Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search
Journal : PLENARY HEALTH : Jurnal Kesehatan Paripurna

HUBUNGAN INFEKSI KECACINGAN DENGAN GEJALA STUNTING PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBON JERUK Mahardika, Angga; Ismawatie, Emma
Plenary Health : Jurnal Kesehatan Paripurna Vol. 1 No. 3 (2024)
Publisher : LPPI Yayasan Almahmudi bin Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37985/plenaryhealth.v1i3.603

Abstract

Bila tinggi atau panjang anak tidak sesuai dengan usianya, maka hal tersebut disebut dengan istilah stunting, yaitu kondisi gagal tumbuh yang disebabkan oleh masalah gizi yang berkelanjutan. Balita yang mengalami stunting saat dewasa akan mengalami keterlambatan kecerdasan, produktivitas, dan prestasi. Infeksi cacing merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing yang masuk ke dalam tubuh melalui tanah dan menginfeksi manusia. Penelitian ini mengkaji hubungan antara tanda-tanda stunting pada balita dengan infeksi cacing di wilayah kerja Puskesmas Kebon Jeruk. Penelitian semacam ini menggunakan metode korelasional dan bersifat kuantitatif. Instrumen penelitian menggunakan rekam medis gizi anak dan data laboratorium. Sebanyak 87 balita yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta tergolong stunting menjadi sampel secara keseluruhan. Analisis data univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Square atau Uji Eksak Fisher sebagai pengganti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 87 balita dalam sampel, 69% tergolong pendek dan 31% tergolong sangat pendek. Lima persen balita dinyatakan positif kecacingan, sedangkan sembilan puluh tiga persen dinyatakan negatif. Berdasarkan hasil uji hipotesis, uji statistik menunjukkan tidak ada korelasi yang signifikan (p=0,644) antara infeksi cacing dengan gejala stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kebon Jeruk.
ANALISIS KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL USIA PRODUKTIF DI PUSKESMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG Manangsang, Tharissa Amanda Aditya; Ismawatie, Emma
Plenary Health : Jurnal Kesehatan Paripurna Vol. 1 No. 3 (2024)
Publisher : LPPI Yayasan Almahmudi bin Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37985/plenaryhealth.v1i3.610

Abstract

Hemoglobin terdiri dari globin dan heme, dengan empat rantai polipeptida yang terdiri dari dua rantai globin alfa dan dua rantai globin beta. Hemoglobin membawa oksigen dalam darah dan berubah warna menjadi merah bila oksigen tinggi dan kebiruan bila oksigen rendah. Selama kehamilan, produksi eritropoietin meningkat sehingga menyebabkan peningkatan volume darah. Namun kadar hemoglobin bisa turun karena kekurangan zat besi sehingga menyebabkan anemia pada ibu hamil. Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah, pendarahan, bahkan kematian. Diperlukan pemeriksaan laboratorium yang tepat untuk mendukung penurunan angka kematian ibu. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kadar hemoglobin pada ibu hamil di Puskesmas Bandarharjo Semarang guna mengetahui gangguan kesehatan yang mungkin timbul dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu mengumpulkan informasi dari sumber dan objek penelitian. Populasi penelitian adalah pasien di Laboratorium Puskesmas Bandarharjo Semarang yang berjumlah 323 orang. Pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling dengan rumus slovin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil di Puskesmas Bandarharjo memiliki kadar hemoglobin cukup, yaitu 84,8% dalam kategori normal. Namun, 15,2% ibu hamil memiliki kadar Hb rendah yang mengindikasikan adanya risiko anemia. Hal ini menunjukkan masalah anemia pada ibu hamil masih sering terjadi terutama di negara berkembang. Tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dan kadar hemoglobin. Nutrisi dan kepatuhan terhadap suplemen zat besi berperan dalam menentukan kadar hemoglobin. Nutrisi yang cermat dapat mencegah penurunan kadar hemoglobin selama kehamilan.
PENGARUH PEMANTAPAN MUTU INTERNAL TERHADAP PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL PEMERIKSAAN UREA DAN KREATININ Astri, Budi Tiara; Ismawatie, Emma
Plenary Health : Jurnal Kesehatan Paripurna Vol. 1 No. 3 (2024)
Publisher : LPPI Yayasan Almahmudi bin Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37985/plenaryhealth.v1i3.611

Abstract

Mutu Pelayanan Kesehatan adalah tingkat pelayanan kesehatan individu dan masyarakat yang dapat meningkatkan pelayanan kesehatan secara optimal, diberikan sesuai dengan standar pelayanan dan perkembangan ilmu pengetahuan terkini, serta untuk memenuhi hak dan kewajiban pasien. Laboratorium kesehatan dapat mengembangkan sistem dalam peningkatan mutu pelayanan dan menyusun indikator mutu teknis. Indikator mutu teknis meliputi pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu eksternal. Faktor utama yang berpengaruh terhadap hasil PME salah satunya adalah PMI evaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui  pengaruh pemantapan mutu internal terhadap pemantapan mutu eksternal parameter urea dan kreatinin. Metode penelitian ini adalah observasi  korelasi dengan pendekatan cross-sectional study. Sampel penelitian ini adalah 6 laboratorium puskesmas di wilayah Jakarta Utara yang diambil dengan teknik purposive random sampling. Berdasarkan analisa diperoeh hasil pemantapan mutu eksternal parameter urea menunjukkan kriteria baik sebesar 33%, kriteria cukup 50% kriteria kurang 17%, dan  kriteria buruk 0%. Untuk hasil pemantapan mutu internal parameter urea menunjukkan kriteria baik sebesar 17%, kriteria cukup sebesar 50%, kriteria kurang sebesar 33%, kriteria buruk 0%. Untuk hasil pemantapan mutu eksternal parameter kreatinin menunjukkan kriteria baik sebesar 100%, kriteria cukup sebesar 0% dan kriteria kurang sebesar 0%, kriteria buruk 0%, sedangkan  hasil pemantapan mutu internal parameter kreatinin dari nilai target serum kriteria baik sebesar 0%, kriteria cukup sebesar 0% dan kriteria kurang sebesar 0%, kriteria buruk 100%. Untuk hasil korelasi dengan uji statistik menunjukkan hasil p>0,05 untuk kedua parameter urea dan kreatinin, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara pemantapan mutu internal terhadap pemantapan mutu eksternal.
PENGARUH WAKTU PENCAMPURAN REAGEN KREATININ PADA ALAT KIMIA ANALYZER HITACHI 902 DENGAN KONSISTENSI HASIL SERUM KONTROL Marlin, Frestika; Ismawatie, Emma
Plenary Health : Jurnal Kesehatan Paripurna Vol. 1 No. 3 (2024)
Publisher : LPPI Yayasan Almahmudi bin Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37985/plenaryhealth.v1i3.617

Abstract

Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium klinik merupakan hal penting untuk pengaturan analisis di bidang kesehatan. Pengukuran tersebut menggunakan bahan kontrol yang sering digunakan adalah serum kontrol komersil. kreatinin dalam serum dianggap sensitif menjadi indikator khususnya pada penyakit ginjal. Peningkatan pada kadar kreatinin serum antara 1,2 - 2,5 mg/dL sangat berhubungan positif terhadap tingkat kematian pasien. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan reagen kreatinin tetap stabil pada alat kimia analyzer hitachi 902 dengan hasil pemantapan mutu internal yang dilakukan setiap hari. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu yang dilakukan di Laboratorium Medis Fortuna Lab Mojokerto. Sampel yang digunakan adalah kontrol normal yang siap pakai lalu dilakukan pemeriksaan PMI pada reagen kerja kreatinin. Hasil penelitian didapatkan rata-rata pemeriksaan kreatinin pada reagen kerja langsung digunakan, disimpan 3 hari dan disimpan 5 hari adalah 1,11 mg/dL, 1.01 mg/dL dan 0.76 mg/dL. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar kreatinin pada reagen kerja langsung digunakan dan disimpan 3 hari masih stabil sedangkan pada penyimpanan hari ke 5 terjadi penurunan hasil kontrol.
PERBANDINGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN HEMATOKRIT SEBELUM DENGAN SESUDAH SC (SECTIO CAESAREA) DI RSU ‘AISYIYAH PONOROGO Qunaiti, Widya; Ismawatie, Emma
Plenary Health : Jurnal Kesehatan Paripurna Vol. 1 No. 3 (2024)
Publisher : LPPI Yayasan Almahmudi bin Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37985/plenaryhealth.v1i3.623

Abstract

SC (Sectio Caesarea) adalah proses pembedahan untuk melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus, mencegah terjadinya robekan  pada cervix dan segmen bawah rahim. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit pada ibu hamil sebelum dan sesudah tindakan SC sangat penting untuk mengetahui diagnosa awal sebelum persalinan karena berisiko mengalami anemia. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbandingan kadar hemoglobin dan hematokrit sebelum dengan sesudah SC (Sectio Caesarea) di RSU ‘Aisyiyah Ponorogo. Penelitian ini  menggunakan metode observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah pasien dengan tindakan SC (Sectio Caesarea) yang berjumlah 39 pasien yang diambil dari instalasi rekam medis dengan teknik pengambilan total sampling. Hasil penelitian dengan uji Shapiro-Wilk dan dianalisis dengan uji statistik Wilcoxon didapatkan kadar hemoglobin p-value (0,002) < alpha (0,01) dan kadar hematokrit p-value (0,015) > alpha (0,01). Kesimpulan penelitian adalah ada perbandingan signifikan rata-rata hemoglobin dan tidak ada perbandingan yang signifikan rata-rata hematokrit sebelum dengan sesudah SC (Sectio Caesarea).
ANALISA FAKTOR RISIKO TERHADAP BAKTERI KLEBSIELLA PNEUMONIAE PADA PASIEN SEPSIS DI RUMAH SAKIT UMUM TIMOR-LESTE Menezes, Humbelina; Ismawatie, Emma
Plenary Health : Jurnal Kesehatan Paripurna Vol. 1 No. 3 (2024)
Publisher : LPPI Yayasan Almahmudi bin Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37985/plenaryhealth.v1i3.634

Abstract

Sepsis merupakan akibat dari respon infeksi yang mengakibatkan kegagalan regulasi dan kegagalan fungsi organ sehingga mengancam kehidupan manusia. Sepsis dapat disebabkan oleh bakteri gram negative ( Pseudomonas sp , Klebsiella pneumoniae dan Escherichia coli), bakteri gram positif (Staphylococcus aureus) dan jamur, merupakan organisme yang paling sering diidentifikasi. Faktor risiko yang diduga berperan terhadap kejadian sepsis antara lain: usia, jenis kelamin, tempat berobat, riwayat penyakit ginjal kronis, riwayat diabetes melitus, riwayat HIV, riwayat penyalahgunaan alkohol, riwayat kemoterapi. Sepsis dimulai ketika kuman penyebab infeksi memasuki aliran darah. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui adanya faktor risiko yang berhubungan dengan bakteri Klebsiella pneumoniae pada pasien Sepsis. Metode kuantitatif deskriptif non observational dengan menggunakan random sampling. Subjek penelitian sebesar 50 sampel dengan usia anak-anak (64,0%), remaja (24,0%) dan dewasa (12 ,0%) yang terindikasi positif sepsis, dengan instrument data rekam medis pada tahun 2023-juli 2024, pasien terdiri dari 80% perempuan dan 20,0% laki-laki.Hasil analisis statistik uji Chi-square menunjukan bahwa terdapat hubungan antara faktor risiko pada bakteri klebsiella pneumoniae terhadap pasien sepsis .Berdasarkan uji multivariant yang menunjukkan urutan variabel independent yang pengaruh secara dominan terhadap variabel dependen seperti jenis kelamin dengan nilai sig. P-value 0.031<0.05 Bahwa ada hubungan secara parsial dengan kultur darah sepsis, umur dengan nilai sig.p-volume 0.010<0.05 dan riwayat penyakit mempunyai nilai sig.p-volume 0.07<0.05 ada hubungan faktor risiko terhadap sepsis, penderita sepsis pada penelitian ini banyak diderita oleh jenis kelamin perempuan.
PREVALENSI ESCHERICHIA COLI PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH DI RS GUIDO VALADARES TAHUN 2021 – 2022 Saldanha, Ana Paula Pereira; Ismawatie, Emma
Plenary Health : Jurnal Kesehatan Paripurna Vol. 1 No. 3 (2024)
Publisher : LPPI Yayasan Almahmudi bin Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37985/plenaryhealth.v1i3.639

Abstract

Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan suatu kondisi infeksi yang ditandai dengan tumbuh dan berkembang biaknya bakteri pada saluran kemih, termasuk infeksi pada parenkim ginjal hingga kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang signifikan. Setiap tahun sekitar 150 juta orang di seluruh dunia didiagnosis menderita infeksi saluran kemih. Dimana prevalensinya sangat bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin, perempuan lebih sering terkena ISK dibandingkan laki-laki karena perbedaan anatomi keduanya. Infeksi saluran kemih adalah penyebab utama dari berbagai kondisi nyeri dan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi prevalensi Escherichia coli pada pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) di RS Guido Valadares tahun 2021 – 2022. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif tanpa observasi langsung, data diperoleh dari penelusuran data sekunder dengan menggunakan teknik sampling. menggunakan pengambilan sampel acak sederhana. Analisis data dilakukan melalui tabulasi dan hasilnya dipresentasikan dalam tabel. Dari penelitian tersebut diketahui prevalensi pasien infeksi saluran kemih di RS Guido Valadares tahun 2021-2022 sebesar 1, 7% dengan total pasien positif Escherichia coli sebanyak 85 orang. Infeksi saluran kemih lebih umum dialami oleh wanita dibandingkan dengan pria sebesar 62, 35% dan paling banyak ditemukan pada rentang usia. >30 tahun sebesar 81, 39%. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa prevalensi Infeksi pada saluran kemih tertinggi terjadi dalam rentang waktu tahun 2022 (70, 58%) dan jenis kelamin yang paling rentan terkena infeksi saluran kemih adalah perempuan dan usia >30 tahun.