Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Secondary Spontaneous Pneumothorax in Former Pulmonary Tuberculosis: a Case Report Rijal, Syamsu; Aisyah, Windy Nurul; Natsir, Bulkis; Yasin, Julian Muhammad
Journal La Medihealtico Vol. 5 No. 2 (2024): Journal La Medihealtico
Publisher : Newinera Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37899/journallamedihealtico.v5i2.1228

Abstract

A 36-year-old male presented to the hospital with a chief symptom of dyspnea that began one day before admission and increased during the night upon admission. The individual does not experience nausea, vomiting, heartburn, and has regular urination and normal bowel movements. Loss of appetite and fatigue. There is no prior record of comparable grievances. The existence of a history of trauma cannot be refuted. Past medical history: The patient had pulmonary TB and completed treatment in April 2023. During the physical examination, the patient's overall condition was observed to be moderately unwell, with a clear and alert state of consciousness. Assessment of vital signs revealed a blood pressure of 117/84 mmHg, a pulse rate of 65 beats per minute, a respiratory rate of 25 breaths per minute, a body temperature of 37°C, and an oxygen saturation level of 94%. In the thoracic region, the examination reveals the following findings: - Inspection shows movement of the chest wall on the left side. - Palpation detects weakened tactile fremitus on the left side. - Percussion produces a hypersonor sound on the left side. - Auscultation reveals normal vesicular sounds on the right side and weak vesicular sounds on the left side. Rhonchi are not present, but wheezing is heard in both sides of the chest. The supporting studies yielded a complete blood count within normal range, a VCT examination showing non-reactive HIV antibodies, a TCM sputum examination with undetectable MTB findings, and a chest X-ray examination indicating left pneumothorax and active pulmonary TB.
Hubungan Antara Karakteristik Klinis Pasien TB Paru dengan Gambaran Radiologi CT Scan Thorax: The Relationship Between Clinical Characteristics of Pulmonary TB Patients and Radiologic Features of Thorax CT Scan Utami, Nurfika; Rahmawati, Rahmawati; Natsir, Bulkis
Journal of Aafiyah Health Research (JAHR) Vol. 6 No. 1 (2025): JANUARY-JUNE
Publisher : Postgraduate Program in Public Health, Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52103/jahr.v6i1.2011

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Infeksi tuberkulosis menjadi salah satu infeksi manusia yang paling umum dan berbahaya. Infeksi tuberkulosis adalah masalah kesehatan yang jumlahnya sepertiga penduduk dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. penegakan diagnosis TB masih terbatas pada hasil pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium sputum BTA dan foto X-ray thorax konvensional. Sementara itu, CT scan belum menjadi modalitas standar, karena biayanya yang mahal dan tidak tersedia di berbagai pusat pelayanan kesehatan primer. Namun CT-scan dianggap memiliki kelebihan dalam mendiagnosis lesi-lesi minimal, membedakan kondisi aktif dan non-aktif, menilai perluasan endobronkial, serta mendiagnosis TB paru dengan hasil pemeriksaan sputum bakteri tahan asam (BTA) negatif secara lebih baik. Metode: Metode yang digunakan yaitu literature review dengan desain Narrative Review untuk mengidentifikasi dan merangkum artikel yang telah diterbitkan sebelumnya mengenai hubungan antara karakteristik klinis pasien TB Paru dengan gambaran radiologi CT Scan. Hasil: Dari 4 artikel yang dirangku, banyaknya variasi yang tidak khas dari gambaran CT-scan thorax pasien TB paru membuat penegakan diagnosis TB paru menjadi lebih rumit. Dibutuhkan ketelitian dan kerjasama yang baik antara ahli radiologi dengan klinisi untuk bersama-sama menegakkan diagnosis TB paru secara tepat. ABSTRACT Background: Tuberculosis infection is one of the most common and dangerous human infections. Tuberculosis infection is a health problem in which one-third of the world's population is infected with Mycobacterium tuberculosis. The diagnosis of TB is still limited to the results of clinical examination, laboratory examination of BTA sputum and conventional thoracic X-rays. Meanwhile, CT scanning has not yet become a standard modality, due to its high cost and unavailability in many primary health care centres. However, CT scans are considered to have advantages in diagnosing minimal lesions, differentiating active and inactive conditions, assessing endobronchial expansion, and better diagnosing pulmonary TB with negative acid-resistant bacteria (BTA) sputum examination results. Method: The method used was a literature review with a Narrative Review design to identify and summarise previously published articles on the relationship between clinical characteristics of pulmonary TB patients and CT scan radiological images. Results: From the 4 articles summarised, it was found that the large number of variations that are not typical of thoracic CT scans of pulmonary TB patients make the diagnosis of pulmonary TB more complicated. It takes precision and good cooperation between radiologists and clinicians to jointly make a correct diagnosis of pulmonary TB.
KARAKTERISTIK KLINIS TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT MAKASSAR TAHUN 2020-2022 Tammi, Zherant Parningan; Salakede, Setia Budi; Akib, Rahmawati; Darma, Sidrah; Natsir, Bulkis
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 1 (2024): APRIL 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i1.26491

Abstract

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri M. tuberculosis penyebab mortalitas dan morbiditas utama di negara-negara berkembang. Diperkirakan setiap tahun anak beresiko terinfeksi TB karena berkontak dengan orang dewasa yang memiliki BTA-positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik klinis tuberkulosis paru pada anak di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar tahun 2020-2022. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan data rekam medis. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data penderita tuberkulosis paru pada anak berdasarkan usia 0-12 bulan sebanyak 7,3%, usia 1-5 tahun sebanyak 56,1%, usia 6-10 tahun sebanyak 24,4%, dan usia 11-17 tahun sebanyak 12,2%. Berdasarkan jenis kelamin sebanyak 56,1% laki-laki dan   43,9% Perempuan. Berdasarkan berat badan saat memulai pengobatan 5-10 kg sebanyak 31,7%, 11-20 kg sebanyak 46,3%, 21-30 kg sebanyak 12,2%, dan 31-40 kg sebanyak 9,8%. Adapun gejala respiratorik berupa batuk kronik 90,2%, sesak 53,7%, nyeri dada 34,1%, dan batuk darah 2,4%. Sedangkan yang mengalami gejala sistemik berupa demam 78,0%, berat badan tidak naik/penurunan berat badan 73,2%, malaise 26,8%, dan keringat malam sekitar 4,9%. Gambaran karakteristik klinis repiratorik yang paling banyak pada tuberkulosis paru anak di Balai Besar Kesehatan paru Masyarakat Makassar tahun 2020-2022 adalah batuk kronik, sedangkan karakteristik klinis sistemik terbanyak yakni demam. Anak yang menderita tuberkulosis paru di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar tahun 2020-2022 terbanyak pada usia 1-5 tahun, berjenis kelamin laki-laki, dan memiliki berat badan antara 11-20 kg saat memulai pengobatan.
KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MAKASSAR Alatas, Idrus; Darma, Sidrah; Nurussyariah, Nurussyariah; Permatasari , Wa Ode Ellistrika; Natsir, Bulkis
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 1 (2024): APRIL 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i1.26920

Abstract

Tuberkulosis (TB) secara konsisten menunjukkan banyak tingkat kematian tahunan yang lebih tinggi dari pada HIV atau infeksi lainnya. Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis anak di dunia tidak dapat diketahui karena kurangnya alat diagnostik dan tidak adekuatnya sistem pencatatan dan pelaporan kasus TB anak, sehingga diperkirakan banyak anak menderita TB yang tidak mendapatkan penanganan yang benar. Penelitian ini bertujuan Mengetahui karakteristik penderita Tuberkulosis Paru pada anak di Balai Besar Kesehatan Paru Makassar. Penelitian ini adalah Deskriptif menggunakan data rekam medis untuk melihat karakteristik penderita Tuberkulosis Paru anak di Balai Besar Kesehatan Paru Makassar. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data berdasarkan usia usia 0-5 tahun sebaanyak 33,8 %, usia 6-10 tahun sebanyak 22,4%, usia 11-18 sebanyak 43,8% pasien menderita Tuberkulosis. Berdasarkan jenis kelamin sebanyak 41,2 % adalah jenis kelamin perempuan dan sebanyak 58,8 % adalah jenis kelamin laki-laki. Berdasarkan status gizi sebanyak 3,8 % dengan obesitas, 5.0% dengan overweight, 43,8 % dengan gizi baik, 25.0% dengan gizi kurang dan 22,4 % dengan gizi buruk. Berdasarkan jenis Tuberkulosis sebanyak 85.0 % pasien menderita Tuberculosis Paru dan 15.0 % menderita Tuberkulosis extraparu. Anak yang menderita tuberkulosis paru di Balai Besar Kesehatan Paru Makassar tahun 2021-2022 terbanyak pada usia 11-18 tahun, Jenis kelamin terbanyak yaitu laki-laki, dengan status gizi terbanyak yaitu malnutrisi serta paling menderita Tuberkulosis intraparu.
GAMBARAN RADIOLOGI FOTO TORAKS PADA PASIEN RAWAT INAP YANG TERDIAGNOSIS PNEUMONIA KOMUNITAS Mulyadi, Rodiyah; Rahmawati, Rahmawati; Arief, Erwin; Syahril, Erlin; Natsir, Bulkis
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 2 (2024): AGUSTUS 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i2.29570

Abstract

Pneumonia komunitas merupakan bentuk infeksi pernapasan akut yang memengaruhi parenkim paru dan merupakan infeksi yang didapat pada masyarakat. Pneumonia menjadi penyebab utama rawat inap dan kematian di seluruh dunia. Berdasarkan etiologi pneumonia yaitu akibat infeksi bakteri (Pneumococcus, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis) dan infeksi virus (Respiratory syncytial virus, parainfluenza virus, adenovirus, influenza A,B dan C  dan Severe Acute Respiratory Syndrome). Untuk mendiagnosis pneumonia komunitas didasarkan pada anamnesis, gambaran klinis, laboratorium, dan radiologi foto toraks. Foto toraks sangat diperlukan dalam mengonfirmasi diagnosis pneumonia komunitas. Literatur ini bertujuan untuk mengetahui gambaran radiologi foto toraks pada pasien rawat inap yang terdiagnosis pneumonia komunitas. Metode yang digunakan yaitu literature review dengan desain Narrative Review untuk mengidentifikasi dan merangkum artikel yang telah diterbitkan sebelumnya mengenai gambaran radiologi foto toraks pada pasien rawat inap yang terdiagnosis pneumonia komunitas. Dari 24 artikel yang dirangkum, didapatkan hasil bahwa gambaran radiologi foto toraks pada pasien rawat inap yang terdiagnosis pneumonia komunitas sering terjadi pada anak – anak usia dibawah 5 tahun dan orang dewasa berusia diatas 50 tahun dengan jenis kelamin laki – laki, pada gambaran foto toraks yang sering didapatkan yaitu infiltrat, kemudian konsolidasi dan ground glass opacity (GGO). Berdasarkan lokasi anatomi segmental paru yang terkena ialah pada lobus inferior paru. Beberapa artikel juga menyebutkan bahwa rata – rata lama rawat inap di Rumah Sakit pada pasien pneumonia komunitas lebih dari lima hari.