Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KONJUNGSI TEMPORAL MENYATAKAN WAKTU BERSAMAAN DALAM BAHASA BALI Ida Ayu Putu Aridawati
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 13, No 1 (2015): METALINGUA, EDISI JUNI 2015
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.387 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v13i1.51

Abstract

TULISAN ini mengkaji konjungsi yang menandai hubungan semantik waktu bersamaanyang terdapat dalam kalimat dan wacana. Masalah yang dibahas adalah konjungsi apasaja dan bagaimanakah pemakaian konjungsi temporal yang menyatakan waktubersamaan tersebut dalam kalimat dan wacana? Tujuan penelitian ini mendeskripsikanmacam dan pemakaian konjungsi temporal tersebut dalam kalimat dan wacana. Dalampengumpulan data dipergunakan metode simak dan metode cakap. Dalam menganalisisdata dipergunakan metode distribusional dengan penerapan teknik dasar, yaitu teknikbagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik ganti, teknik balik,dan teknik sisip. Dalam penyajian hasil analisis data dipergunakan metode formal daninformal, dibantu dengan teknik induktif dan deduktif. Berdasarkan hasil pembahasan,dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh macam konjungsi yang menandai hubungan semantik waktu bersamaan dalam kalimat, yaitu dugas ‘ketika/waktu/saat’, daweg‘ketika/waktu/saat’, duk ‘ketika/waktu/saat’, sedeng ‘sedang/ketika/sewaktu/saat’,sedekan ‘ketika/sewaktu/saat’, risedek ‘ketika/sewaktu/saat’,dan rikala ‘ketika/waktu/saat’. Dalam konstruksi kalimat kehadiran konjungsi itu bersifat wajib (tidakdapat dilesapkan), tetapi letaknya tidak tegar, yaitu dapat berada di awal kalimat ataudi tengah kalimat. Ditemukan lima macam konjungsi yang menandai hubungan semantikwaktu bersamaan yang terdapat dalam wacana, yaitu dugasento ‘ketika/waktu/saatitu’, daweg punika ‘ketika/waktu/saat itu’, duk punika ‘ketika/waktu/saat itu’, risedekpunika ‘ketika/waktu/sewaktu/saat itu’, dan rikalapunika ‘ketika/waktu/sewaktu/saat itu’. Kehadiran konjungsi tersebut dalam wacana juga wajib (tidak dapatdilesapkan), dan bersifat tegar, yaitu selalu terletak di awal kalimat kedua. Konjungsidalam kalimat berbentuk kata, sedangkan dalam wacana berbentuk frasa.
PELESAPAN SUBJEK DALAM WACANA BAHASA BALI (REMOVAL OF SUBJECTS IN THE DISCOURSE OF BALINESE LANGUAGE) Ida Ayu Putu Aridawati
Widyadari : Jurnal Pendidikan Vol. 21 No. 1 (2020): April 2020
Publisher : LP3M Universitas PGRI Mahadewa Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.032 KB)

Abstract

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) bagaimana hubungan koreferensi yang terjadi antarkalimat pada pelesapan subjek dalam wacana bahasa Bali dan (2) bagaimana letak dan fungsi konstituen pengendali pada pelesapan subjek dalam wacana bahasa Bali. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan masalah pelesapan subjek dalam wacana bahasa Bali, khususnya mengenai hubungan koreferensi antarkalimat serta letak dan fungsi konstituen pengendali. Penelitian ini menggunakan teori linguistik struktural. Dalam pengumpulan data digunakan metode simak dibantu dengan teknik catat. Dalam analisis data digunakan metode distribusional dibantu dengan teknik pengacuan. Dalam penyajian hasil analisis data digunakan metode formal dan informal, dibantu dengan teknik deduktif dan induktif. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa pelesapan subjek dalam wacana/kalimat bahasa Bali meliputi: (1) hubungan koreferensi dan (2) konstituen pengendali. Konstituen pengendali pada tataran wacana dapat dilihat dari dua segi, yaitu (1) dari segi letak konstituen pengendali dan (2) dari segi fungsi dan peran sintaksis konstituen pengendali.
Personality Aspect In The Supernova Novel Particle Episode By Dee Lestari I Wayan Mawa; Ni Putu Parmini; Ida Ayu Putu Aridawati; Ida Bagus Rai Putra; I Gede Bagus Wisnu Bayu Temaja; Ni Luh Anik Febrianti
International Journal of Education, Vocational and Social Science Vol. 2 No. 01 (2023): Februari, International Journal of Education, Vocational and Social Science (I
Publisher : Cita konsultindo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63922/ijevss.v2i01.156

Abstract

This study aims to analyze aspects of the main character’s personality and the factors that influence the main character’s personality in the novel Supernova Episode Particle by Dee Lestari using academic psychology. The theory used in finding the main character’s personality was the Heymans theory. The method used was descriptive qualitative. The data were obtained from books related to this research, both theoretical and factual data from the novel Supernova Episode Particle. The data collection method used in this research was the library method. The data were analyzed using data triangulation, in which there are several steps, namely: data collection, data reduction, data presentation, and conclusion. This study found data that supports the research focus, namely aspects of the main character’s personality and the factors that influence the main character’s personality. The study results found that Zarah, as the main character, has a personality that tends to be passionate, phlegmatic and choleric. Factors that influence Zarah’s personality are genetic, environmental, cultural, and experience factors.
The Genetic Relationship Between Balinese And Balinese Malay: A Lexicostatistics And Phonemic Correspondence Study Ida Ayu Putu Aridawati; Temaja, I Gede Bagus Wisnu Bayu; Ida Bagus Rai Putra; I Wayan Tama; I Made Sudiana; I Wayan Sudiartha; I Gusti Ayu Armini
International Journal of Education, Vocational and Social Science Vol. 2 No. 01 (2023): Februari, International Journal of Education, Vocational and Social Science (I
Publisher : Cita konsultindo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63922/ijevss.v2i01.169

Abstract

This research aimed to explore the genetic relationship between Balinese and Balinese Malay quantitatively and qualitatively. The research was conducted in three steps: 1) data collection, 2) data analysis, and 3) data display. Data collection was conducted by implementing the interview method through a guided interview, recording, and note-taking techniques. The data were 200 Swadesh word lists collected from speakers of both languages as the data. Data analysis was conducted by implementing lexicostatistics and phonemic correspondence techniques. The data were displayed formally and informally, as well as in both combinations. The research results showed that both languages have a 36% genetic relationship percentage. The time between the two languages was presumed to have diverged around 2,354 – 2,157 years ago. It is estimated that both languages started to diverge from their earlier proto-language around 2,569 years ago. In addition, six phonemic correspondences of both languages consist of /ə – a /, / i – ə /, / a – ə /, / o – u /, / u – o /, and / h – r /. Concerning the levels of language classification, the genetic relationship of both languages belongs to a common language family since the results are within the percentage range (36-81%) and diverged year range (500-2,500) years. Based on the genetic language typology, it can be concluded that both languages belong to Austronesian languages. Specifically, they belong to the subfamily Malayo-Sumbawan languages.