Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

KARAKTERISTIK KONDISI KESEHATAN PADA PASIEN KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG: TINJAUAN LITERATUR SISTEMATIS Gizela, Beta Ahlam; Puspitasari, Kintan
Jurnal Forensik dan Medikolegal Indonesia Vol 4 No 2 (2023): Jurnal Forensik dan Medikolegal Indonesia
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jfmi.2023.4.2.4840

Abstract

Background: Human trafficking is a crime that degrades human dignity, involving hundreds or even thousands of victims per year both on a global and local scale. In the human trafficking, various types of violence often occur. It is important to identify that the patient is a victim of human trafficking when a doctor encounter a patient due to sexual violence. Doctor must pay more attention to collect evidence through anamnesis, physical examination, and advance examination. Thus, the next strategy to help victims of human trafficking can be carried out. Aim: To identify the characteristics of physical, mental, and sexual health conditions in patients victims of TPPO as well as medical measures taken. Method: This is a systematic literature review of the literature obtained from four databases: PubMed, Google Scholar, Sage Journal, and Semantic Scholar. A literature search using the SPIDER method is initial screening and screening before downloading. Selected literatures then put for further selection with criteria of inclusion and exclusion to obtain eligible literature. The next step is ecstraction by conducting a critical review using a checklist according to the design of literature research. Result: Five literatures are eligibile with 2 literature conduct medical examinations, 4 literature discussing physical health issues, 3 literature discussing reproductive health issues, and 4 literature discussing mental health issues. Some of the literatures show the most common physical health problems are tired, memory impairment, and headaches or dizziness. Sexual health problems are sexually transmitted infections, urination pain in women and the risk of pregnancy. Mental health problems are PTSD, anxiety, and depression, desire and even suicide attempts, substance or alcohol use. Conclusion: Victims of human trafficking (men, women, and children) experience physical, sexual, and mental health problems.
Follow-Up Analysis of Sexual Violence Case in Hospital; Before and During the Covid-19 Pandemic Busyra, Busyra; Gizela, Beta Ahlam; Artanti, Martiana Suciningtyas Tri
Biomedika Vol 16, No 1 (2024): Biomedika Februari 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sexual violence may cause numerous health consequences, either short-term or long-term. Therefore, victims need access to healthcare facilities immediately after the incidents and follow-up care to prevent further complications. This study aims to recognize prognostic factors of sexual violence patients, analyze the follow-up visits to the hospital, and analyze how the Covid-19 pandemic affects the patients’ visits. We collected medical records data of sexual violence patients that visited the hospital during 2017-2021. Prognostic factors, comprised of demographic profile and case characteristics, were analyzed with follow-up visits to the hospital. Our subjects were 113, 108 female and five male. Most female patients were aged 14-17 years and were secondary school students, while all male patients were aged 6-13. Most perpetrators were known to the victims while the incident places were mainly at their places. Penetration, anogenital injury, and psychological symptoms were present in most patients. We found that 24 (21.2%) patients appeared in a follow-up visit. We found no difference in patient visits before and during the Covid-19 pandemic. However, statistical analysis of follow-up visits indicated a significant relationship with the follow-up plan.
Cedera Pada Buruh Akibat Kecelakaan Kerja: Kajian Data Health and Demographic Surveillance System/HDSS Sleman Gizela, Beta Ahlam; Rafitri, Anggina; Pratiwi, Woro Rukmi
MJS Medical Journal of Soeradji Vol 1 No 1 (2024): (July) MJS
Publisher : RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70605/w8bvz350

Abstract

Latar Belakang: Terjadi peningkatan kasus cedera akibat kecelakaan kerja dari waktu ke waktu di Indonesia. Di Kabupaten Sleman, penyebab cedera paling umum adalah kecelakaan transportasi, jatuh, terkena benda tajam, terbakar, terkena air, dan lainnya. Faktor lain yang dapat menyebabkan cedera termasuk usia, berat badan, jenis kelamin, dan postur tubuh. Tujuan: Mengetahui profil buruh yang terkena cedera akibat kecelakaan kerja berdasarkan data HDSS Sleman tahun 2016, 2017, 2019, dan 2021. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional dengan desain penelitian cross-sectional berdasarkan data HDSS Sleman dari tahun 2016, 2017, 2019, dan 2021. Hasil: Kasus cedera akibat kecelakaan kerja banyak terjadi pada laki-laki (79,6%). Cedera lebih banyak terjadi pada kelompok usia pra-lansia (45,6%). Penyebab terbanyak adalah terkena benda tajam, tumpul, atau mesin (40,8%), dan lokasi terbanyak di area pertanian (42,7%). Jenis cedera paling umum adalah luka iris dan robek (33%). Cedera paling banyak terjadi pada anggota gerak bawah (45,6%). Outcome paling umum adalah tidak cacat atau hidup tanpa gejala sisa (83,5%). Kesimpulan: Kasus cedera akibat kecelakaan kerja berdasarkan HDSS Sleman banyak terjadi pada laki-laki kelompok usia pra-lansia dengan tingkat pendidikan rendah. Cedera paling sering disebabkan oleh benda tajam, tumpul, atau mesin yang menimbulkan luka iris dan robek, terutama pada ekstremitas bawah. Outcome cedera paling umum adalah tidak cacat atau hidup tanpa gejala sisa yang mengganggu aktivitas. Kata kunci: Cedera; Usia; Kecelakaan kerja; Buruh; Aktifitas fisik.
Prevalensi Cedera Akibat Jatuh Pada Kelompok Lanjut Usia dan Pra-Lanjut Usia Gizela, Beta Ahlam; Almira, Adella Sahdasalma; Pratiwi, Woro Rukmi
MJS Medical Journal of Soeradji Vol 1 No 1 (2024): (July) MJS
Publisher : RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70605/cq6fym45

Abstract

Latar Belakang: Risiko jatuh meningkat seiring bertambahnya usia, dan orang tua lebih rentan mengalami cedera akibat jatuh, yang sering memerlukan perhatian medis dan berpotensi menyebabkan kecacatan. Tujuan: Mengetahui prevalensi cedera akibat jatuh pada lansia dan pra-lansia, gambaran cedera, serta faktor risiko keparahan cedera berdasarkan data dari Health Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman tahun 2016, 2017, 2019, dan 2021. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional dengan desain cross-sectional, menggunakan data sekunder dari HDSS Sleman untuk tahun 2016, 2017, 2019, dan 2021. Sampel penelitian terdiri dari 571 responden yang mengalami cedera akibat jatuh. Total sampling digunakan dalam penelitian ini. Hasil: Pada lansia, prevalensi cedera akibat jatuh adalah 0,85% (2016), 1,46% (2017), 1,19% (2019), dan 0,99% (2021). Pada pra-lansia, prevalensinya adalah 0,73% (2016), 1,24% (2017), 0,65% (2019), dan 0,57% (2021). Lecet dan memar adalah cedera yang paling umum (51,9% pada pra-lansia dan 47,6% pada lansia), terutama terjadi pada anggota gerak bawah. Didapatkan 76,7% dari kasus memerlukan perawatan medis, dengan proporsi yang lebih tinggi pada lansia yang dirawat oleh tenaga kesehatan. Sebanyak11,2% dari kasus menyebabkan kecacatan, terutama berupa bekas luka permanen. Komorbiditas dan faktor ekstrinsik (lokasi cedera) tidak menjadi faktor risiko keparahan cedera. Faktor sosiodemografi, terutama pekerjaan, mempengaruhi keparahan cedera. Kesimpulan: Prevalensi cedera akibat jatuh lebih tinggi pada lansia dibandingkan pra-lansia, dengan cedera yang paling sering berupa lecet/memar di anggota gerak bawah. Sebagian besar kasus memerlukan perawatan medis dan menyebabkan kecacatan. Pekerjaan merupakan faktor risiko signifikan untuk keparahan cedera. Penelitian serupa sangat baik dilakukan pada berbagai daerah di Indonesia untuk mendapatkan gambaran nasional. Kata Kunci: Cedera, Jatuh, Lansia, Pra-lansia, HDSS Sleman