Pasien yang menjalani hemodialisis seringkali mengeluh nyeri otot, lelah, dan mengantuk. Hemodialisis memiliki efek samping yaitu hipotensi dan kelemahan. Intradialytic exercise adalah aktivitas fisik yang disesuaikan dengan kondisi pasien hemodialisis untuk menjaga dan meningkatkan kebugaran. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan tanda-tanda vital pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani intradialytic exercise. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasy experiment pendekatan pre-test and post-test with control group. Sampel penelitian 17 kelompok intervensi dan 17 kelompok kontrol pasien di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru diambil dengan teknik purposive sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dengan IBM SPSS Statistics 20 dan Microsoft Excel 2019. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji Paired t-test, Independent t-test, uji Wilcoxon, dan uji Mann-Whitney. Hasil uji paired t-test menunjukkan terdapat perbedaan pada tekanan darah sistolik pre-test dan post-test intradialytic exercise dengan nilai p Value 0,024< α (0,05), untuk nadi didapatkan nilai p Value 0,000< α (0,05). Hasil uji independent t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan post-test suhu dan pernapasan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dimana suhu didapatkan nilai p Value 0,375> α (0,05) dan post-test pernapasan didapatkan nilai p Value 0,219> α (0,05). Tidak terdapat perbedaan indikator tanda-tanda vital antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, namun pada pasien kelompok intervensi menunjukkan perbedaan tekanan darah dan nadi. Kesimpulan pada penelitian ini adalah pasien penyakit ginjal kronis di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru membutuhkan intradialytic exercise setiap melakukan hemodialisis karena dapat mengontrol tanda-tanda vital jika dilakukan rutin dalam jangka waktu lama.