Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Keberhasilan Yosua dalam Tugas dan Kehidupan: Studi Eksposisi Yosua 1:1-9 Wibowo, Adi Prasetyo; Setiawan, Tjutjun; Yulianto, Tomi
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 5 No. 1 (2025): SEPTEMBER
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54592/9m5ftk26

Abstract

Semua orang ingin berhasil dalam menjalankan tugas tanggung jawabnya maupun dalam kehidupannya terlebih lagi bagi seorang pemimpin, ia akan berusaha untuk berhasil dalam tugasnya. Kepemimpinan yang berhasil merupakan kebutuhan mendasar pada setiap zaman sebagaimana contoh yang tertulis dalam Alkitab tentang Yosua. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji keberhasilan Yosua dalam menjalankan tugas dan kehidupannya melalui studi eksposisi Yosua 1:1-9. osua menggantikan Musa yang telah mati di dalam memimpin bangsa Israel ke tanah perjanjian, dan ini merupakan tugas yang tidak mudah. Musa saja selama hampir empat puluh tahun memimpin banyak halangan dan hambatan yang dialaminya baik dari pihak eksternal maupun internal yaitu dari bangsa yang dipimpinnya. Bagaimana Yosua dapat menuntaskan tugas dan tanggung jawabnya dan bahkan berhasil juga dalam kehidupannya, inilah yang menjadi pertanyaan penelitian dari artikel ini. Artikel ini menggunakan metode deskriptif kualitatifdengan pendekatan eksposisi terhadap ayat-ayat dalam kitab Yosua 1:1- 9. Penelitian ini mengungkap prinsip-prinsip teologis dan praktis yang mendasari keberhasilan Yosua. Hasil analisis menunjukkan bahwa keberhasilan Yosua tidak hanya bergantung pada kemampuan manusiawi, tetapi terutama pada ketaatan, keberanian, dan penyertaan Tuhan. Artikel ini juga menawarkan relevansi teks tersebut bagi kehidupan modern, khususnya dalam konteks kepemimpinan dan pengambilan keputusan. Kepemimpinan yang berhasil merupakan kebutuhan mendasar dalam setiap zaman. Dalam konteks Alkitab, Yosua dipanggil menggantikan Musa untuk memimpin Israel memasuki Tanah Perjanjian. Artikel ini mengkaji keberhasilan Yosua melalui eksposisi Yosua 1:1–9.
Paskah Kristiani Menggenapi Kovenan Mesianik Dalam Kejadian 3:15 [The Christian Passover Fulfills the Messianic Covenant in Genesis 3:15] Setiawan, Tjutjun; Rondonuwu, Fery; Suaji, Sri Darajat; Simon, Simon
Diligentia: Journal of Theology and Christian Education Vol. 5 No. 1 (2023): January
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/dil.v5i1.6494

Abstract

Passover celebrations are always repeated every year for Christians, although not as festive as Christmas. Christian Passover events are a series of events from the death of Jesus Christ on the cross and His resurrection on the third day. There have been many attempts to reduce the events of the cross and deny the crucified figure of Jesus Christ. This research tries to explore and examine the meaning of Easter in Christianity and how it relates to the Messianic Covenant in Genesis 3:15. The method used is qualitative with a literature review approach, examining the red threads of the Old and New Testaments regarding Passover, where in the conclusion there is a relationship between Genesis 3:15 concerning the Messianic covenant as a type and its antitype or fulfilment is in the event of the cross, and this is a work God's salvation in overcoming human sin, on the one hand God's justice is satisfied by punishing sin on the cross, and on the other hand it shows God's love for humans. Thus, as people who believe in Jesus Christ, they must understand the meaning of this Passover in their daily lives, and moreover, theological high school students and church pastors must understand that and educate the congregation to maintain the spirit of Passover. BAHASA INDONESIA ABSTRACT: Perayaan Paskah selalu berulang setiap tahun bagi umat Kristiani, meskipun tidak semeriah Natal. Peristiwa Paskah adalah suatu rangkaian peristiwa dari kematian Yesus Kristus di kayu salib dan kebangkitan-Nya pada hari yang ketiga. Banyak upaya untuk mereduksi peristiwa salib dan menafikan sosok Yesus Kristus yang tersalib. Penelitian ini mencoba menggali dan mengkaji makna paskah dalam kekristenan dan apa hubungannya dengan kovenan Mesianik dalam Kejadian 3:15. Metode yang dipergunakan adalah kualitatif dengan pendekatan kajian Pustaka, menelisik benang merah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tentang Paskah, di mana dalam simpulan terdapat hubungan antara Kejadian 3:15 tentang kovenan Mesianik sebagai tipe dan antitipenya atau penggenapannya ada pada peristiwa salib, dan ini merupakan karya keselamatan Allah dalam mengatasi dosa manusia, di satu sisi keadilan Allah terpuaskan dengan menghukum dosa di salib, dan di sisi lainnya menunjukkan kasih Allah pada manusia. Dengan demikian sebagai umat yang percaya kepada Yesus Kristus harus memahami makna Paskah ini dalam kehidupan sehari-hari dan terlebih bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi dan para gembala gereja harus memahami itu dan mengedukasi jemaat untuk tetap menjaga semangat Paskah.
SPIRITUALITAS JEMAAT DAN KETAHANAN IMAN DI MASA KRISIS SOSIAL: PERSPEKTIF TEOLOGI PASTORAL Yulia, Tantri; Simon, Simon; Setiawan, Tjutjun
Manna Rafflesia Vol. 12 No. 1 (2025): Oktober
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38091/man_raf.v12i1.630

Abstract

Social crises such as pandemics, social conflicts, and economic instability affect the strength of community faith. The purpose of this paper is to investigate how congregational spirituality can help faith resilience in the midst of crisis using a pastoral theological approach. The main question posed in this study is how spirituality and church community build faith resilience in times of social crisis? The method used is a descriptive qualitative study with a theological-pastoral approach, utilizing literature review and contextual analysis. The findings of this study indicate that various spiritual practices, such as prayer and fellowship, as well as involvement in the church community, are highly influential in strengthening the faith of the congregation amidst crisis situations. However, obstacles such as a lack of discipleship and community fragmentation were also found. Therefore, the church must be present contextually and actively to strengthen the faith of the people during the current crisis.
Perspektif Teologi Paulus Tentang Pemberitaan Salib Kristus Dalam 1 Korintus 1:18-25 Manuputty, Mozes; Setiawan, Tjutjun; Agus Indratno, Yohanes Twintarto
Ambassadors: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 3 No 2 (2024): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : STT INDONESIA MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54369/ajtpk.v3i2.53

Abstract

Abstract: The words about the cross of Christ and its preaching are an urgent part of biblical theology. The words about the cross emphasize the status of Jesus who incarnated (John 1:14) or the humble status of Jesus in the ‘likeness’ (Gk. MORPHE), of a servant (Gk. DOULOS), and being equal to humans (Phil. 2:7). Without Jesus being incarnated, there would be no teaching about the cross of Jesus in the Bible, either in descriptive, prophetic and type forms in the Old Testament and then executed through the incarnation of Jesus with the most important work in the history of human life, which is the Cross of Christ. This research examines Paul’s theological perspective regarding the preaching of the cross of Christ in 1 Corinthians 1:18-25. The method used is a qualitative literature study with an exegetical description orientation. The research findings show that the cross of Christ redeems because it is based on God’s wisdom. The important thing and prominent thing that is emphasized is that the cross of Christ that Paul preaches is very exclusive, unique, and anti-thetical because it is Gospel-centered, which is the only good news, which will not be the same as any preaching of any other religion, and any philosophy.   Abstrak: Berita tentang salib Kristus dan pemberitaannya merupakan bagian urgen di dalam teologi biblikal. Berita tentang salib mengedepankan status Yesus yang berinkarnasi (Yoh. 1:14) atau status kerendahan Yesus di dalam ‘rupa’ (Yun. MORPHE), seorang hamba (Yun. DOULOS), dan menjadi sama dengan manusia (Fil. 2:7). Tanpa Yesus berinkarnasi, maka tidak ada ajaran tentang salib Yesus di dalam Alkitab, baik dalam bentuk deskriptif, nubuatan, dan tipe di dalam Perjanjian Lama dan kemudian dieksekusi melalui inkarnasi Yesus dengan karya terpenting di dalam sejarah kehidupan manusia, yakni Salib Kristus. Penelitian ini bertujuan mengkaji bagaimana perspektif teologi Paulus tentang pemberitaan salib Kristus dalam 1 Korintus 1:18-25. Metode yang dipakai adalah kualitatif studi pustaka dengan orientasi mendeskripsikan secara eksegetikal. Adapun temuan penelitian yang didapat adalah bahwa salib Kristus itu menyelamatkan karena berbasiskan hikmat Allah. Hal penting dan menonjol yang sangat ditekankan adalah bahwa salib Kristus yang Paulus beritakan sangat bersifat atau bercirikan eksklusivitas, unik, dan anti-tesis, oleh karena berpusat pada Injil, yang merupakan kabar baik satu-satunya, yang tidak akan sama dengan pemberitaan agama manapun dan filsafat apa pun.
Teologi Pengharapan dalam Dunia yang tidak Pasti: Studi Sistematika tentang Harapan Kristen di Era Post Sekuler Umboh, Steven Tommy Dalekes; Setiawan, Tjutjun
Sabda: Jurnal Teologi Kristen Vol 6, No 2 (2025): NOVEMBER
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55097/sabda.v6i2.290

Abstract

ABSTRACTIn this study, the theology of hope is viewed from the perspective of the modern world, which is plagued by uncertainty in social and spiritual matters. This research focuses on the post-secular era, characterized by the return of religiosity to the public sphere amidst a crisis of meaning. This article explores the theological understanding of Christian hope based on biblical foundations, dogmatic reflections, and pastoral implications. The method used in this study is a qualitative approach using literature review and systematic analysis of theology. The findings of this study indicate that Christian hope is not only eschatological and transcendent but also plays a prophetic and transformational role in addressing the dynamics of a plural and fragile world. Hope serves to maintain faith, build social reconciliation, and provide a humanistic ethic worldwide. Therefore, the study found that the theology of hope is very helpful in understanding Christian faith and participating in building a more just, peaceful, and hope fulfuture. AbstrakDalam penelitian ini, teologi pengharapan dilihat dari sudut pandang dunia modern yang dilanda akan ketidakpastian dalam hal sosial, dan spiritual. Penelitian ini difokuskan pada era pasca-sekuler, yang ditandai dengan kembalinya religiusitas ke ruang publik di tengah krisis makna.  Artikel ini mengeksplorasi pemahaman teologis tentang pengharapan Kristen berdasarkan fondasi biblika, refleksi dogmatis, dan implikasi pastoral. Metode yang digunakan dalam menguraikan kajian ini melalui pendekatan kualitatif dengan menggunakan studi kepustakaan dan menganalisis teologi secara sistematik.  Hasil temuan pada kajian ini menunjukkan bahwa pengharapan Kristen tidak hanya bersifat eskatologis dan transenden, tetapi juga memiliki peran profetik dan transformasional dalam menangani dinamika dunia yang plural dan rapuh. Pengharapan berfungsi untuk mempertahankan iman, membangun rekonsiliasi sosial, dan memberikan etika kemanusiaan di seluruh dunia.  Oleh sebab itu, kajian menemukan bahwa teologi pengharapan sangat membantu memahami iman Kristen dan berpartisipasi dalam membangun masa depan yang lebih adil, damai, dan berpengharapan. Kata kunci: Teologi pengharapan, post-sekuler, eskatologi.
Etika Kristen dalam Era AI: Pergulatan Moral Gereja di Tengah Transformasi Digital: Pergulatan Moral Gereja di Tengah Transformasi Digital Kurniawan, Andreas; Kusuma, Fandy Prasetya; Setiawan, Tjutjun
Ambassadors: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 4 No 2 (2025): Desember 2025
Publisher : STT INDONESIA MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54369/ajtpk.v4i2.74

Abstract

Abstract: This article focuses on how Christian ethics serves as a guide for the morality of the congregation amidst the AI era, which can trap everyone in deviant behavior due to digital algorithms that do not distinguish between right and wrong information. Based on these fundamental principles, this topic is examined by the researcher by posing questions such as: What are the foundations of Christian ethics in dealing with technology? Through a methodological literature approach that emphasizes critical analysis of theological literature, this method was chosen because theological-ethical research does not rely solely on empirical experiments, but rather on conceptual reflection and hermeneutical analysis of biblical texts, as well as contemporary research findings on AI and ethics. The findings of this study reveal that the fundamental principle of Christian ethics is rooted in the understanding that all human actions, including the use of technology, must reflect wisdom derived from God. Therefore, the church cannot be a passive observer of technological developments but must be a critical prophetic voice against the misuse of AI that threatens human dignity. Because, in essence, the prophetic voice of the church is calling for the restoration of integrity and honesty in the digital space.   Abstrak: Artikel ini berfokus pada bagaimana etika Kristen menjadi panduan bagi moralitas jemaat ditengah era zaman AI yang dapat membuat setiap orang terjebak pada perilaku penyimpangan karena algoritma digital yang tidak memandang benar atau tidaknya sebuah informasi. Atas dasariah itulah maka topik ini dikaji oleh peneliti dengan mengajukan rumusan pertanyaan seperti apa dasar etika Kristen dalam menyikapi digital? Melalui pendekatan metodologis literatur yang menekankan pada telaah kritis terhadap literatur teologis, metode ini dipilih karena penelitian teologis-etis tidak bertumpu pada eksperimen empiris semata, melainkan pada refleksi konseptual dan analisis hermeneutis terhadap teks-teks Alkitab, serta hasil penelitian kontemporer tentang AI dan etika. Hasil temuan kajian ini mengungkapkan bahwa prinsip dasar etika Kristen berakar pada pemahaman bahwa seluruh tindakan manusia, termasuk dalam menggunakan digital, harus mencerminkan hikmat yang berasal dari Allah. Oleh sebab itu, gereja tidak boleh hanya menjadi pengamat pasif terhadap perkembangan digital, tetapi harus menjadi suara kenabian yang kritis terhadap penyalahgunaan AI yang mengancam martabat manusia. Karena sejatinya, suara profetis gereja adalah menyerukan pemulihan integritas dan kejujuran dalam ruang digital.