Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

ULAT BULU TANAMAN MANGGA DI PROBOLINGGO: IDENTIFIKASI, SEBARAN, TINGKAT SERANGAN, PEMICU, DAN CARA PENGENDALIAN Baliadi, Yuliantoro; ., Bedjo; ., Suharsono
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 31, No 2 (2012): Juni 2012
Publisher : Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Setelah terjadi ledakan populasi pada Maret-April 2011, ulat bulu dinyatakan sebagai hama potensial tanamanmangga di Probolinggo, Jawa Timur. Ledakan ulat bulu di Probolinggo telah dikaji melalui pengujian di laboratoriumdan observasi di lapangan. Terdapat empat spesies ulat bulu yang menyerang tanaman mangga, yaitu Arctornissubmarginata, Lymantria marginalis, Lymantria atemeles, dan Dasychira inclusa. Serangan ulat bulu terjadi disembilan desa dan kerusakan terparah terdapat di Kecamatan Leces, Tegal Siwalan, dan Sumberasih. Tingkatserangan hama ulat bulu berkisar antara 0−20% dari total populasi mangga dengan kehilangan daun mencapai100%. A. submarginata merupakan spesies yang dominan dan penyebab utama kehilangan daun pada tanamanmangga. Siklus hidup A. submarginata dari telur hingga ngengat berkisar 4−5 minggu. Musim hujan yang panjang,debu vulkanik, penanaman mangga yang menuju satu jenis, yakni manalagi, program hutan produksi, dan penggunaaninput agrokimia ditengarai menjadi penyebab utama menurunnya keanekaragaman hayati pada agroekosistemtanaman mangga sehingga menimbulkan ledakan populasi A. submarginata. Kekacauan populasi pascamigrasi A.submarginata dari pertanaman teh dan kemampuan adaptasinya yang tinggi pada tanaman mangga menyebabkanterjadinya peningkatan populasi ulat bulu pada tanaman mangga. Hal ini diperkuat oleh kenyataan bahwa jenis danpopulasi musuh alami ulat bulu tergolong tinggi, dan 60−75% pupa terinfeksi oleh patogen serangga (baculovirusdan cendawan) dan 10−15% mati oleh parasitoid. Pengendalian hama terpadu (PHT) untuk A. submarginata harusberdasarkan pada pemantauan dan penarikan contoh. Komponen teknologi PHT yang dianjurkan adalahpengendalian secara kultur teknis, pengendalian hayati, dan penggunaan pestisida berlabel hijau.
STATUS HAMA PENGISAP POLONG PADA KEDELAI, DAERAH PENYEBARANNYA DAN CARA PENGENDALIAN Sari, Kurnia Paramita; ., Suharsono
Buletin Palawija No 22 (2011)
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hama polong pada kedelai, Riptortus linearis (Hemiptera: Alydidae) merupakan salah satu hama pengisap polong kedelai . Tanaman inang R. linearis yaitu kacang hijau, buncis, kacang panjang, Tephrosia spp, Acacia pilosa, dadap, Desmodium, Solanaceae, Convolvulaceae, dan Mimosa pigra. R. linearis tersebar di sentra produksi kedelai di Indonesia yaitu pulau Jawa, Lampung, Sumatera dan Kalimantan serta di negara beriklim tropis, antara lain Amerika Utara, India, Brazilia, dan Jepang. Potensi R. linearis sebagai hama perlu diwaspadai karena berstatus sebagai hama penting, yang dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 79%. Kerusakan akibat serangan R. linearis menyebabkan biji kempis, keriput dan terdapat bekas lubang tusukan sehingga biji tidak dapat dikonsumsi. Pengendalian R. Linearis dilakukan dengan teknik budidaya, pengendalian hayati, penggunaan insektisida nabati dan juga penggunaan insektisida kimia secara bijaksana.
Prospek Kedelai Hitam Varietas Detam-1 dan Detam-2 Adie, M. Muchlish; ., Suharsono; ., Sudaryono
Buletin Palawija No 18 (2009)
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jawa Timur merupakan provinsi terbesar penghasil kedelai Glycine soya Merr. di Indonesia, karena memiliki luas tanam relatif tinggi sehingga menjadi penyumbang terbesar kebutuhan kedelai nasional. Dengan makin pentingnya posisi kedelai sebagai pangan fungsional, maka varietas kedelai unggul tidak semata-mata berdaya hasil tinggi, namun juga harus memenuhi pra-syarat kedelai sebagai pangan sehat dan menyehatkan, sesuai dengan kebutuhan pengguna serta berdaya saing tinggi. Selama 89 tahun (1918–2007) pemerintah Indonesia baru berhasil melepas lima varietas kedelai hitam dan pada umumnya merupakan hasil seleksi terhadap varietas lokal dan galur introduksi, kecuali Cikuray diperoleh dari seleksi terhadap persilangan antara galur No 630 dan Orba. Varietas kedelai hitam Detam-1 dan Detam-2 dilepas tahun 2008, hasil persilangan antara kedelai introduksi dengan varietas Wilis dan Kawi. Keunggulan Detam-l adalah berdaya hasil 2,51 t/ha, berukuran biji besar (14,84 g/100 biji), dan merupakan kedelai hitam pertama yang berukuran biji besar. Detam-2, berdaya hasil 2,46 t/ha dan menjadi varietas kedelai berkandungan protein paling tinggi di Indonesia (45,58 % berat kering) dan tergolong toleran kekeringan pada fase reproduktif.
TRIKOMA SEBAGAI FAKTOR KETAHANAN KEDELAI TERHADAP HAMA PENGGEREK POLONG Sari, Kurnia Paramita; ., Suharsono
Buletin Palawija No 20 (2010)
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kerusakan akibat serangan penggerek polong, Etiella zinckenella Treitschke (Lepidoptera: Pyralidae), dapat menurunkan hasil kedelai sebesar 80%. Varietas tahan terhadap E. zinckenella merupakan salah satu upaya untuk menekan kehilangan hasil akibat serangan hama. Keberadaan trikoma pada polong kedelai ikut berperan sebagai faktor ketahanan kedelai terhadap hama penggerek polong. Galur IAC-100 dan IAC-80-586-2 termasuk tahan terhadap penggerek polong karena mempunyai kerapatan trikoma lebih rapat daripada varietas Wilis dengan kisaran kerapatan 10–27/mm2 untuk IAC-100 dan 12,5–30 mm2 untuk IAC-80-586-2 sedangkan varietas Wilis 3,0–20 mm2. Kerapatan trikoma mempengaruhi jumlah peletakan telur E. zinckenella dan intensitas serangan. Intensitas serangan pada galur IAC-100 43,7% pada polong dan 28,3% pada biji dan IAC-80-586-2 55,6% pada polong dan 35,7% pada biji lebih rendah dibandingkan intensitas serangan pada varietas Wilis sebesar masing-masing 78,3% pada polong dan 38,4% pada biji. Disimpulkan bahwa trikoma ikut berperan sebagai faktor ketahanan kedelai terhadap penggerek polong.
PEMANFAATAN SUMBER-SUMBER KETAHANAN UNTUK PERAKITAN TANAMAN TAHAN TERHADAP HAMA PADA TANAMAN KEDELAI ., Suharsono
Buletin Palawija No 21 (2011)
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di daerah tropis seperti di Indonesia, tanaman kedelai (Glycine max Merr.) sangat rentan terhadap berbagai jenis hama. Ragam spesies serangga hama yang menyerang tanaman kedelai sangat banyak dipandang dari spesies maupun familinya. Serangan berat dapat menyebabkan kehilangan hasil sampai 80%, bahkan sampai "puso" tergantung fase pertumbuhan tanaman. Serangan dapat terjadi sejak tanaman tumbuh sampai menjelang panen dengan pola penyerangan baik secara sendiri maupun secara bersamaan. Oleh karena itu serangga hama dipandang sebagai salah satu kendala utama budidaya tanaman kedelai di Indonesia.Salah satu komponen pengendalian hama kedelai adalah penggunaan varietas tahan. Sebagai komponen penting dalam rangka membentuk varietas tahan hama adalah tenaga peneliti yang profesional, pengetahuan biologi serangga, tingkat populasi hama, sumber ketahanan (sumber gen) tahan, dan metode atau teknik skrining yang tepat. Selain itu perlu kajian lebih mendalam tingkat ketahanan yang ditemukan pada inang, status hama sasaran (key, occasional, incidental atau potential pest), adanya biotipe dan faktor penentu ketahanan. Program tersebut akan dapat berjalan dengan baik bila didukung dengan program pemuliaan tahan hama yang terarah dan terpadu, kerjasama baik antara para peneliti terutama pemulia tanaman dengan entomologis maupun antarlembaga lain, dan alokasi dana yang cukup.Seiring dengan bertambahnya koleksi plasma nutfah kedelai, maka peluang mendapatkan jenis atau sumber ketahanan kedelai terbuka. Berdasarkan beberapa kajian pendahuluan yang telah dilakukan di Balitkabi Malang, telah ditemukan sumber-sumber ketahanan terhadap hama pengisap polong, hama ulat grayak dan hama penggerek polong. Galur-galur tersebut adalah IAC-100 dan IAC-80-596-2 yang diketahui mempunyai ketahanan terhadap hama pengisap, hama penggerek polong, dan hama ulat grayak. Pada tahun 2003 telah dilepas kedelai varietas Ijen, yaitu galur B4F3WH-177-382-109 yang diperoleh dari persilangan antara varietas Wilis dengan Himeshirazu. Pada tahun 2004 telah ditemukan bahwa galur W/80-2-4-20 (hasil persilangan antara Wilis dengan IAC-80-596-2) mempunyai sifat ketahanan terhadap hama ulat grayak. Penggunaan varietas tahan mampu menekan penggunaan aplikasi pestisida kimia sampai 50%. Dengan sistem pemantauan aplikasi pestisida kimia pada varietas rentan dapat ditekan sampai 50% (3 kali aplikasi), apabila menggunakan varietas tahan aplikasi pestisida kimia cukup 1–2 kali.
Comparative Analysis of Rice Transformation Using Agrobacterium tumefaciens and Rhyzobium leguminosarum Rahmawati, Syamsidah; Jefferson, Osmat Azzam; Sopandie, Didy; ., Suharsono; Slamet-Loedin, Inez Hortense
Indonesian Journal of Biotechnology Vol 15, No 1 (2010)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.394 KB)

Abstract

This study was aimed to study the effectiveness of Rhizobium transformation system compared to the most widely used Agrobacterium mediated transformation system on three rice cultivars, Ciherang (Indica), Nipponbare (Japonica), and Rojolele (Javanica). Six day old calli induced from immature embryos were inoculated with Rhizobium leguminosarum bv trifolii ANU845 and Agrobacterium tumefaciens LBA288 that harbored with vector pCAMBIA 5106. This plasmid contained a minimum set of transfer machinery genes and had a gusplus and an hptII gene driven by 35S CaMV promoter in the T-DNA. The results showed that the transformation frequencies (number of PCR positive plants per number of calli inoculated) ranging from 0 to 12.05 % depend on the genotype and transfer agent used. The highest transformation frequency (12.05%) was obtained in Ciherang transformed with R. leguminosarum. Most of the transgenic rice obtainedby Rhizobium transformation were normal in morphology and fertile similar to those obtained by Agrobacterium transformation. Integration, expression and inheritance of transgenes were demonstrated by molecular and genetic analysis in T0 and T1 generations.Key words : Rhizobium leguminosarum, immature embryos, Agrobacterium tumefaciens
Pengaruh Model Project Based Learning (PjBL) berbasis Pendekatan Saintifik terhadap Keterampilan Proses Sains Peserta Didik pada Materi Animalia Triyanto, Samuel Agus; Fitdiniyah, Dini; ., Suharsono
BIOEDUKASI (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol 16, No 2 (2025): BIOEDUKASI, NOVEMBER 2025
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/bioedukasi.v16i2.10715

Abstract

This study aims to analyze the effect of implementing the Project-Based Learning (PjBL) model based on a scientific approach on students’ science process skills in the Animalia topic among Grade X MIPA students at SMA Negeri 2 Tasikmalaya during the 2022/2023 academic year. A quasi-experimental method with a matching-only posttest-only control group design was employed. The population consisted of all Grade X MIPA students (280 students across eight classes), with two classes selected purposively as samples: X MIPA 6 as the experimental group (35 students) and X MIPA 8 as the control group (34 students). Data were collected using a science process skills test consisting of 39 multiple-choice questions related to the Animalia topic. The data were analyzed using prerequisite tests (Kolmogorov–Smirnov test: p = 0.200 > 0.05; Levene’s test: p = 0.373 > 0.05) followed by hypothesis testing with an independent samples t-test (Sig. 2-tailed = 0.000 < 0.05). The results indicate that the implementation of the PjBL model based on a scientific approach has a statistically significant effect on students’ science process skills in learning the Animalia topic.
Isolasi dan Pengklonan Gen Penyandi H+-ATPase Membran Plasma dari Melastoma malabathricum L. ., Muzuni; Sopandie, Didy; Suharsono, Utut Widyastuti; ., Suharsono
Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) Vol. 42 No. 1 (2014): Jurnal Agronomi Indonesia
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (737.981 KB) | DOI: 10.24831/jai.v42i1.8159

Abstract

ABSTRACT Melastoma malabathricum L. is an Al-accumulating plant that grows well in acidic soils with high level of soluble aluminum in the tropics. One of the important proteins in the detoxifying Al stress is a plasma membrane H+-ATPase, a most abundant protein on the plasma membrane, encoded by PMA gene. The objective of this research was to isolate and characterize the gene encoding plasma membrane H+-ATPase from M. malabathricum L. Full length cDNA of MmPMA had been successfully isolated through a gradual isolation of the gene. The 5’ end and middle part of the MmPMA gene had been successfully isolated by PCR by using total cDNA as template and pma primers designed from some plants, while the 3’ end of Mmpma had been isolated by 3’ RACE. The parts of the gene had been successfully joined by PCR. The joining product was successfully inserted into pGEM-T Easy and the recombinant plasmid was successfully introduced into E. coli DH5α. Nucleotide sequence analysis showed that the length of MmPMA coding sequence was 2,871 bp encoding 956 amino acids with molecular weight of 105.29 kDa and a predicted pI value of 6.84. Local alignment analysis based on nucleotide of mRNA showed that MmPMA is 82% identical to pma Vitis vinifera; 81% to pma Juglans regia, pma Populus trichocarpa, pma Sesbania rostrata, and pma Prunus persica and 80% to pma Lycopersicon esculentum. Based on deduced amino acid sequence, MmPMA is 94% identical to PMA Vitis vinifera and PMA Juglans regia; 93% to PMA Populus trichocarpa; 92% to PMA Vicia faba, Lycopersicon esculentum, and Arabidopsis thaliana, AHA4. MmPMA has 10 transmembrane domains, 4 cytoplasm loops, 6 functional domains and 3 autoregulatory domains.Keywords: aluminum, cDNA, MmPMA, PCR, RACE