Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

KAJIAN LITERATUR MENGENAI SIMULASI DINAMIK UNTUK QUANTITAVE RISK ANALISIS (QRA) DI TERMAL OKSIDATOR (TOX) Achmad Rifai; Anton Irawan; Teguh Kurniawan
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 10 NOMOR 2 DESEMBER 2021
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jip.v10i2.11332

Abstract

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bagian yang penting untuk mengendalikan setiap resiko dalam melakukan kegiatan di perusahaan. Salah satu industri yang memiliki resiko tinggi adalah komplek industri kimia. Guna menganalisis risiko dalam kerja perlu adanya penggunaan metode yang tepat yaitu menggunakan metode Quantitative Risk Analysis (QRA, untuk mengurangi risiko akut di pabrik di mana bahan berbahaya berada ditangani. Salah satu alat yang perlu dilakukan QRA adalah Themal Oksidator (TOX) karena alat ini bisa menimbulkan dispersi kelingkungan dari kandungan Acid gas yang di serap dari gas alam. Material yang terkandung di dalam Acid gas adalam Volatile Organic Compounds (VOC) dimana yang paling berbahaya adalah Hidrogen sulfide (H2S). Tujuan dari kajian literatur ini menunjukkan bahwa Integrasi penilaian risiko awal parsial akan juga mungkin jika pendekatan dinamis mulai dari identifikasi bahaya hingga evaluasi risiko digunakan gabungan DRA (Analisa Resiko dinamis) dan DyPAS (Dynamic Process Application Server). Melalui penggunaan teknik seperti DRA dan Risk Barometer, analis dapat secara relatif meningkatkan kesadaran mereka tentang ketidakpastian yang terkait dengan hasil. Penilaian risiko dinamis dapat diterapkan tidak hanya dalam tahap desain suatu proses, tetapi juga sepanjang masa hidupnya, memungkinkan operasi yang lebih aman dan pemeliharaan yang lebih mudah, serta mendukung proses pengambilan keputusan yang lebih tepat, berdasarkan risiko, dan kuat.
KONVERSI HIDROKARBON MENJADI OLEFIN MELALUI PERENGKAHAN TERMAL DAN KATALITIK Septian Arief Nur Rahman; Anton Irawan; Teguh Kurniawan
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 9 NOMOR 1 JUNI 2020
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jip.v9i1.8132

Abstract

Proses produksi olefin (CnH2n) dengan proses perengkahan hidrokarbon dapat dibagi menjadi empat bagian utama yaitu perengkahan, pendinginan, kompresi dan pemisahan. Dua jenis produk utama olefin yang sangat dikenal, yaitu etilena dan propilena. Pada bagian awal proses produksi yaitu perengkahan yang terjadi di dalam tungku pembakaran yang merupakan tempat terjadinya pembakaran untuk mengkonversi bahan baku hidrokarbon menjadi olefin dengan bantuan uap air panas. Tungku pembakaran dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu area radiasi dan area konveksi. Reaksi utama terjadi di area radiasi. Bahan baku yang utama, yaitu etana, propana dan nafta. Masing-masing bahan baku mempunyai rendemen produk olefin yang berbeda-beda. Disisi lain dari perengkahan hidrokarbon ini terbentuknya residu karbon. Beberapa cara untuk mengontrol pembentukan residu karbon yaitu dengan pemilihan material pipa, seperti campuran Cr-Si dengan komposisi tinggi, atau dengan pelapisan Al, Cr, Si, kemudian dengan penambahan sulfur di umpan hidrokarbon, peningkatan rasio uap panas terhadap hidrokarbon dan dengan penambahan additif. Perengkahan secara katalitik berpotensi dikembangkan lebih lanjut karena mempunyai konsumsi energi yang lebih rendah dan selektivitas olefin yang lebih fleksibel, meskipun demikian penelitian lebih jauh perludilakukan untuk memperoleh katalis yang sesuai dengan kebutuhan.  Kata kunci :
SINTESIS POLILAKTIDA (PLA) DARI ASAM LAKTAT DENGAN METODE POLIMERISASI PEMBUKAAN CINCIN MENGGUNAKAN KATALIS LIPASE Rahmayetty Rahmayetty; Dhena Ria; Anton Irawan; Endang Suhendi; Sukirno Sukirno; Bambang Prasetya; Misri Gozan
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berkurangnya sumber daya fosil dan meningkatnya konsentrasi karbon dioksida di atmosfer telah   memfokuskan   perhatian   pada   pengembangan   plastik   berbasis   bio.         Upaya   tersebut   dilakukan  dengan   memanfaatkan   bahan-bahan   biologis          untuk   dikonversikan   menjadi      polimer   biodegradable ramah lingkungan. Polilaktida (PLA) merupakan polimer yang serbaguna, biodegradable dan berasal  dari  sumber     daya   terbarukan   sehingga   berpotensi     untuk   dikembangkan       sebagai   pengganti    plastik konvensional.     Pembuatan polilaktida (PLA) dari asam laktat dengan metode polimerisasi pembukaan  cincin    dilakukan     menggunakan        3   tahapan    proses    yaitu   polikondensasi,      depolimerisasi     dan polimerisasi.    Polikondensasi       menghasilkan       oligomer    PLA,    depolimerisasi      mengubah      oligomer menjadi senyawa siklik ester (laktida) dan polimerisasi laktida menghasilkan PLA.  Salah satu faktor yang mempengaruhi         berat molekul PLA adalah optical purity laktida. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan  konsentrasi   katalis  optimum  dalam pembuatan  laktida  melalui   tahapan   polikondensasi  dan   depolimerisasi   serta   menghasilkan   PLA   dengan   metode   polimerisasi   pembukaan   cincin   laktida menggunakan   katalis   lipase     Candida   rugosa      1%(b/b).   Tahapan   penelitian   meliputi   polikondensasi                                              o  asam   laktat pada  temperatur 150-180 C selama 4 jam, depolimerisasi berlangsung tanpa  katalis dan                                                                                                    o  dengan variasi konsentrasi katalis SnCl2  0,05; 0,1; 0,2 % (b/b) pada temperatur 210 C, tekanan vakum                                                                                                 o  selama 3 jam serta polimerisasi laktida dengan variasi temperatur 45, 70 dan 90  C. Dari hasil analisa  1HNMR didapatkan spektrum H kuartet dan H doblet dari laktida berada pada pergeseran proton 5,07-  5,02 ppm dan  1,65-1,68 ppm. Spektrum ini menandakan bahwa  laktida yang dihasilkan  mempunyai  optical purity L-laktida. Temperatur polimerisasi mempengaruhi berat molekul PLA yang dihasilkan. Berat   molekul   PLA   yang   dihasilkan  semakin   tinggi   seiring   dengan  semakin   tingginya   temperatur polimerisasi.   Berat   molekul   PLA   yang   dihasilkan   maksimum   sebesar   2833   gr/mol   pada   temperatur                   o polimerisasi 90 C. Kata kunci: laktida, lipase, Candida rugosa, oligomer, polilaktida
SINTESA ASAM LAKTAT BERBAHAN BAKU TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN TRICHODERMA RESEEI DAN LACTOBACILLUS ACIDIPILLUS Rahmayetty Rahmayetty; Dhena Ria Barleany; Anton Irawan; Endang Suhendi
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2015
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah pertanian dengan kadar selulosa yang tinggi, sehingga berpotensi untuk dikonversi menjadi berbagai macam produk. Salah satu senyawa kimia yang dapat dihasilkan dari selulosa TKKS adalah asam laktat. Asam laktat merupakan bahan baku utama dalam pembuatan polimer biodegradable berupa polilactic acid (PLA). Penelitian ini bertujuan untuk  mendapatkan konsentrasi mikroorganisme Lactobacillus acidophilus yang dapat menghasilkan asam laktat dengan konsentrasi yang tinggi. Tahapan penelitian meliputi pretreatment, hidrolisis dan fermentasi. Pretreatment TKKS menggunakan NaOH, Tahap  hidrolisis  selama 48 jam menggunakan Trichoderma reesei 5 % (w/w)  dan   tahap   fermentasi   selama  48 jam   menggunakan   Lactobacillus acidophilus dengan variasi 0.5; 1; 3; 5%. Analisa glukosa menggunakan spektrofotometri dan  asam laktat menggunakan High performance liquid chromatography (HPLC). Konsentrasi gula reduksi yang dihasilkan dari proses hidrolisis sebesar 16,6-17,9 g/L dan konsentrasi asam laktat tertinggi 0.568 g/L didapatkan dengan penambahan Lactobacillus acidophilus 3%
Influence Temperature and Holding Time of Empty Fruit Bunch Slow Pyrolysis to Phenolic in Biocrude Oil Anton Irawan; Teguh Kurniawan; Hafid Alwan; Darisman Darisman; Dina Pujianti; Yazid Bindar; Muhammad Saifullah Abu Bakar; Asep Bayu Dani Nandiyanto
Automotive Experiences Vol 4 No 3 (2021)
Publisher : Automotive Laboratory of Universitas Muhammadiyah Magelang in collaboration with Association of Indonesian Vocational Educators (AIVE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (906.049 KB) | DOI: 10.31603/ae.5049

Abstract

Indonesia has an abundance of biomass from agricultural, plantation, and domestic waste products. Biomass can be converted into fuels and chemicals that are environmentally friendly. Empty fruit bunches (EFB) are biomass from abundant palm oil processing. Pyrolysis was a thermal process with free oxygen at temperatures between 400-600°C. Generally, pyrolysis was carried out under fast pyrolysis to produce a product that leads to bio-crude oil. One of the main components of bio-crude oil was phenol, which had been produced from further processing of crude oil. With the limitations of crude oil, the production of phenol from biomass pyrolysis was an option for the future, especially for fuels and fuel additives. Thus, it is necessary to investigate the effect of heating rate, temperature pyrolysis, and holding time on pyrolysis products including phenols in bio-crude oil. Slow pyrolysis of EFB was performed at various parameters, including temperatures (400, 450, and 500°C) and holding time (5, 10, and 15 min). Slow pyrolysis of oil palm EFB with variations in temperature and holding time has been carried out by producing liquid between (40 - 42 %weight), gas (19 – 21 % weight), and solid products (38 – 39 % weight). Biocrude oil liquid product showed the highest yield compared to biochar and bio pyrolysis gas. Temperature plays an important role in controlling the production of bio-crude oil as a liquid product, including a component in bio-crude oil. Phenol recovery was more affected by temperature instead of holding time.
PENGARUH KOMPOSISI MASSA BAHAN BAKU DAN TEMPERATUR PADA STEAM REFORMER TERHADAP JUMLAH PRODUKSI BIO-HYDROGEN Rizki Kurnia Dermawan; Ari Susandy Sanjaya; Rif'an Fathoni; Anton Irawan; Yazid Bindar
Jurnal Chemurgy Vol 2, No 1 (2018): Jurnal Chemurgy-Juni 2018
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (547.939 KB) | DOI: 10.30872/cmg.v2i1.3372

Abstract

Proses pada pabrik bio hidrogen dari bio oil terbagi menjadi beberapa unit, yaitu unit dehidrooksigenasi, unit pemisahan, unit steam reforming, unit water gas shift, dan unit pemurnian. Penelitian ini menjelaskan tentang pengaruh perbandingan komposisi massa metana (CH4) dengan steam (H2O) serta pengaruh perbedaan temperatur pada unit steam methane reforming untuk melihat pengaruh pada produksi bio hidrogen. Penelitian ini dikerjakan menggunakan software simulasi proses Aspen Hysys v.10.0. Dengan menggunakan variabel temperatur pada steam reformer (800 °C, 850 °C, 900 °C, 950 °C, 1000 °C) dan variabel perbandingan komposisi massa steam dengan methane (CH4), yaitu 1:2, 1:1,25, 1:3, 1:3,5, 1:4. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan pengaruh komposisi steam dan metana berbanding lurus dengan jumlah bio hidrogen yang dihasilkan. Serta, pengaruh perbedaan temperatur pada reaktor steam reformer berbanding lurus dengan jumlah produksi hidrogen. Dari hasil penelitian didapatkan jumlah produksi bio hidrogen terbaik 1300 kg/jam.Kata kunci: Aspen HYSYS, Bio Oil, Bio Hidrogen
PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT MENJADI BIO-CHAR, BIO-OIL DAN GAS DENGAN METODE PIROLISIS Fitri Febriyanti; Naela Fadila; Ari Susandy Sanjaya; Yazid Bindar; Anton Irawan
Jurnal Chemurgy Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Chemurgy-Desember 2019
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.071 KB) | DOI: 10.30872/cmg.v3i2.3578

Abstract

Perkembangan luas areal kelapa sawit di Indonesia setiap tahunnya cenderung meningkat. Sehingga terdapat banyak limbah biomassa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu teknologi pirolisis. Pirolisis adalah proses pembakaran tanpa oksigen untuk memproduksi Bio-oil, bio-char dan gas. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap Bio-oil, bio-char dan gas serta untuk mengetahui densitas, viskositas dan komposisi Bio-oil hasil dari pirolisis tandan kosong kelapa sawit. Pada penelitian ini digunakan variabel suhu pirolisis yaitu 500°C, 550°C dan 600°C. Hasil dari penelitian ini didapatkan yield Bio-oil terbesar 45% pada suhu 600°C, yield gas terbesar 29,86% pada suhu 500°C dan yield bio-char terbesar 32,71% pada suhu 550°C. Nilai densitas dan viskositas Bio-oil secara berurutan yaitu 0,9938-1,0083 g/cm3 dan 3,8407-5,7456 Cst. Nilai kalor bio-char sebesar (5,5069x10-6- 5,7859x10-6) Kcal/Kg. Selain itu, berdasarkan uji GCMS komposisi Bio-oil didominasi oleh senyawa fenol dan dekanoit.Kata kunci: Tandan kosong kelapa sawit (TKKS), pirolisis, Bio-oil, bio-char, gas
Operability and Flexibility of Pinch Applications on Heat Exchanger Network in Chemical Industry – A Review Levina Mandalagiri; Anton Irawan; Setyawati Yani
Journal of Chemical Process Engineering Vol 6, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (806.058 KB) | DOI: 10.33536/jcpe.v6i1.897

Abstract

Energy conservation has recently become one of the most important considerations in industries, especially in petrochemical industries. This is due to the limited availability of fuel which affects the price of energy sources, as well as the tightening of the regulations concerning environmental and social issues related to pollutant emissions produced by industries. The successful energy-saving efforts made by industries impact on not only lowering production costs but also indirectly preserving natural resources as well as reducing the pollution of CO2 which is one of the gases contributing to global warming. Pinch analysis has been widely known for process integration, especially in heat integration, in order to gain energy efficiency and cost efficiency in many industries for decade. The analysis allows selection of efficient heat exchanger network with minimum hot and cold energy requirement. By using pinch analysis, the number of heat exchanger units required could also be minimized which leads to the optimum cost of operational and investment. Pinch analysis is also allowing for the investigation of any pinch problems, such as pinch threshold problems, cross pinch problems, and problems related to incorrect placement of utilities which impacted to the wastefulness of energy consumption. Despite many success studies of highly potential saving of heat integration through pinch analysis, the real implementation of efficient and effective heat exchanger network (HEN) based on pinch analysis is still facing difficulties, for example in term of flexibility and controllability of operation.  This paper provides preliminary information in increasing energy efficiency or energy savings when utilizing pinch technology considering operability and flexibility of its operation for retrofitting units for chemical industrial plants.
Pengaruh Penggunaan Asam Terhadap Pemisahan Logam dari Abu Layang Batubara Sebagai Bahan Dasar Sintesis Zeolit Hesti Prihastuti; Nuryoto Nuryoto; Anton Irawan; Teguh Kurniawan
Jurnal Kartika Kimia Vol 4 No 1 (2021): Jurnal Kartika Kimia
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Sciences and Informatics, University of Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/jkk.v4i1.72

Abstract

Abu layang merupakan produk samping berupa limbah padat yang dihasilkan dari proses pembakaran batubara pada pembangkit tenaga listrik, yang mengandung sebagian besar senyawa silika (SiO2), alumina (Al2O3), dan oksida besi (Fe2O3). Abu layang berpotensi digunakan sebagai bahan dasar sintesis zeolit. Adanya pengotor pada abu layang seperti Fe dan Ca akan berpengaruh terhadap tingkat kemurnian zeolit yang diperoleh. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan asam klorida (HCl) terhadap pemisahan logam Fe dan Ca dari abu layang sebagai bahan dasar sintesis zeolit. Metode yang digunakan untuk pemisahan logam Fe dan Ca menggunakan HCl dari abu layang adalah dengan menggunakan refluks. Pada penelitian ini, HCl dibuat variasi konsentrasi 4 M; 8 M; dan 12 M dan dilakukan analisis X-Ray Fluoerescence (XRF) terhadap abu layang. Kandungan logam Fe dan Ca sebelum perlakuan asam adalah 34.28% dan 21.60%. Berdasarkan hasil analisis XRF, abu layang dengan perlakuan asam HCl 4 M, 8 M dan 12 M menunjukkan penurunan kandungan Fe menjadi 16,29%; 14,03%; 11,98% dan penurunan Ca menjadi 3,59%, 3,30%, dan 2,96%. Dapat disimpulkan bahwa pemisahan kandungan logam Fe dan Ca kadarnya semakin berkurang dari abu layang dengan semakin besar konsentrasi HCl. Kata kunci: abu layang; asam klorida; zeolite
Characteristics of Flame Shapes and Map For LPG and Hydrogen Inverse Confined Diffusion Flames at High Level of Fuel Excess Yazid Bindar; Anton Irawan
ASEAN Journal of Chemical Engineering Vol 12, No 1 (2012)
Publisher : Department of Chemical Engineering, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.49 KB) | DOI: 10.22146/ajche.49750

Abstract

A combustion flame can be generated by locating the air jet supply inside the fuel jet supply. This flame is referred as an inverse diffusion flame. The size and structure of inverse diffusion flame were studied experimentally. The experiment was conducted for LPG and Hydrogen fuels. The inlet fuel and air flow rates are supplied at high level of fuel excess for its combustion reaction. These two fuels generated the flame shape having two parts. At lower part, the flame is wider and serves as a base of the flame. The upper part is longer and acts as a flame tower. The base flame was a weak flame resulted by a rich fuel-air mixture. The tower flame is formed by mixing between the entrained fuel and the air. The flame length decreases with the increase on the momentum ration between fuel and air. The flame height correlates to the fuel and air Reynold number ratio, Refu/Rea. The development of the flame shapes from continues to strong base-tower flame shape is mapped by air and fuel inlet momentum rate. Very low fuel and air momentum rates result laminar flame and continuous shapes. The turbulent flames having base-tower shape are formed at high air momentum rate. The oxygen profiles shows that the oxygen concentration decays from the burner tip, vanishes at some distance from the burner tip and increase again after this distance. The hydrogen is completely consumed before the flame tip is reached