trenggalek Marhenta, Yogi Bhakti; Seran, Krisogonus Ephrino; Farida, Umul; admaja, Wika; Walujo, Djembor Sugeng
Journal of Herbal, Clinical and Pharmaceutical Science (HERCLIPS) Vol 5 No 02 (2024): HERCLIPS VOL 05 NO 02
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30587/herclips.v5i02.6727

Abstract

Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja, lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya, bisa tiga kali atau lebih dalam sehari.Menurut data laporan yang dihasilkan dari BPS RI Provinsi Jawa Timur pada tahun 2020 data pemerintah Kabupaten Trenggalek mencatat adanya kasus diare yaitu mencapai 4596 kasus dengan prevalensi 6,01%. Tujuan penelitian ini untuk Mengetahui tingkat pengetahuan dan tingkat perilaku swamedikasi terhadap penyakit diare pada masyarakat Desa Gondang, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek dan Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku swamedikasi diare pada masyarakat Desa Gondang, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek. Metode Penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain penelitian berupa cross sectional. Kemudian data dianalisis menggunakan SPSS, data yang diambil berjumlah 152 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan yang baik dengan jumlah 134 responden dengan persentase 88,2%, memiliki tingkat pengetahuan yang cukup yaitu 13 responden dengan persentase 8,6% dan tingkat pengetahuan yang kurang/rendah dengan 5 reponden dan persentase 3,3%. Sedangkan untuk hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat perilaku swamedikasi memiliki nilai P value 0,000<0,05 dan kekuatan hubungan antara kedua variabel tersebut menunjukkan nilai 0,526 maka dinyatakan memiliki hubungan kuat.
Analisis Biaya dan Terapi Antibiotik Ceftriaxone dan Cefotaxime Pada Pasien Pneumonia di Instalasi Rawat Inap RSUD Kabupaten Kediri Admaja, Wika; Amelia, Faresa; Prasetyo, Eko Yudha; Restyana, Anggi
Journal of Herbal, Clinical and Pharmaceutical Science (HERCLIPS) Vol. 6 No. 01 (2024): HERCLIPS VOL 06 NO 01
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30587/herclips.v6i01.7662

Abstract

Pneumonia is an infection caused by pathogenic microorganisms such as microbes, bacteria, fungi and viruses that cause inflammation of the lung tissue. The prevalence of pneumonia has increased every year. The first-line therapy used at the Kediri District Hospital is the use of ceftriaxone and cefotaxime antibiotics. Decision making on antibiotic use has an influence on the amount of medical costs incurred by patients. This study aims to determine which antibiotics are more cost-minimal and whether there is a significant difference between the use of ceftriaxone and cefotaxime antibiotic therapy at Kediri District Hospital. The design of this study was cross sectional, data collection was done retrospectively. The analysis method used independent t-test statistical test. The perspective in this study was seen through the provider, namely the hospital, a total of 215 pneumonia patients and the sample for this study was 63 patients. With 32 patients receiving ceftriaxone antibiotic therapy and 31 patients receiving cefotaxime antibiotic therapy. Total direct medical costs were categorized into four types of costs, namely treatment costs, antibiotic costs, other drug costs, laboratory and radiology costs. The average total direct medical costs of patients who received ceftriaxone antibiotic therapy were more cost minimal than patients who received cefotaxime antibiotics, namely Rp.2,296,449 and Rp.2,464,470. The results of the difference test using independent t-test statistics show a p-value of 0.219 so that it can be interpreted that there is no significant difference.
POLA PENGOBATAN PASIEN DISPEPSIA (ICD 10 : K-30) RAWAT JALAN DI RSUD X Sari Poespita Dewi Wahyuni, Kumala; Admaja, Wika; Ayu Kusumaratni, Dyah; Farida, Umul; Khusnul Khulukia, Widya
JURNAL PHARMA BHAKTA Vol 5 No 1 (2025): Mei 2025
Publisher : FAKULTAS FARMASI, INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Data rekamedik pasien dispepsia rawat jalan di RSUD X pada tahun 2021 menunjukkan bahwa gejala yang paling umum adalah mual, nyeri, dan muntah. Untuk mengurangi atau menghilangkan gejala yang timbul, pasien diberikan terapi farmakologis dan non farmakologis. Tujuan : untuk mengetahui pola pengobatan pada pasien dispepsia rawat jalan di RSUD X tahun 2021. Metode : menggunakaan metode deskriptif observasional dengan pendekatan retrospektif. Populasi sebanyak 423 pasien. Tehnik sampling yang digunakan adalah teknik puposive sampling dengan besar sampel 81 pasien. Hasil : Dari 81 pasien dispepsia rawat jalan di RSUD X pada tahun 2021, sebagian besar adalah perempuan, yaitu 55 orang (67,9%), dan hampir setengahnya adalah dari kelompok usia 41 hingga 60 tahun, yaitu 30 orang (37,0%). Hampir semua responden mengalami dispepsia dengan keluhan tunggal, yaitu 74 orang (90,1%). Sebagian besar pasien menerima obat tunggal sebanyak 44 orang (54,3%) dengan peresepan golongan PPI, yaitu Lansoprazole sebanyak 20 orang (24,7%) dan obat golongan Blocker H2, yaitu Ranitidine sebanyak 24 orang (29,6%). Sedangkan pola peresepan kombinasi yang paling banyak adalah Lansoprazole 30 mg dan Sucralfat sirup, yaitu sebanyak 17 orang (21,0%).
Cost-Effectiveness Analysis Of Ceftriaxon And Chloramphenicol In Pediatric Patients With Tyfoid Fever In Hospital X, Jombang Regency Restyana, Anggi; Admaja, Wika; Nunki Rosa Fitria
Journal for Quality in Public Health Vol. 6 No. 2 (2023): May
Publisher : Master of Public Health Program Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30994/jqph.v6i2.446

Abstract

Typhoid fever is a disease caused by infection by the bacterium Salmonella typhi which infects the human digestive tract. Typhoid fever is spread all over the world, it is estimated that the incidence is between 11-21 million cases per year with a death rate reaching 215,000 (Rampengan, 2016). The main treatment for typhoid fever is by administering antibiotics and also bed rest. The first antibiotic administered as therapy for typhoid fever was chloramphenicol. But along with technological developments which affect the drug development as well, many new antibiotics for typhoid fever have been discovered, such as ceftriaxone antibiotic (Rampengan, 2016). This study aims to find out a more cost-effective therapy for the treatment in pediatric patients with typhoid fever in Jombang Public Hospital. This study used a cross-sectional research design with retrospective data collection. The samples in this study were 31 pediatric patients with typhoid fever with 16 patients were administering ceftriaxone injection antibiotic therapy and 15 patients were administering chloramphenicol injection antibiotic therapy. Data were identified using the cost-effectiveness analysis of ACER and ICER calculations with the long-of-stay therapy outcome. The results showed that ceftriaxone had a lower ACER value of IDR 1,687,279.88 with an effectiveness of 100%, compared to the ACER of chloramphenicol which had value of IDR 2,336,405.29 with an effectiveness of 86.67%. From these results it was concluded that ceftriaxone is more cost-effective than chloramphenicol.
Suitability Of Real Cost To Tariff Of INA-Cbgs Of Hypertensive Patients At X General Hospital Restyana, Anggi; Admaja, Wika
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia Vol. 10 No. 1 (2024): Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia
Publisher : Program Studi Farmasi Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35311/jmpi.v10i1.450

Abstract

Hypertension referred to as the "silent killer". Hypertension is a non-communicable disease that one of the leading causes death in the world. Increasing prevalence of hypertension based on measurements Indonesia in the population aged (18 years by 34.11% with the highest hypertension sufferers in South Kalimantan at 44.13% and the lowest prevalence of hypertension in Papua at 22.22%. In Indonesia, health costs keep increasing due to degenerative diseases. This study aims to determine the Real Cost of hypertensive patients and to determine the difference in Real Cost to the INA CBGs tariff of hypertensive inpatients at General Hospital X Kediri regarding the class of treatment, severity and length of treatment. This study was a descriptive quantitative research using a cross sectional design with retrospective data. The results of the study of the real cost of hospital of hypertensive patients with or without comorbidities at Public Hospital X Kediri was Rp.408,473,500. Meanwhile, the INA CBGs tariff was Rp.211,709,100 so that the difference obtained was negative Rp.196,764,400. The cost consists of class 1 treatment (13 patients) was Rp. (-32,884,800), class 2 (16 patients) was Rp. (-25,262,600) and class 3 (79 patients) was Rp. (-138,617,000). The difference in severity was mild severity (81 patients) of Rp. (-144,856,800), moderate severity (20 patients) of Rp. (-39,647,000) and severe severity (7 patients) of Rp. (-12,260,600). The difference in length of hospital stay 0-5 days (66 patients) was Rp.(-85,504,600), length of hospital stay 6-10 days (41 patients) was Rp.(-107,463,600) and length of hospital stay (10 days (1 patient) was Rp.(-3,796,200). The real cost of hospital was greater than the INA CBGs tariff, thus causing a negative cost difference that can make financial loss to the hospitals.
Cost Effectiveness Analysis of Antibiotics in Appendicitis Surgery Patients at Kediri City Hospital Restyana, Anggi; Admaja, Wika; Wibisono, Adi
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia Vol. 10 No. 2 (2024): Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia
Publisher : Program Studi Farmasi Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35311/jmpi.v10i2.617

Abstract

Pre and post-appendicitis guideline therapy include broad-spectrum antibiotics before surgery, appendectomy (laparoscopic or open), and follow-up antibiotics post-surgery in complicated cases of appendicitis. The incidence of appendicitis is estimated to be around 100 cases per 100,000 people per year, with a consistent incidence rate in Western countries and an increasing trend in developing regions. In Indonesia, there are 24.9 cases of acute appendicitis per 10,000 people. The use of antibiotics in appendicitis surgery has been widely used. In most studies, it is known that the most widely used types of prophylactic antibiotics are second or third generation cephalosporins or a combination of metronidazole, either given as a single dose, two or three doses. However, there has been no research on direct comparisons between antibiotics. Most studies have not found significant differences in the incidence of SSI. In Indonesia, health financing uses the National Health Insurance system which requires cost-effective therapy. This study aims to determine the cost-effectiveness between the use of cefoperazone-metronidazole and ceftriaxone. The perspective in this study uses the perspective of health care facilities. Costs are observed in two classes of care and effectiveness is measured through the incidence of Surgical Wound Infection. The results of cefoperazone-metronidazole antibiotic therapy compared to ceftriaxone in insurance patients obtained an ICER value of Rp 94,380.68,-. So the use of cefoperazone-metronidazole antibiotics will incur additional costs of Rp 94,380.68,- per increase in therapy outcomes. While in the analysis of the cost-effectiveness of cefoperazone-metronidazole antibiotic therapy compared to ceftriaxone in non-insured patients, the average cost was lower with higher effectiveness with cefoperazone-metronidazole antibiotic therapy than using therapy with ceftriaxone antibiotics. Thus, cefoperazone-metronidazole antibiotics can be considered as the main choice in non-insured patient therapy. In this study, no relationship was found between demographic factors, type of appendicitis and class of care on the incidence of surgical wound infections.