Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Overview Of Cases Of Violence Against Women And Children In Gunung Jati General Hospital, Cirebon City In 2021-2022 Rusman, Andri Andrian; Dwi S, Putri Meida; Nurlaela, Lutfhi
Jurnal EduHealth Vol. 15 No. 02 (2024): Jurnal eduHealt, Edition April - June , 2024
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Violence against women and children is an increasing phenomenon, but often these cases are not accurately reported. This study aims to identify the characteristics of cases of violence against women and children at Gunung Jati General Hospital, Cirebon City in 2021-2022. Using secondary medical record data, this study was conducted retrospectively with a cross-sectional design. The results showed that the majority of victims were girls aged 11-15 years, not yet working, from Cirebon City, and the perpetrators of violence were generally known people. Sexual violence was the most common type of violence experienced by child victims. These findings indicate the importance of attention to the prevention, handling, and assistance of victims of violence, with the P2TP2A unit of Cirebon City expected to increase these efforts.
PROFIL EFEKTIVITAS, KEAMANAN, DAN TOLERABILITAS PERMETRIN SEBAGAI ANTISKABIES : TELAAH SISTEMATIK Megantari, Gania Nuriyah; Nugraha, Rhea Veda; Nurlaela, Lutfhi
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 1 (2025): MARET 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i1.43073

Abstract

Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei var hominis dan sering menimbulkan gatal yang intensif terutama pada malam hari. Permetrin 5% merupakan terapi lini pertama yang direkomendasikan dalam pengobatan skabies, tetapi terdapat laporan mengenai resistensi tungau terhadap permetrin sehingga diperlukan evaluasi terhadap efektivitas dan keamanannya. Penelitian ini menggunakan desain telaah sistematik dengan meninjau berbagai literatur ilmiah yang membahas efektivitas, keamanan, dan tolerabilitas permetrin sebagai terapi skabies, termasuk studi klinis, uji coba acak terkontrol, dan meta-analisis yang dipublikasikan dalam 10 tahun terakhir. Hasil telaah menunjukkan bahwa permetrin tetap menjadi terapi lini pertama yang direkomendasikan untuk pengobatan skabies karena efektivitasnya yang tinggi dibandingkan dengan agen topikal lainnya. Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah iritasi kulit ringan dan gatal pasca-pengobatan. Namun, beberapa faktor dapat menurunkan efektivitasnya, seperti resistensi tungau, kesalahan dalam aplikasi, serta kebersihan lingkungan yang kurang terjaga. Efektivitas permetrin dapat ditingkatkan dengan cara memberikan edukasi pasien mengenai cara aplikasi yang benar sangat penting, disertai strategi pencegahan seperti menjaga kebersihan lingkungan dan pengobatan serentak bagi kontak erat. Pengawasan terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan terapi juga diperlukan guna mengurangi risiko kekambuhan dan penyebaran penyakit. Selain itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme resistensi tungau serta mengembangkan strategi pengobatan yang lebih efektif. Dengan pemantauan yang baik, penerapan terapi yang tepat, dan upaya pencegahan yang optimal, skabies dapat dikendalikan dan angka kekambuhan dapat ditekan secara signifikan.
Bantuan Alat Pelindung Diri Penanganan Pasien Covid-19 di Puskesmas Kota Cimahi Triningtyas, Anastasia Yani; Sovia, Evi; Pradini, Astri; Nurlaela, Lutfhi; Meria, Rr. Desire; Juliastuti, Henny; Susanti, Anita Liliana
Jurnal Abdimas Kartika Wijayakusuma Vol 2 No 1 (2021): Jurnal Abdimas Kartika Wijayakusuma
Publisher : LPPM Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (491.47 KB) | DOI: 10.26874/jakw.v2i1.96

Abstract

Abstrak: Sejak WHO mengumumkan keadaan pandemi wabah virus Corona baru atau Coronavirus Disease-19 (COVID-19), hingga saat ini penularan virus Corona di Indonesia terus bertambah. Upaya untuk menangani pandemi COVID-19, memerlukan kesiapan dan tanggapan yang bersifat kritis seperti memperlengkapi tenaga kesehatan dengan informasi, prosedur, dan alat yang penting agar dapat bekerja dengan aman dan efektif. Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat. Tenaga kesehatan berisiko lebih tinggi terinfeksi COVID-19 dalam upayanya melindungi masyarakat lebih luas. Dalam penanganan COVID-19, penggunaan alat pelindung diri (APD) oleh tenaga kesehatan yang terlibat langsung dalam penanganan pasien merupakan hal yang sangat penting. Sebagian besar APD hanya bisa digunakan satu kali dan sebagian kecil bisa digunakan lagi setelah melalui proses sterilisasi. Kota Cimahi merupakan salah satu kota dengan peningkatan kejadian penderita COVID-19 yang sangat pesat. Hal ini menyebabkan tingginya kebutuhan APD dalam jumlah yang memadai dan berkelanjutan di puskesmas. Universitas Jenderal Achmad Yani menyadari pentingnya melindungi tenaga fasilitas pelayanan kesehatan khususnya mereka yang bertugas di puskesmas sebagai garda terdepan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan memberikan bantuan APD penanganan COVID-19 di Puskesmas-puskesmas yang ada di Kota Cimahi. Kata kunci: Alat Pelindung Diri, COVID-19, Puskesmas
Characteristics and incidence of scabies among pediatric patients at IMCI clinic of caringin primary health center (2022-2023) Nurlaela, Lutfhi; Rochmah, Elly N; Pradana, Fadhil M; Hidayat, Emma M; Budikusuma, Ludmilla; Indriyana, Sri Q
ACTA Medical Health Sciences Vol. 4 No. 1 (2025): Acta Medical and Health Sciences
Publisher : ACTA Medical Health Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Scabies, a parasitic skin infestation caused by Sarcoptes scabiei, primarily affects children under five, presenting with intense pruritus and sleep disturbances. In Bandung City, scabies ranks among the top 21 most commonly reported diseases, with 11,623 cases recorded. Risk factors include poor hygiene practices and suboptimal environmental conditions. This study aimed to characterize the incidence of scabies among children under five treated at the Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) Clinic of Caringin Primary Health Center, Bandung City, during 2022–2023. We conducted a descriptive cross-sectional study utilizing secondary data from medical records of diagnosed scabies cases. Analyzed variables included age, gender, nutritional status, and case classification (new or recurrent). Among 196 identified cases (154 in 2022; 42 in 2023), the incidence rate declined from 13.6 to 4.3 per 1,000 children. Most patients were male (57.1%) and aged 2–3 years (49.49%). In terms of nutritional status, 58.67% had normal nutrition, while 21.43% were undernourished, and 17.86% were severely stunted. Recurrent cases predominated in both years, though new cases proportionally increased in 2023. The observed decline in incidence may reflect the efficacy of treatment interventions and preventive programs(e.g., hygiene promotion and sanitation surveillance). However, the the persistent rise in new cases suggest ongoing community transmission. In conclusion, scabies incidence among toddlers attending the IMCI Clinic showed a downward trend during 2022-2023, with highest prevalence in boys aged 2–3 years and normal nutritional status. DOI : 10.35990/amhs.v4n1.p17-25 REFERENCES Romani L, Whitfeld MJ, Koroivueta J, Kama M, Wand H, Tikoduadua L, et al. Mass drug administration for scabies control in a population with endemic disease. New England Journal of Medicine. 2015;373:2305–13. Stephanie AS, Stephanie A. Scabies in the elderly: A narrative literature review. Bioscientia Medicina: Journal of Biomedicine and Translational Research. 2022;6:2377–83. World Health Organization. Scabies. WHO Factsheets. 2023. Ubaidillah. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian scabies di Madrasah Tsanawiyah Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada. 2021;89–93. Astanti YOV, Mardiana N, Ardiansyah. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian skabies. Jurnal Penelitian Keperawatan. 2025;11:13–22. Akbar KF, Hamsah IA, Darmiati, Mirnawati. Deteksi dini tumbuh kembang balita di posyandu. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. 2020;9:2654–63. [Internet]. Available from: https://akper-sandikarsa.e-journal.id/JIKSH Asthiningsih NWW, Wijayanti T. Edukasi personal hygiene pada anak usia dini dengan G3CTPS. Jurnal Untuk Pesut: Pengabdian Kesejahteraan Umat. 2019;1:84–92. Fadlyana E. Pemantauan pertumbuhan anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016. Dinas Kesehatan Kota Bandung. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2021. Bandung: Dinas Kesehatan Kota Bandung; 2022. Istiqomah A, Masmur SK, Amali RA, Tiawati S. Peran gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita. Antigen: Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Gizi. 2024;2:67–74. Anggreni PMD, Indira IGAAE. Korelasi faktor predisposisi kejadian skabies pada anak-anak di Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. E-Jurnal Medika. 2019;8. Anwar R. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita di Desa Penggalaman, Kecamatan Martapura Barat. Jurnal Skala Kesehatan. 2022;13. Rosyida IA, Arisandra ML, Noviyanti DA, Aprilian R, Cahyono CB, Abidin KU. Pemantauan status gizi balita dan pentingnya pemberian PMT pada balita di Desa Durikedungjero, Ngimbang, Lamongan. Jurnal Kita Bakti. 2024;5:24–33. Kusuma RM. Antropometri pengukuran status gizi anak usia 24–60 bulan di Kelurahan Bener, Kota Yogyakarta. Jurnal Medika Respati. 2018;13:36–42. Sudirman AA, Ali L. Penerapan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) di Puskesmas Kota Gorontalo. Zaitun Jurnal Ilmu Kesehatan. 2015;3. Anggraini R, Yani FF, Rasyid R. Analisis implementasi manajemen terpadu balita sakit (MTBS) terhadap kualitas pelayanan di Puskesmas Kota Padang. JIK Jurnal Ilmu Kesehatan. 2022;6:339–46. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung. Penduduk Kecamatan Babakan Ciparay menurut jenis kelamin dan kelurahan Semester II 2019. Bandung: BPS Kota Bandung; 2020. Setia MS. Methodology series module 3: Cross-sectional studies. Indian Journal of Dermatology. 2016;61. Gunardi KY, Sungkar S, Irawan Y, Widaty S. Level of evidence diagnosis skabies berdasarkan Oxford Centre for Evidence-Based Medicine. eJournal Kedokteran Indonesia. 2022;10:276–83. World Health Organization (WHO). WHO Child Growth Standards: Length/height-for-age, weight-for-age, weight-for-length, weight-for-height and body mass index-for-age: Methods and development. Geneva: WHO Press; 2006. Suryana E, Sopiah M, Agustiawan, Harto S. Early childhood development (physical, intellectual, emotional, social, moral, and religious tasks) implications for education. Indonesian Journal of Early Childhood: Jurnal Dunia Anak Usia Dini. 2022;4:362–73. Hervina. Profil kejadian skabies di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai Sumatera Utara periode Januari 2017–Desember 2021. JUMANTIK (Jurnal Penelitian Kesehatan). 2023;9:30. Yunita MS, Gustia R, Anas E. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian skabies di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018;7:51–8.
EFEKTIVITAS INFUSA DAUN BINTARO (Cerbera manghas) TERHADAP LARVA INSTAR III Musca domestica Nurlaela, Lutfhi; Dika Nurulloh, Tsana Makarim; Pratiwi, Siska Telly; Hidayat, Emma Mardliyah
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan (Edisi PIT FK Unjani)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lalat rumah (Musca domestica) merupakan salah satu lalat yang paling sering berada di sekitar hunian rumah. Musca domestica berperan sebagai vektor penyakit (vektor mekanis) agen patogen yang dibawa dari tempat tinggal/tempat berkembang biaknya pada lingkungan yang banyak mengandung bahan organik seperti di tempat sampah, tinja, limbah buangan, atau kotoran hewan ke hunian atau makanan yang akan dikonsumsi manusia. Penggunaan insektisida kimia ataupun sintetik dapat menyebabkan resistensi M. domestica, dan mencemari lingkungan. Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi hal tersebut ialah penggunaan insektisida alami yang mengandung zat aktif yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan dari larva M domestica seperti daun bintaro (Cerbera manghas). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas infusa daun bintaro terhadap larva M. domestica. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan infusa daun bintaro dalam berbagai konsentrasi yaitu 30%, 50%, 70%, dan 90%. Hasil penelitian membuktikan infusa konsentrasi 30% dapat mematikan 30% larva dan rata-rata kematian terus meningkat sampai 76,5% pada konsentrasi 90%. Hasil uji One-Way ANOVA bahwa konsentrasi 70% dan 90% memiliki efektivitas yang sama, dan hasil analisis probit didapatkan nilai LC50 adalah 74% dan nilai LC90 adalah 137%. Hal ini membuktikan seluruh konsentrasi infusa daun bintaro dapat mematikan larva instar III M. domestica. Sehingga infusa daun bintaro dapat dipergunakan oleh masyarakat sebagai larvasida alami. Kata kunci: Cerbera manghas, lalat rumah, larvasida, Musca domestica DOI : 10.35990/mk.v7n0.p26-36