Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

KARAKTERISASI FRAGMEN GEN 18S rRNA POKEA (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) DI SUNGAI POHARA KECAMATAN SAMPARA KABUPATEN KONAWE (Characterization of 18S rRNA Gene Fragmen from Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) in the Pohara Rive ., Muzuni; Adi, Dwi Arinto; Syarif, Satriani
Jurnal BioWallacea Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Jurnal BioWallacea

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (26.797 KB)

Abstract

This study aims to characterize sequences of 18S rRNA gene fragment from Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) and its role in differentiated Pokea with other Bivalvia. The method used is a series of PCR (Polymerase Chain Reaction) reaction used to determine the sequence of 18S rRNA gene fragments Pokea. Analysis of the data using program NCBI (National Center for Biotechnology Information), Clustal X, Phydit (Phylogenetik editor), and TreeViewX for characterization 18S rRNA gene sequence to construct a phylogenetik tree of Pokea. The results showed that character of 18S rRNA gene fragments Pokea, namely: size 827 bp, including the family Corbicullidae because it has the closest kinship with Corbicula fluminea, as well as having restriction enzyme sites XhoI, PstI, BamHI, and DraI.   Keywords: Morphology, characterization, 18S rRNA gene, Pokea (Batissa Violacea celebensis Martens, 1897).
AMPLIFIKASI GEN EF-1Α HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (Conopomorpha cramerella Snell.) DENGAN TEKNIK PCR DAN KARAKTERISASINYA Muzuni, Muzuni
Prosiding Seminar Nasional Riset Kuantitatif Terapan 2017 Vol 1, No 1 (2017): Seminar Nasional Riset Kuantitatif Terapan 2017
Publisher : Prosiding Seminar Nasional Riset Kuantitatif Terapan 2017

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.875 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamplifikasi dan menentukan karakter gen EF-1α hama kakao penggerek, PBK(Conopomorpha cramerella), sehingga dapat digunakan sebagai bahan informasi molekuler untuk deteksi dini PBK dengan PCR. Penelitian ini menggunakan metode PCR yang diawali dengan isolasi DNA genom menggunakan metode CTAB, analisis similaritasnukleotida dan protein menggunakan program NCBI, pemetaan enzim restriksi menggunakan program NEB Cutter, konstruksi pohon filogenetik menggunakan program Mafft Katoh, analisis asam amino menggunakan program Expasy, dan analisis hidrofobisitas menggunakan Program BioEdit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter fragmen gen EF-1α PBK parsial adalah berukuran 601 bp; fragmen gen EF-1α PBK parsial mempunyai nilai similaritas 100 % baik dianalisis berdasarkan urutan nukleotida maupun urutan asam amino; pemetaan enzim restriksi menunjukkan 42 situs pemotongan; analisis asam amino menghasilkan 200 asam amino; analisis hidrofobisitas menunjukkan bahwa gen parsial EF-1α adalah dominasi wilayah hidrofilik; dan hasil konstruksi filogenetik menunjukkan PBK berada pada kelompok yang sama dengan Conopomorpha cramerella. Berdasarkan karakter ini dapat disimpulkan bahwa sampel PBK termasuk dalam spesies Conopomorpha cramerella. Primer spesifik yang digunakan dalam PCR ini dapat mengamplifikasi fragmen DNA spesifik Conopomorpha cramerella sehingga metode ini dapat diterapkan sebagai alat deteksi Conopomorpha cramerella.Kata kunci— Conopomorpha cramerella, PBK, genEF-1α, Kakao.
KAJIAN UMUR SIMPAN PRODUK COOKIES WIKAU MAOMBO DENGAN METODE ASLT (ACCELERATED SHELF LIFE TESTING) Wahyuni, Sri; Ansharullah, ansharullah; Muzuni, muzuni; Utami, Andi Pratiwi
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan 2017: PROSIDING SEMINAR NASIONAL FKPT-TPI 2017
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (25.875 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk  menentukan umur simpan produk cookies dari tepung wikaumaombo tanpa penambahan terigu dan produk cookies hasil formulasi tepung wikau maombo 85%dengan tepung terigu 15%. Penentuan umur simpan produk cookies menggunakan metode acceleratedlife testing (ASLT) dengan pendekatan kurva sorpsi isotermis (kadar air kritis). Metode tersebutmenggambarkan penambahan atau kehilangan kandungan air dari suatu bahan pangan pada suhu dankelembaban (RH) yang konstan. Penelitian dilakukan dengan tahapan penentuan kadar air awal, kadar airkritis, dan kadar air kesetimbangan dari cookies yang terbuat dari tepung wikau maombo tanpapenambahan terigu dan  denga penambahan terigu. Kadar air awal dan kadar air kritis  yaitu berturut-turutsebesar 3,39%; 3,22%, 6.79%; 6.99%  . Kurva sorpsi isotermis terpilih yaitu model persamaan Hasleyuntuk produk cookies wikau maombo tanpa terigu dan model persamaan Caurie untuk produk cookieswikau mapmno dengan terigu (15%) dan permeabilitas kemasan polipropilena yang digunakan sebesar0,08 g/m2.hari.mmHg. Hasil penelitian menunjukkan produk cookies dari tepung wikau maombo tanpasubtitusi terigu diperoleh umur simpan selama  283 hari (9 bulan, 10 hari) dan cookies dengan subtitusiterigu memiliki umur simpan selama 395 hari (1 tahun, 1 bulan).  Kata Kunci : umur simpan, cookies, tepung wikau maombo, isoterm sorpsi
PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SAGU (Metroxylon sp.) TERFERMENTASI DAN PENAMBAHAN PUTIH TELUR TERHADAP PENILAIAN SENSORIK DAN NILAI GIZI MIE KERING Rinto, Rinto; Tamrin, Tamrin; muzuni, muzuni
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol 2, No 3 (2017): JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI PANGAN
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.259 KB) | DOI: 10.33772/jstp.v2i3.2637

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung sagu terfermentasi dan putih telur terhadappenilaian sensorik dan kandungan nilai gizi mie kering. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)dengan perlakuan terdiri dari S (30%, 40%, 50%) dan P (10% dan 20%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuanterbaik yaitu pada komposisi tepung terigu 70%,  tepung sagu terfermentasi 30% dan  putih telur 10% dengan skor penilaianterhadap warna 3.78% (disukai), aroma 3.54% (disukai), tekstur 3.44% (disukai), rasa 3.50% (disukai). Kadar air, abu, lemak,serat kasar, protein dan karbohidrate berturut-turut yaitu 2.75 (%),10.69 (%), 0.68 (%), 0.23(%), 5.81 (%) dan 80.07 (%).Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan  menunjukan bahwa mie kering subtitusi tepung sagu termodifikasi danpenambahan putih telur disukai dan diterima oleh konsumen sehingga dapat mengurangi impor tepung terigu di masa yangakan datang. Kata kunci: tepung sagu terfermentasi, putih telur, mie kering, nilai sensorik, kandungan gizi.
PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BEBERAPA JENIS PISANG TERHADAP KADAR DEKSTRIN, NILAI GIZI DAN ORGANOLEPTIK TEPUNG PISANG Abe, Wa; Wahyuni, Sri; Muzuni, Muzuni
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol 2, No 5 (2017): JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI PANGAN
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.898 KB) | DOI: 10.33772/jstp.v2i5.3741

Abstract

ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of banana maturity level on organoleptic test, to determine theproximate content (water, ash, fat, crude fiber, protein and glucose contents), and tp determine the dextrin content onbanana flour. This study used Completely Randomized Design in a factorial pattern to assess organoleptic quality criteria ofbanana flour including color, flavor, taste, and texture. The results showed that organoleptic assessment of color, flavor,taste and texture of the preferred banana flour was found in T3 sample (Rather ripe Kepok banana’s flour), T4 sample(Unripe kepok banana’s flour), T2 sample (Unripe Raja banana’s flour) and (T3 and T4 samples). The banana flour producedin T2, T3 and T4 samples had moisture content of 8.91%, 6.96% and 7.35%, ash content of 0.30%, 0.67%, and 0.41%, fatcontent of 0.37%, 0.51% and 0.38%, fiber content of  0.20% , 0.13% and 0.15%, protein content of 0.53%, 0.38% and 0.18%and starch content of 0.53%, 0.22% and 0.37%. The dextrin contents of T2, T3 and T4 sample were 73.06%, 84.99% and63.77%. In general, the results of this study showed that banana flour favored and meet SNI standards of banana flour.Keywords: Banana flour, nutritional value, dextrin levels.  ABSTRAK  Tujuan penelitian ini untuk menentukan pengaruh tingkat kematangan pisang terhadap penilian organoleptik pada produktepung pisang yang disukai, penentuan kadar proksimat (kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar serat kasar, kadar proteindan kadar glukosa), dan penentuan  kadar dekstrin pada tepung pisang. Penelitian ini menggunakan Rancangan AcakLengkap dalam  pola faktorial untuk menilai kriteria penilaian organoleptik mutu tepung pisang  meliputi warna, aroma, rasa,dan tekstur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur  pada  tepungpisang  yang disukai panelis terdapat pada perlakuan T3 (tepung pisang kepok mengkal), T4 (tepung pisang kepok mentah),T2 (tepung pisang raja mentah) dan (T3 dan T4). Tepung pisang  yang dihasilkan pada perlakuan T2, T3 dan T4mengandung kadar air sebesar 8.91%, 6.96% dan 7.35%,  kadar abu  0.30%, 0.67%, dan 0.41%,  kadar lemak 0.37%,0.51% dan 0.38%, kadar serat 0.20%, 0.13% dan 0.15%,  kadar protein 0.53%, 0.38% dan 0.18% dan kadar pati sebesar0.53%, 0.22% dan 0.37%. Kadar dekstrin tepung pisang sample T2, T3 dan T4 yaitu 73.06%, 84.99% dan 63.77%. Secaraumum hasil penelitian ini menunjukkan  tepung pisang disukai dan memenuhi standar SNI tepung pisang. Kata kunci : Tepung pisang, nilai gizi, kadar dekstrin.   
Implemetation of Horisontal Net in Seaweed (Kappahycus alvarezii and Eucheuma denticulatum) Cultivation Kasim, Ma’ruf; Balubi, Abdul Muis; Mustafa, Ahmad; Muzuni, Muzuni; Jalil, Wardha
JSIPi (Jurnal Sains dan Inovasi Perikanan) (Journal of Fishery Science and Innovation) Vol 3, No 2 (2019): JURNAL SAINS dan INOVASI PERIKANAN
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jsipi.v3i2.9733

Abstract

Cultivation of seaweed genus Eucheuma continues to develop with various methods in increasing of production. This research was conducted during March-July at the Lakeba Beach, Baubau City, Southeast Sulawesi Province. Indonesia. The results showed that the growth rate of Eucheuma denticulatum and Kappaphycus alvarezii in floating cages looked faster and there was a better morphological form of talus. The average production of E. denticulatum which uses floating cages and longline in 50 g for first day cultivation is growth to 74 g and 60 g, respectively. The absolute growth rate of the thallus E. denticulatum during July cultivated with floating cages and longline after 30 days from the average initial weight of 50 g growth to 240 g and 167 g, respectively. Specific Growth Rate (SGR) of E. denticulatum cultivated on longline looks lower compared to floating cages. SGR of K. alvarezii and E. denticulatum which are cultivated by floating cage are 5,6%/day and 5,4% /day respectively. Cultivation using floating cages produces good growth rates without the effects of herbivorous attacks.Keywords: ; Eucheuma denticulatum, Herbivorous, Horintoal Net, Kappaphycus alvarezi, seaweed.
STUDI ETNIK TANAMAN OBAT TRADISIONAL BUTON Jahidin, .; Galib, La Maronta; Muzuni, .; Damhuri, .
Sainsmat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan Alam Vol 3, No 1 (2014): Maret
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.279 KB) | DOI: 10.35580/sainsmat3110172014

Abstract

Penggunaan tumbuhan atau organnya sebagai obat tradisional oleh komunitas etnis Buton bertahan dan turun temurun dari generasi ke generasi. Penelitian kegunaan tumbuhan dalam obat tradisional oleh Etnis Buton Keknauwe dilakukan di Desa Barangka, Kamelanta, Lawela Selatan, Pogalampa, Watiginanda, Kaongkeongkea, Lontoi, Lapara, Biwinapada, dan Karae. Metode penelitian merupakan survei eksploratif dengan interview dan pengamatan langsung di lapangan. Subjek merupakan dukun atau tabib yang berjumlah 11 orang yang diwariskan cara pengambilan tumbuhan atau oragannya untuk obat tradisional. Pengumpulan organ tumbuhan obat terdiri dari: (1) daun dikumpulkan selama musim perbungaan dan sebelum buah ranum, (2) batang dan ritidoma dikumpulkan setelah pertumbuhan batang yang sempurna, (3) hasil dikumpulkan sebelum atau setelah musim berbunga, (4) buah dipetik saat matang, (5) biji dikumpulkan sebelum buah matang, dan (6) akar (Radix), rimpang (rhizome), umbi (tuber) dikumpulkan selama tumbuh. Hasil tercatat 78 spesies, 75 Genera, dan 49 familitumbuhan yang digunakan komunitas Etnis Buton sebagai komposisi obat tradisional. Umumnya jenis tumbuhan merupakan 22 spesies tumbuhan liar kecuali ditanam atau dipelihara sebagai tumbuhan dapur. Tumbuhan yang digunakan yaitu daun sebanyak 44 spesies, 6 spesies akar dan umbi, 14 spesies kulit dan batang, 8 macam yang digunakan seluruhnya (herba), 12 macam digunakan buah dan bijinya, 2 macam bunga yang digunakan, dan 2 macam resin yang digunakan. Dalam penggunaannya tumbuhan obat digunakan untuk mengobati 59 macam penyakit. Penggunaan tumbuhan jenis lain, diproses sendiri atau dicampur organ tumbuhan lainnya. Ada 9 spesies tumbuhan dalam penggunaannya sebagai herba obat dicampur dengan organ tumbuhan lain contoh tumbuhan wou(Garuga floribunda Decne), kumis kucing (Orthosipon spictus BBS), nipa (Nypa fruticans Wurmb), tolise (Terminalia catappa L.), fafa (Vitex cofassus Reinw. Ex Blume), rabundalili (Euphorbia tirucalli L.), kaai'ai (Phyllanthus niruri L.), wua (Areca catechu L.), and katimboka (Drynaria sparsisora Moore).Kata kunci: Tumbuhan, Obat Tradisional, Etnis Buton
Karakteristik Fragmen Gen Penyandi Cytochrome C Oxidase Subunit I (COI) Hama Kepik Penghisap Buah Kakao (Theobroma cacao L.) Muzuni, Muzuni
bionature Vol 19, No 1 (2018): April
Publisher : Fakultas MIPA UNM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (864.056 KB) | DOI: 10.35580/bionature.v19i1.7315

Abstract

Abstract The purpose of this research is to know the character of partial sequences of the COI gene form fruit-sucking pest. The gene fragments were isolated using PCR (Polymerase Chain Reaction) techniques with specific primers, HlpF and HlpR. Character of gene fragments observed were fragment size, nucleotide sequence, similiarity, restriction map, and hydrophobicity. The size of the fragment was determined by electrophoresis of PCR products, similarity values were determined by aligning the nucleotide sequence of the PCR product with the nucleotides present in GenBank, the restriction map determined by the RestrictionMapper program, and the hydrophobicity profile determined by the BioEdit program. The results showed that PCR yield fragment size 552 pb. The results of alignment analysis showed that PCR fragment had similarity of 88% with Helopeltis theivora, 87% with Helopeltis antonii, 87% with Helopeltis bradyi and 84% with Pacipeltis maesarum. Based on the results of the analysis using RestrictionMapper program shows partial sequences of the COI gene form fruit-sucking pest has 25 sites of restriction enzyme cutting which is class of type II endonuclease enzyme. The results of the hydrophobicity analysis using the BioEdit program indicate that the COI protein is hydrophilic and hydrophobic which shows the integrated COI protein on the membrane.Keywords: COI gene fragment, fruit-sucking pest, PCR, Cocoa Crop
- DETEKSI BAKTERI E.COLI DAN ENTEROTOXIGENIC (ETEC) PADA URIN PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) DENGAN METODE MULTIPLEX PCR DI RS BHAYANGKARA KENDARI MANGIRI, NINDY VANESSA; -, MUZUNI -; -, SATRIANI SYARIF
Jurnal MediLab Mandala Waluya Vol 3 No 2 DESEMBER (2019): MEDILAB
Publisher : Jurnal MediLab Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih, penyakit ini dapat menyerang pasien dari segala usia mulai bayi baru lahir hingga orang tua. Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme ascending dari uretra ke dalam kandung kemih, pada beberapa pasien invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Sekitar 90% ISK secara umum disebabkan oleh E.coli dan pada beberapa kasus ISK juga ditemukan Enterotoxigenic (ETEC) yang merupakan salah satu virulensi dari E.coli. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeteksi DNA E.coli dan ETEC pada urin penderita ISK di Rumah Sakit Bhayangkara Kendari menggunakan metode mPCR. Jenis penelitian ini adalah deskriptif berbasis laboratorium. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 16 orang menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling dengan jumlah sampel 15 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 15 sampel (100%) urin positif E.coli dengan terbentuknya pita DNA, dan tidak terbentuknya pita DNA ETEC (0%). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode mPCR dapat mendeteksi gen bakteri E.coli pada semua sampel urin pasien ISK dengan jumlah sampel positif adalah 15 (100%), namun tidak ditemukannya virulensi ETEC. Saran untuk peneliti selanjutnya yaitu diharapkan mendeteksi virulensi Escherichia coli pada urin penderita ISK dengan menggunakan teknik immunoassay, serta menggunakan kontrol positif dan negatif pada setiap perlakuan terhadap sampel.  
Karakterisasi Morfologi Embrio Macrobrachium rosenbergii (Fabricius,1798) Dari Sungai Wundulako, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara Effendie, Muh Yamin; Yusnaini, Yusnaini; Muzuni, Muzuni
JSIPi (Jurnal Sains dan Inovasi Perikanan) (Journal of Fishery Science and Innovation) Vol 5, No 1 (2021): JURNAL SAINS dan INOVASI PERIKANAN
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jsipi.v5i1.10086

Abstract

Giant fresh water prawn ( Macrobrachium rosenbergii) Located in the Wundulako River, Kolaka Regency, Southeast Sulawesi, from the results of observation on a field about 20 km from the shoreline, 5 female brooders and 1 male brooders are produced, so this is an early indicator that the number of M.rosenbergii  in nature is increasingly limited, so that the hatchery activities become primary solutions in anticipating the potential scarcity of M.rosenbergii, this research focuses on observing the embryonic morphology covering phases (cleavage¸naupli, post naupli, pre-hatch and hatching), in the pre-hatch phase of hatch media that is 4 ppm salinity were used, each embryo morphological change was documented using an electric microscope, recorded periodically (24 hours) and distributed according to visual development of the embryo. Egg incubation period for 21 days for hatching media 4 ppm.Udang sungai (Macrobrachium rosenbergii) Terdapat di Sungai Wundulako, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, dari hasil obesrvasi di lapangan sejahu 20 km dari bibir pantai, diperoleh 5 indukan betina, dan 1 indukan jantan, sehingga ini merupakan indikator awal bahwa jumlah udang M.rosenbergii di alam semakin terbatas, sehingga kegiatan pemebenihan menajadi solusi untama dalam mengantisipasi potensi kelangkaan M.rosenbergii, penelitian ini berfokus pada pengamatan morfologi embrio meliputi fase (cleavage¸naupli, post naupli, pre-hatch dan menetas), pada fase pre-hatch media penetasan yang digunakan bersalinitas  4 ppm, tiap perubahan morfologi embrio di dokumentasikan menggunakan mikroskop elektrik, di catat secara berkala (24 jam) dan di deskribsikan menurut perkembangan embrio secara visual. Masa inkubasi telur selama 21 hari untuk media penetasan 4 ppm.