Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

IBM PEMBERDAYAAN KADER DALAM MENGELOLA TAMAN OBAT KELUARGA MELALUI KOMPOSTING Hartini, Eko; Mubarokah, Kismi; Mahawati, Eni
ABDIMASKU : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 1, No 1 (2018): Januari 2018
Publisher : LPPM UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.904 KB)

Abstract

Pengelolaan Taman Obat Keluarga (TOGA) di Kelurahan Krobokan, dilakukan oleh masing-masing RW atau RT dan belum maksimal. Permasalahan yang terjadi pada saat musim kemarau panjang tanaman tampak kering, sedangkan saat musim penghujan tumbuh tanaman-tanaman gulma. Selama ini saat melakukan bersih-bersih sampahn dedaunam hanya ditimbun di tempat sampah, kemudian diangkut ke Tempat Sampah Sementara (TPS) atau malah terkadang dibakar. Kondisi ini dapat menyebabkan pencemaran udara. Tanaman yang ditanam juga belum memberikan hasil dengan baik, karena tidak dilakukan pemupukan dikarenakan mahalnya harga pupuk. Solusi yang ditawarkan adalah mengolah sampah daun dengan menggunakan tong ?Komposter? modifikasi. Keunggulan dari tong ini adalah selain menghasilkan kompos, juga akan diperoleh produk lain berupa pupuk cair dan biogas. Kegiatan Pemberdayaan kader dalam mengelola TOGA diikuti oleh 26 orang. Pengetahuan kader tentang komposting dan TOGA adalah sangat baik, kader memiliki sikap yang positif dan mendukung. Kader dapat melakukan komposting menggunakan tong komposter ini dengan baik. Tindak lanjut dari kegiatan ini adalah diperlukan pendampingan sampai produk kompos matang dan diaplikasikan pada tanaman obat keluarga. 
Hubungan Antara Kadar Fenol Dalam Urin Dengan Kadar Hb, Eritrosit, Trombosit Dan Leukosit (Studi Pada Tenaga Kerja Di Industri Karoseri CV Laksana Semarang) Mahawati, Eni; Suhartono, Suhartono; Nurjazuli, Nurjazuli
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 5, No 1 (2006): APRIL 2006
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.5.1.1 - 6

Abstract

ABSTRACT Background: The concentration of phenol within urine represent accurate biological indicator of benzene exposure on workers. One of chronic effect of benzene exposure is bone marrow disorder that disturbs hematopoesis system, and causes the decrease of blood component count. The aim of this research was to analyze the correlation between phenol urine concentration and haemoglobin (Hb), erythrocyte,thrombocyte, and leukocyte concentration on workers that exposed to benzene in CV Laksana. Methods:This was an explanatory research. Observation and interview were done with a cross sectional approach. The data include respondent’s characteristics (age, job, work periode, body mass index, the use of personal protection equipment), phenol urine, Hb; erythrocyte; thrombocyte; leukocyte concentration. The data were analyzed by univariate and bivariate with Rank-Spearman correlation test. Results: This research showed that the mean of phenol urine concentration was 20 (± SD 4,519) mg/l and prevalence of benzene toxicity 57,1%. The result of haematological examination shows that the mean of Hb concentration was 14,8 (± SD 0,7) mg/dl, leukocyte 8.072,99 (± SD 1.627,9) cells/ųl, thrombocyte 282.857,1 (± SD 64.389,5) cells/ųl and erythrocyte 4.651.428,6 (± SD 25.403,5) cells/ųl. Most of respondents (60%), age between 21-50 years old, work period 3-25 years, mean of body mass index was 23,4. There were 51,43% respondents who didn’t use personal protective equipment and 97,14% respondents who didn’t use gloves as personal protection equipment. Based on Rank-Spearman correlation test, there was a significant correlation between phenol urine concentration and erythrocyte concentration with p value 0,030 and correlation coefficient -0,368. It means that there was a negative correlation between those two kinds of variables. Other statistical tests for the other variables have no significant correlation. Conclusions: Benzene toxicity levels based on phenol urine concentration still in low  exposure category, erythrocyte count was decreased under normal value, but haemoglobin (Hb); thrombocyte and leukocyte concentration were still normal. Workers, company, and worker department need to handle and prevent of benzene toxicity furthermore. This research should be continued with cohort design. Keyword: phenol, benzene, Haemoglobin (Hb), erythrocyte, thrombocyte, leukocyte
Pengaruh Teknik Aplikasi Pestisida terhadap Derajat Keparahan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) pada Petani Mahawati, Eni; Husodo, Adi Heru; Astuti, Indwiani; Sarto, Sarto
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 16, No 2 (2017): Oktober 2017
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.16.2.37-45

Abstract

Judul: Pengaruh Teknik Aplikasi Pestisida Terhadap Derajat Keparahan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Pada PetaniLatar Belakang: Kabupaten Grobogan  sebagai sentra utama pertanian di Jawa Tengah yang banyak menggunakan pestisida mengalami peningkatan kasus PPOK sejak tahun 2010, dimana  etiologi PPOK berasal dari gene-enviroment interaction dan salah satu penyakit akibat kerja utama terkait paparan zat toksik di tempat kerja. Persentase terbesar (71%) penderita PPOK berdasarkan data rekam medis 2009-2012 di RS PKU Muhammadiyah Gubug Kabupaten Grobogan adalah petani. Penelitian ini bertujuan menganalisis  pengaruh teknik aplikasi pestisida terhadap derajat keparahan PPOK pada petani.Materi dan Metode: Penelitian ini merupakan studi kasus kontrol yang dilakukan di  Kabupaten Grobogan dengan 100 petani sebagai responden yang dipilih secara purposive. Pengumpulan data melalui wawancara, observasi, pemeriksaan klinis dan spirometri. Analisis data menggunakan uji korelasi rank spearman dan  regresi logistik ordinal.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 23% responden termasuk PPOK Sedang, 17% PPOK sangat berat, 7% PPOK ringan dan 3% PPOK berat. Sebagian besar responden menyatakan lama penyemprotan pestisida lebih dari 5 jam per hari (69%), seminggu lebih dari 1 kali (72%), waktu penyemprotan pada pagi/sore hari (95%). Sebagian besar responden (85%) sering melakukan penyemprotan pestisida tanpa memperhatikan arah angin dan melakukan penyemprotan pestisida melawan arah angin (42%),  saat angin kencang (36%) dan menggunakan baju/kain yang sudah terpapar pestisida untuk menyeka keringat (42%). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan signifikan antata derajat keparahan PPOK dengan lama paparan pestisida per hari (p value=0,003) dan kesesuaian arah penyemprotan pestisida (0,000). Ada pengaruh signifikan lama paparan pestisida per hari (p value=0,004) dan kesesuaian arah penyemprotan pestisida (p value=0,000) terhadap derajat keparahan PPOK.Simpulan: Temuan baru dalam penelitian ini adalah teknik aplikasi pestisida yang terbukti berpengaruh terhadap derajat PPOK adalah lama paparan per hari dan kesesuaian arah penyemprotan pestisida. Implikasi hal tersebut terhadap kesehatan masyarakat yaitu diperlukannya sosialisasi prosedur kerja aman petani dalam menggunakan pestisida dengan menyempurnakan teknik aplikasi pestisida secara baik dan benar dalam pencegahan  PPOK. Disarankan lama paparan pestisida disarankan tidak melebihi 5 jam per hari dan dihindarkan penyemprotan pestisida melawan arah angin. AbstractTitle: Effect of Pesticide Application Technical to The Severity Degree of Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) on FarmersBackground: Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a disease whose etiology derives from gene-enviroment interaction and has been one of the major occupational diseases associated with exposure to toxic substances in the workplace. Result of analysis of medical record data 2009-2012 in PKU Muhammadiyah Gubug Sub-Province of Grobogan Regency, it is known that the biggest percentage of COPD patients (71%) are farmers. This research aimed to analyze the effect of technical pesticide application on the severity degree of COPD to farmers.Methods: This research is a case-control study which was conducted in Grobogan District with 100 farmers repondents, had been selected by purposive method sampling. Data was collected by interviews, observation, clinical examination and spirometry. Data was analysed by rank spearman correlation and ordinal logistic regression.Results: The results showed that were 23% respondents in moderate COPD, 17% very severe COPD, 7% mild COPD and 3% severe COPD. Most respondents had spraying time pesticide  more than 5 hours daily (69%), more than 1 time weekly (72%), mostly in morning/afternoon (95%). Most of respondents (85%) frequently sprayed pesticides regardless of wind direction, sprayed pesticides against wind direction (42%), sprayed pesticides when high speed winds (36%) and used “pesticide-exposed clothes” to wipe sweat ( 42%). The result of statistical test showed significant correlation of the severity degree of COPD with pesticide exposure daily (p value = 0,003) and suitability of pesticide spraying direction (0,000). There were significant effect of pesticide exposure daily (p value = 0,004) and suitability of pesticide spraying direction (0,000) to the severity degree of COPD.Conclusion: The new findings in this study are the technical application of pesticide that has been shown to affect the severity degree of COPD is the length of exposure daily and the suitability of the pesticides spraying direction. The implications of this to public health is the need for socialization of safe work procedures of farmers in using pesticides by perfecting technical aspects of pesticide applications properly and correctly in the prevention of COPD. It was recommended not to exceed 5 hours daily and avoid spraying pesticides against the wind direction. 
Analisis Penggunaan Handphone Saat Berkendara terhadap Potensial Kecelakaan Lalu Lintas pada Remaja di Semarang Eni Mahawati; Jaka Prasetya
Semantik Vol 3, No 1 (2013): Semantik 2013
Publisher : Semantik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.611 KB)

Abstract

Teknologi kenyamanan dan keamanan berkendara terus berkembang menyesuaikan kebutuhan dan kondisi terkini   di jalanan yang semakin ramai seiring meningkatnya mobilitas manusia. Hal ini berdampak pada semakin padatnya kendaraan   di jalan raya dan peningkatan risiko kecelakaan lalu lintas.  Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama kematian di kalangan anak muda, berusia 15-24  tahun.  Lebih dari 90% kematian  yang diakibatkannya terjadi di negara berpenghasilan rendah    dan menengah. Apabila tidak dilakukan pencegahan dan penanggulangan, kecelakaan lalu lintas diperkirakan  mengakibatkan  kematian sekitar 1,9 juta orang per tahun pada tahun 2020.  Angka kematian akibat  kecelakaan lalu lintas  di Indonesia menduduki peringkat  2  di dunia (rata-rata 99  korban meninggal per hari ).  Menurut data Satlantas Polwiltabes Kota Semarang sepanjang  tahun  2011 terdapat 19.839 kejadian kecelakaan lalu lintas. Agus Aji Samekto  menemukan bahwa kejadian kecelakaan lalu lintas didominasi kelompok remaja dan mahasiswa. Faktor dominan penyebab kecelakaan lalu lintas adalah unsafe action para pengendara motor. Antara lain penggunaan  handphone  oleh remaja untuk menelpon, sms maupun mendengarkan musik sambil berkendara. Berbicara atau SMS menggunakan handphone  saat berkendara adalah gangguan utama yang menyebabkan kecelakaan . Bahaya langsung bagi pengendara  saat adanya panggilan telepon, sementara masalah yang lebih serius  saat  berbicara menggunakan handphone. Gangguan tersebut diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu berupa gangguan fisik  dan    gangguan kognitif (mental) yang terjadi ketika tugas dilakukan bersamaan, yaitu ketika pengendara menggunakan  handphone  atau hands-free saatberkendara maka harus membagi perhatian antara mengoperasikan  handphone  dan konsentrasi pada jalur berkendara.  Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perilaku safety riding remaja khususnya dalam penggunaan  handphone  sambil berkendara dan risikonya  terhadap kecelakaan lalu lintas. Jenis penelitian ini adalah survey “cross sectional” dengan populasi penelitian mahasiswa UDINUS dan pelajar SMAN 1 Kota Semarang. Penentuan sampel secara purposive yaitu 50 mahasiswa dan 50 siswa SMA. Pengumpulan data melalui pengisian kuesioner, observasi dan focus group discussion.  Data dianalisis secara deskripstif  dan analitik  untuk mengetahui potensial risiko perilaku berbahaya penggunaan HP pada remaja selama berkendara.Hasil penelitian menunjukkan responden pengendara motor kelompok  mahasiswa  (usia 19-25 tahun) lebih berisiko dalam hal ini dibandingkan kelompok usia    SMA  (usia 16-18 tahun).  Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara umur dengan  perilaku penggunaan HP saat berkendara dan  kejadian kecelakaan lalu lintas  serta adanya  hubungan bermakna antara penggunaan  handphone  dengan kejadian kecelakaan  lalu lintas (p value < 0,05).  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku penggunaan  Handphone  selama berkendara merupakan masalah serius yang harus  segera ditangani dengan melibatkan pihak sekolah, kampus, pendidik, orang tua, keluarga serta lingkungan dan pergaulan mereka.
FAKTOR-FAKTOR RISIKO PAPARAN Pb PADA POLISI LALU LINTAS DI SEMARANG BARAT Eni Mahawati
VISIKES: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 10, No 2 (2011): Visikes
Publisher : Dian Nuswantoro Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (115.626 KB) | DOI: 10.33633/visikes.v10i2.693

Abstract

Background: Based on interview data from 15 traffic police in West Semarang was known that 80% of them have “dizzy” and “dispnea”, 20% have “nausea”. Those symptom can be early effect indicator of Pb exposure to them. The aim of this research is to examine Pb Exposure and the risk factors of Pb exposure in traffic police in West Semarang.Method: This is an explanatory research with the cross sectional approach. The respondent in this research is 33 traffic police. Data collected use the direct interview with questioner and laboratory test from the repondent’s blood sample. The variable in this research consist of age, work period, nutrition status, smoking habit, exercise habit, use of mask and Pb concentration in blood.Result: Based on the result of this research was known that the respondent characteristic’s are the mean of their age is 31 years old, work period is 3,77 year, 45,4% have normal nutrition status, 57,6% didn’t use mask, and 37,5% have smoking habit. The average of 8 cigarette smoked a day. The concentration of Pb in blood is 52,18 μg/ml and 60,6% over than threshold limit value. The Result of rank spearman correlation show that there was significant correlation between age and the exercise habit with the Pbconcentration in blood, ñ-value is smaller than 0,05. Suggestion for Police department is should be applied the health inspection for traffic police and improve the exercise habit for them. Police Placement as traffic police and their mutation must be consider the age of themKeyword : Pb Concentration in blood, Traffic Police
PENGGUNAAN PESTISIDA SEBAGAI FAKTOR RISIKO “MCI” (MILD COGNITIVE IMPAIREMENT) PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIJEN KOTA SEMARANG Eni Mahawati
VISIKES: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 13, No 1 (2014): Visikes
Publisher : Dian Nuswantoro Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.868 KB) | DOI: 10.33633/visikes.v13i1.1113

Abstract

Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksi meningkat cepat terutama di negaranegaraberkembang termasuk Indonesia berdasarkan proyeksi 2010-2035. Masalah terbesarlansia adalah penyakit degeneratif antara lain demensia dan parkinson. Tingginya insidensipenyakit ini di daerah pedesaan juga dilaporkan oleh Lu, et. al (1995) dan hubungan antarazat pestisida juga terdapat pada Alzheimer Disease dan Parkinson. Sektor pertanian masihmenjadi tumpuan sebagian besar pekerja lansia (60,92%), kemudian jasa (28,80%) danindustri (10,28%). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis penggunaan pestisida sebagai11PENDAHULUANIndonesia sebagai salah satu negaraberkembang juga akan mengalami ledakanjumlah penduduk lansia (50-64 tahun dan65+) berdasarkan proyeksi 2010-2035.Meningkatnya populasi lansia ini membuatpemerintah perlu merumuskan kebijakan danprogram agar lansia tidak menjadi beban bagimasyarakat. Peningkatan jumlah lansia diIndonesia diiringi pula peningkatanpermasalahan penyakit akibat prosespenuaan. Otak sebagai organ kompleks,pusat pengaturan sistem tubuh dan pusatkognitif, merupakan salah satu organ tubuhyang sangat rentan terhadap proses penuaanatau degeneratif. Berbagai penyakitdegeneratif di otak, seperti Demensiaalzheimer, Demensia vaskular, danParkinson, sampai saat ini pengobatannyabelum memberikan hasil yang diharapkan.Hampir semua obat tidak dapatmenghentikan proses penyakit. 1Gangguan kognitif ringan adalah suatukondisi awal perkembangan sebelumnyaterjadinya dementia. Gangguan kognitiffaktor risiko gangguan kognitif ringan (MCI) pada lansia.Jenis penelitian ini adalah survey “cross sectional” terhadap 50 lansia di wilayah kerjapuskesmas Mijen Kota Semarang yang dipilih secara purposive sampling. Pengumpulandata melalui wawancara dengan kuesioner serta MMSE (Mini-Mental State Examination)dan dianalisis dengan uji statistik “Chi Square”.Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80% responden pernah mengggunakan pestisida dan78.8% responden menderita gangguan kognitif. Distribusi tingkat gangguan kognitif terdiridari 56.41% gangguan ringan dan 43.59% gangguan berat. Ada hubungan penggunaanpestisida pertanian (p value = 0.041; OR=4.455) dan pembasmi serangga (p value = 0.004;OR = 8.889) dengan gangguan kongnitif lansia. Tidak terbukti adanya hubungan antarapenggunaan obat nyamuk bakar (p value = 0.293; OR = 2.400), lotion anti nyamuk (p value =0.306; OR = 2.533) dan racun tikus (p value = 0.445; OR = 1.905) dengan gangguan kognitiflansia.Disarankan perlunya sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentangpenggunaan pestisida secara aman, dampak kesehatan, keselamatan, pemantauan danpengawasan peredaran pestisida secara rutin dan ketat serta pendampingan dan pembinaanguna meningkatkan kemandirian hidup lansia melalui posyandu lansia.Kata Kunci : Gangguan Kognitif Ringan, Lansia, Petani
FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR TIMBAL (PB) DALAM DARAH PADA SOPIR ANGKUTAN UMUM JURUSAN KARANG AYU-PENGGARON DI KOTA SEMARANG Irimawa Rustanti; Eni Mahawati
VISIKES: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 10, No 1 (2011): Visikes
Publisher : Dian Nuswantoro Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.998 KB) | DOI: 10.33633/visikes.v10i1.685

Abstract

Background: The cause of air pollution is smoke of motor vehicle. Public transportation represents one of transportation which releases the smoke. This condition cause public transport drivers always exposed by motor vehicle smoke that contain Plumbum and its health effect. The aim of this research is to examine Plumbum exposure and the factors that related with Plumbum concentration in blood of public transport drivers majors Karang Ayu-Penggaron in Semarang.Method: This is an explanatory research with the cross sectional approach. The population is 70 public transport drivers majors Karang Ayu-Penggaron and 34 samples selected by inclusion criteria. Data collected use the direct interview with questioner and laboratory test from the respondent’s blood sample. The variable in this research consist of age, work period, nutrition status, smoking habit, and Plumbum concentration in blood.Result: Based on the result of this research was known that the respondent characteristic’s are their age between 20-52 years old, their work period between 2-19 year, mean of IMT is 22,92 with the normal category nutrition status and 23 respondent have smoking habit. Theplumbum concentration in blood was 0,059 until 0,198 mg/liter. This concentration was similar with average of 12 cigarette smoked a day. The Pearson product moment correlation showed that there was significant correlation between age, work period, nutrition status, the smoking habit with the Plumbum concentration in blood, ñ-value is smaller than 0,05. Based on inferential analysis of the data was known that there was significant correlation between age, work period, nutrition status, the cigarette habit with the Pb concentration in blood. Suggestion for ORGANDA and the Head of Terminal Penggaron-Pedurungan Semarang should be applied the health inspection for public transport drivers and supply the mask for them. Public transport drivers should be using the mask correctly. Early prevention should be done by continuing measurement of the air Pb concentration by government, especially transportation department.Keywords: Plumbum Concentration, public transport drivers
PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PARU KARYAWAN BERDASARKAN KONSENTRASI PARTIKULAT PM DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG Rizkiawan Adi Nugroho; Eni Mahawati; Eko Hartini
VISIKES: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 12, No 2 (2013): Visikes
Publisher : Dian Nuswantoro Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.799 KB) | DOI: 10.33633/visikes.v12i2.645

Abstract

Kualitas udara partikulat PM2,5 di lingkungan kerja akan berpengaruh terhadap konsentrasi debu dan akhirnya mempengaruhi kapasitas vital paru karyawan. Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh AQM pada tahun 2011 dengan sampel di Universitas Dian Nuswantoro Semarang, rata-rata konsentrasi PM2,5 di ruang dosen Fakultas Teknik adalah 23,23 μg/m3, Fakultas Kesehatan 27,55 μg/m3, Fakultas Komputer 113,11 μg/m3 dan TVKU 51,42 μg/m3. Hasil ini menunjukkan bagaimana tingkat PM2.5 sebagai salah satu partikulat mampu menyusup ke paru-paru dan mengganggu nilai kapasitas vital paru-paru. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui perbedaan kapasitas vital paru-paru karyawan berdasarkan konsentrasi partikulatPM2,5 di Universitas Dian Nuswantoro Semarang.Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan metode observasi dan pengukuran kapasitas vital paru dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah 34karyawan UDINUS yang memenuhi kriteria inklusi. Uji statistik untuk menentukan perbedaan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah uji Mann-Whitney.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi kapasitas vital paru-paru responden masing-masing kategori, yaitu Restriksi Berat 11,8 %, 35,3 % Restriksi Sedang,Restriksi Ringan 14,7% dan normal 38,2%. Sedangkan konsentrasi PM2,5 memenuhi satandar 32,4% dan tidak memenuhi standar 67,6%. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kapasitas vital paru yang signifikan bagi karyawan yang berada di tempat kerja dengan kualifikasi konsentrasi PM2,5 memenuhi standar dan tidak memenuhi standar nilai p = 0.938.Dari hasil penelitian, diketahui bahwa tidak ada perbedaan kapasitas vital paru karyawan berdasarkan konsentrasi PM2,5 di tempat kerja. Dianjurkan agar pemeriksaan konsentrasiPM2,5 dan kapasitas vital paru karyawan dilakukan secara bersamaan. Disarankan untuk melakukan pengukuran konsentrasi PM2,5 pada ruangan yang beresiko tinggi terpapar debu dan asap rokok.Kata kunci : kapasitas vital paru-paru, Particulate PM2,5
STRESS KERJA DAN KESELAMATAN PADA PEKERJA SEKURITI DI PT. TELKOM DCSS IV JAWA TENGAH DAN DIY SEMARANG Indah Pusparini; Eni Mahawati
VISIKES: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 12, No 1 (2013): Visikes
Publisher : Dian Nuswantoro Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (72.09 KB) | DOI: 10.33633/visikes.v12i1.636

Abstract

Stres merupakan isu penting dalam kaitannya dengan produktivitas karyawan. Stres yang dialami oleh karyawan dapat bervariasi antara satu karyawan dan karyawan lain karena stresadalah proses persepsi individu. Keamanan Dan Keselamatan (SAS) karyawan dibagi dalam dua shift selama 12 jam dan kadang-kadang mereka harus bekerja lembur karena ada banyak pekerjaan dan harus selesai tepat waktu.Penelitian ini merupakan penelitian Explanatory dengan rancangan studi Cross Sectional. Populasi dan sampel adalah seluruh Keamanan Dan Keselamatan (SAS) karyawan yang 54 orang. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Pearson.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 31-40 tahun (38,8 %), 51,9 % telah bekerja selama 1-4 tahun, permintaan peran dalam kategori sedang 72,2 %,struktur organisasi di kategori 68, 5 %, stres kerja dalam kategori rata-rata 68,5 %. Hasil dari uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia dan stres kerja (p value 0,043< 0,05) dengan r 0903. Ada korelasi antara masa kerja dan stres kerja (p value 0,017 < 0,05) dengan r 0505. Ada korelasi antara permintaan peran dan stres kerja (p value 0,000 <0,05) dengan r 0633. Ada korelasi antara struktur organisasi dan stres kerja (p value 0,006 < 0,05) dengan r 0371.Disarankan untuk kepala Keamanan Dan Keselamatan (SAS) departemen untuk tidak memberikan tugas berlebihan pada karyawan ditempat kerja.Kata kunci : stres kerja, pekerja keamanan
PERAN PENGELOLA GEDUNG DAN TETANGGA TERHADAP KESIAPAN TANGGAP DARURAT KEBAKARAN PENGHUNI RUMAH SUSUN PEKUNDEN KOTA SEMARANG Edi Murdiono; Eni Mahawati
VISIKES: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 14, No 1 (2015): VISIKES
Publisher : Dian Nuswantoro Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.516 KB) | DOI: 10.33633/visikes.v14i1.1160

Abstract

Tingginya resiko terjadinya kebakaran di rumah susun pekunden namun minimnya saranadan prasarana yang tersedia untuk mengantisipasi hal tersebut maka pengelola dan setiappenghuni rumah susun pekunden di harapkan memiliki perilaku tanggap darurat, berdasarkansurvei awal pada tanggal 28 Maret 2014 diketahui bahwa pernah terjadi kebakaran di semualantai yang ada di rumah susun dari lantai 2, 3 & 4 dengan akibat kebakaran yang berbedabeda.tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui hubungan antara peran pengelola dan tetanggadengan kesiapan tanggap darurat kebakaran di rumah susun pekunden.Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik, dengan menggunakan pendekatan crosssectional. Populasi penelitian adalah semua penghuni rumah susun pekunden semarang responden yang memiliki KK keseluruhan berjumlah 124 KK. Selanjutnya dilakukanpengkatagorian sampel agar sampel memenuhi kriteria / syarat yang dibutuhkan dalampenelitian, dengan cara menggunakan Proporsional Cluster Random Sampling, dengan kriteriainklusi dan yang terpilih menjadi sampel minimal harus tinggal dirumah susun selama 3tahun dan umur minimal 15 tahun maksimal umur 55 tahun, Instrumen penelitian yangdigunakan yaitu dengan daftar pertanyaan /kuesioner yang diolah dengan spss menggunkanuji statistik rank sperman.Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesiapsiagaan penghuni rumah susun pekunden tentangtanggap darurat bencana kebakaran dapat dikatakan belum baik faktor-faktor yangberhubungan dengan kesiapsiagaan tanggap darurat bencana kebakaran yaitu peran pengelolabelum ada perhatian khusus untuk melakukan tindakan dan peran tetangga tidak salingpeduli antar tetangga dalam menggunakan barang (peralatan) maupun bahan yang mudahmemicu kebakaran, serta belum dapat mengenali lingkungan sekitar, khususnya yang terkaitjalur penyelamatan saat kebakaran yang ada di rumah susun pekunden kota seamarang.Baik peran pengelola maupun peran tetangga rumah susun pekunden di sarankan untuk berperanaktif dan adanya perhatian khusus saling bekerjasama dalam upaya kesiaapsiagaan tanggapdarurat bencana kebakaran agar bisa meminimalisir kerugian material maupun korban jiwa.Kata kunci : Peran Pengelola, Peran Tetangga, Kesiapsiagaan