Mamuaja, Enricco Hendra
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Epidemiology of Leprosy in Indonesia: a Retrospective Study Lubis, Ramona Sari; Anum, Qaira; Argentina, Fifa; Menaldi, Sri Linuwih; Gunawan, Hendra; Yuniati, Renni; Mulianto, Nur Rachmat; Siswati, Agnes Sri; Widasmara, Dhelya; Rusyati, Luh Made Mas; Mamuaja, Enricco Hendra; Muchtar, Vitayani; Cita Rosita Sigit Prakoeswa; Agusni, Regitta Indira; Bagus Haryo Kusumaputra; Medhi Denisa Alinda; Listiawan, Muhammad Yulianto
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol. 34 No. 1 (2022): APRIL
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/bikk.V34.1.2022.29-35

Abstract

Background: According to WHO data, the number of new cases of leprosy has decreased in 2019. However, Indonesia continues to provide a significant number of cases. According to statistics, India, Brazil, and Indonesia account for 79 percent of all instances. Purpose: This study aims to describe the profile of leprosy patients, and involves all Dermatology and Venereology Academic Hospitals in Indonesia. Methods: This study was a retrospective study of 2461 patients from Dermatology and Venereology Outpatient Clinic at 13 Academic Hospitals in Indonesia between January 2018 and December 2020. Result: Subjects in this study were dominated by males (66.8%) and aged > 14 years (95.3%). The most common type of leprosy was multibacillary (MB) (86.2%), and erythema nodosum leprosum (ENL) was the most leprosy reaction (20.3%). Majority of the subjects experienced disability in the hands (26.6%), in grade 1. Conclusion: Leprosy cases in Indonesia are mostly experienced by adult males. The most common type of leprosy is MB, with ENL being the most common leprosy reaction. Grade 1 disability is the most prevalent, therefore proper education is necessary to keep patients from progressing to grade 2 disability.
SATU KASUS NEKROLISIS EPIDERMAL TOKSIK PADA ANAK DIDUGA AKIBAT OBAT TRADISIONAL Putri, Devita; Adji, Aryani; Mamuaja, Enricco Hendra; Mawu, Ferra Olivia
Media Dermato-Venereologica Indonesiana Vol 52 No 1 (2025): Media Dermato Venereologica Indonesiana
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33820/mdvi.v52i1.502

Abstract

Pendahuluan: Nekrolisis epidermal toksik (NET) adalah reaksi mukokutan akut yang mengancam nyawa, ditandai dengan nekrosis dan pengelupasan epidermis luas. Kasus NET pada anak jarang terjadi, sekitar 0,4-1,2 juta per tahun. Sebagian besar kasus (60-90%) dipicu oleh obat, dan sebagian lainnya oleh infeksi virus atau bakteri. Tata laksana utama adalah menghentikan obat yang dicurigai sebagai penyebab dan terapi suportif. Prognosis kasus ini dinilai dengan Pediatric SCORTEN secara berkala. Kasus: Perempuan usia 13 bulan, mengalami ruam merah, lepuh, dan kulit mengelupas setelah mengonsumsi obat tradisional berbahan kulit kayu eboni, daun sirsak, dan daun mangga. Pemeriksaan fisik menunjukkan lesi makula eritematosa-hiperpigmentasi, multipel, bula multipel berdinding kendur, erosi, epidermolisis, dan tanda Nikolsky positif. Diagnosis NET ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pasien mendapatkan terapi sistemik dan topikal dengan hasil perbaikan klinis signifikan setelah 20 hari. Diskusi: Obat tradisional mengandung komponen bioaktif yang diduga memicu NET, namun infeksi virus belum dapat disingkirkan sebagai penyebab. Kesimpulan: Telah dilaporkan satu kasus pada NET pada anak diduga akibat obat tradisional yang ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Meskipun jarang, obat tradisional perlu diwaspadai sebagai pencetus NET.