Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

The Effect of Beneng Taro Flour (Xanthosoma undipes K. Koch) and Rice Bran (Oryza sativa L.) Substitution on the Physical and Sensory Characteristics of Bread Nurtiana, Winda; Najah, Zulfatun; Syabana, Mohamad Ana
Journal of Nutrition Science Vol 4, No 2 (2023): November, 2023
Publisher : Universitas Teuku Umar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35308/jns.v4i2.7593

Abstract

Beneng taro is an indigenous tuber from Banten which is rich of functional components such as dietary fiber and carotenoid pigments. So far, processing of beneng taro has not been developed. One of method to process it is to make into flour. Another material that is not utilized is rice bran. Rice bran is a by-product of rice milling which has only been used as animal feed, but the majority of functional components in rice accumulate in rice bran such as dietary fiber, oryzanol, and phytosterol compounds. The application of beneng taro flour and rice bran for food products can increase food diversification, beside of that it can reduce the use of wheat flour. The purpose of this study was to evaluate the effect of adding beneng taro flour and rice bran to bread on the physical and sensory characteristics. This study used a completely randomized design (CRD) with one factor, namely the ratio of wheat flour: beneng taro flour: rice bran (control, 65:30:5; 65:25:10; 65:20:15). This research was carried out in two repetitions. The result of this research were the increase of rice bran and the decrease of beneng taro flour substitution in bread decrease the expansion ratio, lightness (L*) of the crust and crumb, a* chromaticity of the crust, b* chromaticity of the crust and crumb, hue (oh) of the crust and crumb, and sensory acceptance. However, the increase of rice bran and decrease of beneng taro flour substitution increased density of dough, density of bread, and a* chromaticity of the crumb. Based on the results of sensory analysis, the bread with 65:30:5 formula was the best formula because it was close to the control.
Pemanfaatan Sumber Pangan Lokal Khas Provinsi Banten (Talas Beneng Sebagai Bahan Baku Produk Keripik) Putri, Nezly Nurlia; Putri, Nia Ariani; Eris, Fitria Riany; Pamela, Vega Yoesepa; Kusumasari, Septariawulan; Rusbana, Tubagus Bahtiar; Wulandari, Puji; Nurtiana, Winda; Riyanto, Rifqi Ahmad; Najah, Zulfatun; Nafisah, Ainun; Syabana, Mohamad Ana; Dzikribillah, Muhammad Dhabit; Hariyanti, Rahma
abdimesin Vol. 2 No. 2 (2022): Abdi-mesin
Publisher : UPN "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/abdimesin.v2i2.32

Abstract

Pengabdian masyarakat yang sudah dilaksanakan oleh program Studi Teknologi Pangan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) di Desa Talaga Warna, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang merupakan salah satu perwujudan dan pengaplikasian bidang ilmu atau kajian pada bidang rekayasa dan pengolahan pangan. Pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh program studi teknologi pangan berkerjasama dengan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Pabuaran dalam bentuk pelatihan pengolahan kripik talas beneng yang difokuskan pada penurunan kadar oksalat. Batas konsumsi kalsium oksalat adalah 71mg / 100g berat basah talas. Apabila terkonsumsi dapat menimbulkan pembengkakan pada bibir dan mulut atau rasa gatal pada lidah dan tenggorokan.Kadar kalsium oksalat tepung talas varietas beneng, mentega, semir dan hijau berkisar antara 219.3 - 759.9 ppm. Umbi talas beneng dapat meningkatkan potensi sumber pangan lokal dan pendapatan masyarakat setempat. Salah satunya kandungan karbohidrat yang tinggi dan mensubstitusi beras. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memperkenalkan dan meningkatkan pemanfaatan sumber pangan lokal talas beneng sebagai bahan baku olahan produk pangan, memberikan informasi dan solusi cara menurunkan kandungan oksalat serta meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan masyarakat tentang teknologi pengolahan pangan. Pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari tujuh tahapan dengan pendekatan partisipatif. Hasil pengabdian di Desa Telaga Warna adalah Ibu-ibu mampu menjelaskan sumber pangan lokal dan pemanfaatan talas beneng sebagai bahan baku olahan produk pangan, mendapatkan solusi alternatif dari kendala yang ditemukan dilapangan dan kegiatan ini berjalan dengan lancer dimana terlihat antusias dan semangat ibu-ibu mengikuti kegiatan ini.
Penerapan Teknologi Pascapanen Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus) Di Arifki Tani, Cipocok Jaya, Kota Serang Adiwinata, Doni; Nurpitriani, Irna; Tampenawas, Russel Yehezkiel; Pamela, Vega Yoesepa; Najah, Zulfatun
GABBAH : Jurnal Pertanian Dan Perternakan Vol. 2 No. 4 (2025): Juli
Publisher : PT PUBLIKASI INSPIRASI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62017/gabbah.v2i4.5023

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pemahaman petani mengenai penanganan panen dan pascapanen jamur tiram (Pleurotus ostreatus) serta upaya mereka dalam mengolahnya untuk meningkatkan nilai produk. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan mengumpulkan data melalui wawancara dengan petani jamur dan studi literatur yang relevan dengan budidaya dan pengolahan jamur. Ruang lingkup penelitian meliputi prosedur budidaya, waktu panen, teknik pasca panen, diversifikasi produk, dan pengelolaan limbah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani mengikuti proses budidaya yang terstruktur, mulai dari persiapan media hingga inkubasi dan panen. Panen dilakukan berdasarkan indikator morfologi seperti ukuran dan kematangan kepala jamur. Penanganan pascapanen meliputi penyortiran, penyimpanan yang tepat untuk menjaga kesegaran, dan pengemasan yang mendukung perlindungan dan daya tarik pemasaran. Sebagian dari jamur segar diolah menjadi makanan ringan jamur krispi yang lebih tahan lama dan dapat dipasarkan. Selain itu, petani memanfaatkan media tanam yang sudah tidak terpakai sebagai kompos dan menjual produk sampingannya untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Praktik ini tidak hanya meminimalkan kerugian produksi tetapi juga meningkatkan keberlanjutan dan daya saing di pasar. Studi ini menyimpulkan bahwa penanganan pascapanen yang tepat dan pengolahan bernilai tambah secara signifikan berkontribusi pada kualitas produk, manfaat ekonomi, dan pengembangan jangka panjang pertanian jamur.