Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

MENINGKATKAN KAPABILITAS MASYARAKAT MELALUI PROSES PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAMPUNG KOTA DI YOGYAKARTA Bawole, Paulus
MEDIA MATRASAIN Vol 16, No 1 (2019)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertumbuhan daerah kumuh di dunia masih menjadi masalah yang dihadapi oleh banyak negara. Selain itu perkampungan kumuh juga menjadi sasaran Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDG 2030. Di dalam kawasan kumuh tidak hanya ada penduduk miskin yang termasuk golongan menengah ke bawah, tetapi kualitas lingkungan sekitarnya juga buruk. Seringkali masyarakat luar berpendapat bahwa orang miskin tidak dapat melakukan pembangunan, karena mereka tidak memiliki informasi yang cukup, orang miskin dan tingkat pendidikan mereka rendah. Banyak program pemerintah berusaha mengentaskan kemiskinan dan melaksanakan program pengembangan kampung perkotaan untuk menghilangkan permukiman kumuh. Melalui programprogram ini, diharapkan akan ada peningkatan kemampuan masyarakat terpinggirkan yang tinggal di kampungkampung perkotaan. Artikel ini membahas bagaimana kemampuan kaum miskin dalam hal pembangunan permukiman dapat ditingkatkan melalui proses pengembangan infrastruktur infrastruktur partisipatif secara partisipatif yang diprakarsai oleh pemerintah melalui program pembangunan berkelanjutannya.
PENATAAN PKL INFORMAL UNTUK MEWUJUDKAN FUNGSI RUANG PUBLIK DI KAWASAN PERDAGANGAN PADA RUAS JALAN CIRCUNVALAÇAÔ ACADIRU HUN DILI Chang, Ludovino; Bawole, Paulus
MEDIA MATRASAIN Vol 14, No 2 (2017)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pedagang  kaki lima (PKL) di Timor-Leste (TL) merupakan masalah yang belum diselesaikan. Keberadaan PKL seperti: Jalan Elem Loi, Audian, Caicoli, Hali Laran, Aimutin, Kampung Alor dan Acadiru Hun. Mereka berjalan dengan mendorong gerobak dan pikul untuk berjualan di tempat-tempat publik. Ruang-ruang publik seperti pinggir-pinggir jalan, trotoar, emperan toko, taman kota dan kawasan perdagangan Acadiru Hun. Pemerintah melarang PKL untuk berjualan di ruang-ruang publik, tetapi pemerintah belum menyediakan suatu tempat yang layak bagi PKl di Timor-Leste. Pemerintah belum mempunyai peraturan untuk Penataan PKL, dengan demikian mereka dapat menggunakan ruang publik untuk menawarkan dagangannya. Karena tidak ada peraturan dan pembinaan cara memanfaatkan ruang yang tidak merusak lingkungan, maka PKL mengembangkan lokasi perdagangan sesuka hati sehingga merusak kualitas lingkungan. Mereka mempunyai jam-jam operasi yang tidak menggangu aktivitas perkantoran, yaitu jam 17.00 sampai 22.00 waktu TL.Menurut Hakim (1987), public space merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas masyarakatnya, baik secara individu maupun secara kelompok, dimana bentuk ruang publik ini sangat tergantung pada pola dan susunan massa bangunan. Bila dilihat pola ruang publik yang terjadi di lokasi penelitian bahwa pola ruang publik sudah tidak ada dan pola ruang perdagangan yang tidak tersusun dengan baik. Kualitatif merupakan suatu cara untuk memahami proses penelitian dan berdasarkan pada sistem penyelidikan fenomena sosial dan masalah manusia. Pedagang kaki lima (PKL) di Timor-Leste (TL) merupakan masalah yang belum diselesaikan. Keadaan ini dapat terlihat pada keberadaan PKL yang ada di Jalan Elem Loi, Audian, Caicoli, Hali Laran, Aimutin, Kampung Alor dan Acadiru Hun. Mereka mendorong gerobak dan memikul dagangan untuk berjualan di tempat-tempat publik. Ruang-ruang publik yang dimanfaatkan untuk berjualan seperti pada pinggir-pinggir jalan, trotoar, emperan toko, taman kota dan kawasan perdagangan Acadiru Hun. Pemerintah melarang PKL untuk berjualan di ruang-ruang publik, tetapi pemerintah belum menyediakan suatu tempat yang layak bagi PKl di Timor-Leste.Kata kunci: Penataan, PKL, Informal, Ruang Publik, Metode Kualitatif
MAKNA RUANG TERBUKA PUBLIK TAMAN KOTA LARGO DE LECIDERE KOTA DILI, TIMOR LESTE Rodrigues, Olinda; Bawole, Paulus
MEDIA MATRASAIN Vol 16, No 2 (2019)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Taman Largo de Lecidere menjadi salah satu taman yang cukup representatif di Kota Dili. Keberadaan ruang publik merupakan kekuatan rancangan yang mampu membentuk kesan dalam kota. Menurut pendapat beberapa orang taman Largo de Lecidere sudah berhasil memberi makna sebagaimana konsep awal perencanaan dan pembangunannya guna membawa manfaat bagi Kota Dili dan warganya. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan taman Largo de Lecidere sebagai ruang publik dan bagaimana maknanya bagi warga kota. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Pengamatan dilakukan diruang terbuka taman yang telah ditentukan untuk mendapatkan gambaran pola pemanfaatannya. Analisa yang dilakkan didasarkan pada hasil diskusi para ahli yang diambil dari beberapa jurnal dan buku literatur. Adapun hasil penelitian setelah dianlisa menunjukkan bahwa pemanfaatan ruang terbuka publik taman Largo de Lecidere belum maksimal sesuai konsep awal pemanfaatan taman. Hal ini ditandai dengan belum berhasilnya upaya menjadikan taman sebagai paru-paru kota/hutan kota dan belum memberi makna yang demokratis bagi pengunjung taman sebagai ruang terbuka publik yang bebas dan bisa diakses oleh semua warga terutama oleh pengunjung lanjut usia dan balita.
Perancangan Alat Pemanas Elektrik da Penoreh Malam Terpadu yang Bersifat Inklusif Paulus Bawole; Eko A. Prawoto; Puspitasari Darsono; Winta Guspara
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 31, No 2 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v31i2.1078

Abstract

ABSTRAKPenguasaan ketrampilan membatik harus lebih menyebar ke berbagai pelosok di Indonesia. Kecacatan tubuh (impairment), baik brakidaktili maupun paraplegia bukanlah halangan untuk menguasai ketrampilan membatik. Terdapat tiga faktor penyebab tingginya biaya produksi batik tulis, yaitu waktu, energi dan ketrampilan tinggi. Penelitian ergonomi dengan studi kasus para pembatik difabel ini bertujuan memperoleh pemahaman tentang kemampuan pengguna dan keluhan muskuloskeletal para pembatik difabel yang diakibatkan oleh alat tersebut. Hasil yang diperoleh akan menjadi spesifikasi performa produk untuk perancangan alat membatik elektrik yang bersifat inklusif, dapat digunakan oleh berbagai pengguna, mulai dari kalangan pembatik pemula hingga yang berpengalaman, bertangan normal maupun tidak sempurna. Pengukuran dengan metode RULA, pengamatan dan wawancara dalam ujicoba penggunaan aneka jenis gagang canting desain baru diperoleh kesimpulan bahwa genggaman presisi eksternal menghasilkan kebutuhan ukuran gagang yang sama baik bagi pembatik dengan tangan normal maupun brakidaktili. Sedangkan pada analisa metode NBM dan HTA didapatkan kesimpulan bahwa jika unit pemanas malam bisa disatukan dengan canting maka didapatkan pengurangan satu langkah dalam kegiatan membatik sekaligus mengurangi keletihan dalam membatik. Penelitian ini menghasilkan konsep perancangan unit pemanas malam elektrik arus DC yang menyatu dengan penoreh malam. Alat membatik yang bersifat inklusif ini akan membuat pekerjaan membatik bisa dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat terutama di desa dengan pasokan listrik yang terbatas. Kata kunci: pembatik difabel, inklusif, pemanas arus DCABSTRACTThe skill of batik craftmanship should spread wider to the nook and corner of Indonesia archipelago. Impairment such as brachydactile as well as paraphlegia shouldn’t be a hindrance to master the batik technique. There are three factors found as a source of high production cost in  hand-made batik; time, energy, and high skill. The goal of this ergonomic research using case studies of difable batik artisans is to get an understanding of user capabilities and musculoskeletal problems of users while operating standard batik equipment. The result then will be used as a specification of product performance for designing inclusive electric batik equipment, that can be operated by most users, from beginners to advance artisans, with normal fingers as well as challenged. Measurement using RULA method, observation and interviews on the trials of several new handles showed that there is an agreement on handle size when both extreme impaired users performed external precision grip. NBM and HTA analyzes concluded that if wax heating unit could be integrated with canting, it will eliminate one production step as well as reduce fatique. This research had produced a design of electric batik equipment with DC current. This inclusive equipment will enable batik production to be made in villages with limited supply from national electrical company. Keywords: diffable batik artisan, inclusive, DC heating unit
Pendampingan Masyarakat dalam Perencanaan Penataan Permukiman Kumuh di Kampung Pedak Baru, Bantul Bawole, Paulus; Sutanto, Haryati
Jurnal Atma Inovasia Vol. 3 No. 6 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jai.v3i6.8139

Abstract

Architectural works of poor communities in informal settlements are often recoqnized as Marginalized Architecture, because indeed the people who create the Architecture is in these settlements are people who are marginalized by the social strata of urban society. They develop the house according to their needs and abilities. Methods of development, planning and design as well as the use of building materials are often very suitable for the needs of the local community, the local climate and even according to their daily income. In SDGs 2030 it is hoped that the settlements of these marginal communities can be eliminated. One of the marginal settlements in Bantul Regency is located in Kampung Pedak Baru, Bangun Tapan Village. The situation of marginal settlements developed on the banks of the Gajahwong river needs to be developed. Through community assistance conducted by lecturers from Duta Wacana Christian University, community-based slum settlement planning was carried out. With a totally participatory planning model, this community service program can be implemented well together with the team KOTAKU program supported by the Bantul Regency regional government. As a result of the total participatory model in planning slum development, the people of Kampung Pedak Baru are satisfied because they were involved in the planning process. Apart from that, currently the Bantul Regency Government is still negotiating with the Central Government to finance the implementation of the slum area development plan in Kampung Pedak Baru. Architectural works of poor communities in informal settlements are often recoqnized as Marginalized Architecture, because indeed the people who create the Architecture is in these settlements are people who are marginalized by the social strata of urban society. They develop the house according to their needs and abilities. Methods of development, planning and design as well as the use of building materials are often very suitable for the needs of the local community, the local climate and even according to their daily income. In SDGs 2030 it is hoped that the settlements of these marginal communities can be eliminated. One of the marginal settlements in Bantul Regency is located in Kampung Pedak Baru, Bangun Tapan Village. The situation of marginal settlements developed on the banks of the Gajahwong river needs to be developed. Through community assistance conducted by lecturers from Duta Wacana Christian University, community-based slum settlement planning was carried out. With a totally participatory planning model, this community service program can be implemented well together with the team KOTAKU program supported by the Bantul Regency regional government. As a result of the total participatory model in planning slum development, the people of Kampung Pedak Baru are satisfied because they were involved in the planning process. Apart from that, currently the Bantul Regency Government is still negotiating with the Central Government to finance the implementation of the slum area development plan in Kampung Pedak Baru.
Pengaruh Banjir terhadap Adaptasi Rumah Tinggal di Warungboto, Yogyakarta Kristiyani, Wahyu Desy; Bawole, Paulus; Damanik, Imelda Irmawati
ATRIUM: Jurnal Arsitektur Vol. 11 No. 1 (2025): ATRIUM: Jurnal Arsitektur
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/atrium.v11i1.286

Abstract

Title: The Impact of Floods on Residential Adaptation in Warungboto, Yogyakarta Settlements around the riverbank are not free from the threat of flooding due to overflowing river water. To reduce this risk, the community tries to adapt to their homes. This research aims to determine the influence of flooding on the adaptation of residential houses in Warungboto, Yogyakarta. The method used is a descriptive qualitative with observation, interview, and documentation techniques from both Warungboto residents and the author by analyzing homes using morphological, physiological, and cultural adaptation theories. The results found were that all types of adaptation were carried out by flood victims and were influenced by the location of the house, the status of the house, and the length of stay. Floods affect the adaptation of a residence by changing the house's orientation, adding water-retaining partitions, changing the house plan, and adding new rooms at a higher level than the ground floor.
Pendampingan Perencanaan Master Plan Kompleks GKJ Medari menggunakan Media Maket Berbasis Partisipatif Kinanthi, Maria; Irmawati Damanik, Imelda; Delfiati, Sriana; Bawole, Paulus; Tri Mulyani, Agustina; Joifo Jerau, Lusianus
Jurnal Atma Inovasia Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jai.v5i3.10436

Abstract

Kompleks Gereja GKJ Medari yang dibentuk oleh beberapa jemaat gereja kecil di sekitar wilayah Medari, berkembang secara spontan dan tidak teratur dalam penataan ruangnya. Majelis Jemaat GKJ Medari ingin membuat Master Plan dan mengajukan proposal pendampingan kepada Laboratorium Perumahan dan Lingkungan Perkotaan (Lab Kota), FAD, UKDW. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk membantu proses perencanaan master plan Kompleks Gereja GKJ Medari dengan pendekatan desain partisipatif. Melalui metode ini, partisipasi aktif dari jemaat dan pengurus gereja difasilitasi untuk memastikan perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi jemaat. Salah satu media yang digunakan dalam pendampingan ini adalah maket yang dikembangkan dengan partisipasi aktif jemaat yang memungkinkan visualisasi yang lebih konkret dan interaktif. Model ini merupakan alat komunikasi yang efektif untuk membantu jemaat memahami dan memberikan masukan mengenai tata ruang, sirkulasi, dan fungsi bangunan di kompleks gereja. Kondisi bangunan eksisting yang dapat disebut sebagai cagar budaya yang masih kokoh memungkinkan kita melihat regulasi yang dapat dipertimbangkan dalam mendesain ulang. Hasil dari kegiatan ini adalah rancangan rencana induk yang lebih inklusif dan partisipatif, serta penguatan kapasitas jemaat dalam berkontribusi terhadap perencanaan lingkungan fisik gereja.
Pendampingan Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga untuk Pengembangan Pertanian Perkotaan Kelompok Tani Cokrodirjan Sabatini, Stefani Natalia; Bawole, Paulus; Sutanto, Haryati B.
Jurnal Atma Inovasia Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jai.v5i3.10909

Abstract

Kelompok Tani (Poktan) merupakan kelompok penggerak pertanian perkotaan yang dapat mendukung kemandirian pangan. Kelompok Tani Migunani yang berada di Cokrodirjan, Suryatmajan, Kota Yogyakarta adalah salah satu kelompok tani yang produktif namun memiliki masalah terutama terkait penyiraman dan keterbatasan lahan. Di sisi lain, terdapat masalah di lingkungan lokasi binaan ini terkait air limbah rumah tangga. Tulisan ini bertujuan membahas pendampingan yang dilakukan kepada Kelompok Tani Migunani tentang pengelolaan air limbah rumah tangga untuk pengembangan pertanian perkotaan. Pendampingan yang dilakukan antara lain edukasi pengelolaan air limbah rumah tangga, edukasi dan simulasi pengolahan urin menjadi pupuk cair, dan workshop pembuatan reaktor taman pengolahan limbah sederhana untuk mengolah air limbah rumah tangga. Hasilnya, kegiatan edukasi dan simulasi memberikan peningkatan kapasitas bagi kelompok tani namun pembuatan reaktor taman pengolahan terkendala penyesuaian lokasi sumber air limbah.
Implementasi Manajemen Risiko Bencana bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Yogyakarta Tanggela, Stephani Jecquelin Daindo; Bawole, Paulus; Nainggolan, Freddy Marihot Rotua
ATRIUM: Jurnal Arsitektur Vol. 11 No. 1 (2025): ATRIUM: Jurnal Arsitektur
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/atrium.v11i1.284

Abstract

Title: The Implementation of Disaster Risk Management for Children with Special Needs at Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Yogyakarta Disaster risk reduction for children with special needs in special schools is an important thing that needs to be implemented because children with special needs are a vulnerable group when a disaster occurs. This research employs a qualitative descriptive method, collecting data through observation, interviews, documentation, literature reviews, and behavior mapping. This research uses the III Pillars of Comprehensive School Safety and Behaviour Mapping as the basis of analysis. The study was conducted to know the implementation of disaster risk management by SLB Negeri 1 Yogyakarta and the response of children with special needs.  SLB Negeri 1 Yogyakarta has conducted disaster risk reduction through several aspects, namely facilities, disaster management, and disaster education. However, in the implementation, there are still shortcomings generally caused by land limitations.  The behavior mapping process reveals that the adaptable responses demonstrated by students with special needs make any aspect that does not meet the standard tolerable.
Pendampingan Masyarakat dalam Perencanaan Penataan Permukiman Kumuh di Kampung Pedak Baru, Bantul Bawole, Paulus; Sutanto, Haryati
Jurnal Atma Inovasia Vol. 3 No. 6 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jai.v3i6.8139

Abstract

Architectural works of poor communities in informal settlements are often recoqnized as Marginalized Architecture, because indeed the people who create the Architecture is in these settlements are people who are marginalized by the social strata of urban society. They develop the house according to their needs and abilities. Methods of development, planning and design as well as the use of building materials are often very suitable for the needs of the local community, the local climate and even according to their daily income. In SDGs 2030 it is hoped that the settlements of these marginal communities can be eliminated. One of the marginal settlements in Bantul Regency is located in Kampung Pedak Baru, Bangun Tapan Village. The situation of marginal settlements developed on the banks of the Gajahwong river needs to be developed. Through community assistance conducted by lecturers from Duta Wacana Christian University, community-based slum settlement planning was carried out. With a totally participatory planning model, this community service program can be implemented well together with the team KOTAKU program supported by the Bantul Regency regional government. As a result of the total participatory model in planning slum development, the people of Kampung Pedak Baru are satisfied because they were involved in the planning process. Apart from that, currently the Bantul Regency Government is still negotiating with the Central Government to finance the implementation of the slum area development plan in Kampung Pedak Baru. Architectural works of poor communities in informal settlements are often recoqnized as Marginalized Architecture, because indeed the people who create the Architecture is in these settlements are people who are marginalized by the social strata of urban society. They develop the house according to their needs and abilities. Methods of development, planning and design as well as the use of building materials are often very suitable for the needs of the local community, the local climate and even according to their daily income. In SDGs 2030 it is hoped that the settlements of these marginal communities can be eliminated. One of the marginal settlements in Bantul Regency is located in Kampung Pedak Baru, Bangun Tapan Village. The situation of marginal settlements developed on the banks of the Gajahwong river needs to be developed. Through community assistance conducted by lecturers from Duta Wacana Christian University, community-based slum settlement planning was carried out. With a totally participatory planning model, this community service program can be implemented well together with the team KOTAKU program supported by the Bantul Regency regional government. As a result of the total participatory model in planning slum development, the people of Kampung Pedak Baru are satisfied because they were involved in the planning process. Apart from that, currently the Bantul Regency Government is still negotiating with the Central Government to finance the implementation of the slum area development plan in Kampung Pedak Baru.