Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN DAN AUSTEMPER 400 0 C TERHADAP KARAKTERISTIK BESI TUANG NODULAR SETELAH PENAMBAHAN UNSUR PADUAN 0,15 %Mo, 1,5 %Ni, 0,2%Cr Andrijono, Djoko
Jurnal Teknik Mesin TRANSMISI Vol 1, No 1 (2005): Edisi Pebruari 2005
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.488 KB) | DOI: 10.26905/jtmt.v1i1.4410

Abstract

Besi tuang nodular memiliki sifat mekanis yang baik dan mendekati sifat mekanis dan sifat fisik baja,seperti kekuatan tarik, regangan, kemampuan terhadap proses perlakuan panas, mampu meredam suaradan biaya produksi relatif lebih murah daripada baja, sehingga besi tuang nodular banyak digunakansebagai bahan dasar untuk pembuatan komponen mesin dan kendaraan otomotif. Perbaikan sifat-sifatmekanis agar sesuai dengan kebutuhan dapat juga diperoleh dengan penambahan unsur-unsur paduan seperti: chromium ( Cr ), molybdenum ( Mo ) dan nickel ( Ni ). Metode lain untuk meningkatkan sifatmekanis besi tuang nodular adalah dengan melakukan proses perlakuan panas austemper, sehinggamenghasilkan besi tuang nodular austemper atau dikenal dengan sebutan Austempered Ductile Iron ( ADI). Proses austemper diawali dengan austenisasi pada temperatur 800 0 C selama 60 menit, dilanjutkandengan austemper pada temperatur 400 0 C dengan waktu tahan masing-masing 15, 30, 45 menit.Pengujian tarik, kekerasan dan pengamatan struktur mikro dilakukan untuk menganalisa hasil prosesaustemper. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa temperatur pemanasan 800 0 C belum terjadi austenisasi,sehingga tidak terjadi perubahan fasa menjadi fasa austenit ( g ), akibatnya proses austemper 400 0 C yangdilakukan hanya mempengaruhi perluasan matrik ferit ( a ) atau terjadi anil feritisasi dan tidak terjadipembentukan bainit pada besi tuang nodular dengan penambahan 0,15 % Mo, 1,5 % Ni dan 0,2 % Cr.Hasil ini terlihat dari kenaikan nilai elongasi dengan penurunan sifat kekerasan.
TERBENTUKNYA ENDAPAN CHROM CARBIDE ( Cr23C6 ) PADA BATAS BUTIR DAN KARAKTERISTIK BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK 316 L SETELAH PROSES LAS GAS TUNGSTEN ARC WELDING Andrijono, Djoko
TRANSMISI Vol 1, No 2 (2005): Edisi September 2005
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.713 KB) | DOI: 10.26905/jtmt.v1i2.4440

Abstract

Teknologi pengelasan banyak digunakan untuk berbagai macam keperluan industri manufaktur di bidangpemotongan, penyambungan atau penyatuan dan reparasi. Salah satu proses penyambungan dengan proseslas GTAW (Gas Tungten Arc Welding) banyak digunakan pada proses pengelasan baja tahan karat austenitik.Baja tahan karat austenitik akibat proses las GTAW dengan variasi kuat arus listrik sebesar 90 A, 100 A, 110A, maka mengakibatkan terjadinya kenaikan temperatur pengelasan semakin tinggi dan pengaruh sensitisasidapat menimbulkan terjadinya endapan chrom carbide ( Cr23C6 ) pada batas butir (grain boundary).Penelitian yang dilakukan menitik beratkan pembahasan mekanisme pembentukan chrom carbide ( Cr23C6 )dan sifat kekerasan daerah lasan (weldment) yang terdiri dari logam induk, daerah pengaruh panas dan logamlasan. Hasil penelitian angka kekerasan pada logam induk rata- rata 144,4 BHN ( tidak terjadi perubahansifat kekerasan ) dan angka kekerasan pada daerah pengaruh panas 257, BHN, 263 BHN, 266 BHN danangka kekerasan pada logam lasan 265 BHN, 332 BHN, 347 BHN, sehingga secara umum angka kekerasantertinggi terjadi pada logam lasan. Logam induk tidak terjadi perubahan struktur mikro, logam lasan dandaerah pengaruh panas terjadi perubahan struktur mikro.
VARIASI MEDIA PENDINGINAN TERHADAP KEKERASAN MATERIAL LOGAM HASIL TEMPA TEMPA PANAS PANDAI BESI Nufal Akbar; Djoko Andrijono; Mardjuki Mardjuki
TRANSMISI Vol 13, No 1 (2017): Edisi Pebruari 2017
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (636.11 KB) | DOI: 10.26905/jtmt.v13i1.2004

Abstract

Pandai besi merupakan proses pembentukan logam dengan cara memanaskan baja bekas terdiri dari baja karbon rendah (plat) dan baja karbon tinggi (batangan) pada dapur pemanas dengan menggunakan bahan bakar arang kayu jati sampai mencapai temperatur rekristalisasi dan ditempa panas secara bertahap sampai kedua baja bekas menyatu sampai membentuk produk yang diinginkan serta selanjutnya dilakukan proses pendinginan cepat. Pengujian meliputi komposisi kimia, pengamatan struktur mikro dan uji kekerasan.Permasalahan meliputi: (a) temperatur pembakaran arang kayu jati di bawah temperatur rekristalisasi, (b) hasil tempa panas setelah proses pendinginan cepat sangat getas dan retak. Tujuan penelitian membandingkan dan menganalisa sifat kekerasan serta struktur mikro hasil tempa panas setelah proses pendinginan oli SAE 50, SAE 90, SAE140. Hasil uji komposisi kimia pada baja karbon rendah mengandung 0,13285% C dan baja karbon menengah mengandung 1,2617% C. Hasil penelitian menunjukkan baja bekas, angka kekerasan tertinggi pada SAE 50 dan terendah pada SAE 140 dan struktur mikro yang terbentuk lebih dominan fasa ferit yang sifatnya ulet dibanding fasa perlit yang sifatnya keras dan getas. Kesimpulan penelitian sifat kekerasan hasil tempa panas dan pendinginan oli: SAE 50, SAE 90, SAE 140 semakin menurun dan fasa yang terbentuk fasa ferit lebih dominan dibanding fasa perlit.
PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN DAN AUSTEMPER 400 0 C TERHADAP KARAKTERISTIK BESI TUANG NODULAR SETELAH PENAMBAHAN UNSUR PADUAN 0,15 %Mo, 1,5 %Ni, 0,2%Cr Djoko Andrijono
TRANSMISI Vol 1, No 1 (2005): Edisi Pebruari 2005
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.488 KB) | DOI: 10.26905/jtmt.v1i1.4410

Abstract

Besi tuang nodular memiliki sifat mekanis yang baik dan mendekati sifat mekanis dan sifat fisik baja,seperti kekuatan tarik, regangan, kemampuan terhadap proses perlakuan panas, mampu meredam suaradan biaya produksi relatif lebih murah daripada baja, sehingga besi tuang nodular banyak digunakansebagai bahan dasar untuk pembuatan komponen mesin dan kendaraan otomotif. Perbaikan sifat-sifatmekanis agar sesuai dengan kebutuhan dapat juga diperoleh dengan penambahan unsur-unsur paduan seperti: chromium ( Cr ), molybdenum ( Mo ) dan nickel ( Ni ). Metode lain untuk meningkatkan sifatmekanis besi tuang nodular adalah dengan melakukan proses perlakuan panas austemper, sehinggamenghasilkan besi tuang nodular austemper atau dikenal dengan sebutan Austempered Ductile Iron ( ADI). Proses austemper diawali dengan austenisasi pada temperatur 800 0 C selama 60 menit, dilanjutkandengan austemper pada temperatur 400 0 C dengan waktu tahan masing-masing 15, 30, 45 menit.Pengujian tarik, kekerasan dan pengamatan struktur mikro dilakukan untuk menganalisa hasil prosesaustemper. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa temperatur pemanasan 800 0 C belum terjadi austenisasi,sehingga tidak terjadi perubahan fasa menjadi fasa austenit ( g ), akibatnya proses austemper 400 0 C yangdilakukan hanya mempengaruhi perluasan matrik ferit ( a ) atau terjadi anil feritisasi dan tidak terjadipembentukan bainit pada besi tuang nodular dengan penambahan 0,15 % Mo, 1,5 % Ni dan 0,2 % Cr.Hasil ini terlihat dari kenaikan nilai elongasi dengan penurunan sifat kekerasan.
ANALISA VARIASI KUAT ARUS LISTRIK LAS SMAW PADA DAERAH LASAN BAJA KARBON MENENGAH 0.381 %C TERHADAP KEKERASAN DAN KETANGGUHAN Jumiadi Jumiadi; Djoko Andrijono
TRANSMISI Vol 9, No 1 (2013): Edisi Pebruari 2013
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v9i1.4587

Abstract

Las SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) merupakan proses pengelasan busur listrik elektroda terumpan yang berfungsi untuk menyambung dua buah logam, dimana salah satu jenis logam yang dilas adalah baja karbon menengah 0.381 % C. Hasil dari proses pengelasan logam tersebut disebut dengan daerah lasan yang terdiri dari : logam induk, daerah pengaruh panas, dan logam lasan. Parameter penelitian meliputi variasi kuat arus listrik ( I ) 60, 120, 180 Amper, elektroda yang dipergunakan AWS E 6010 dengan panjang elektroda 35 mm dan diameter kawat elektroda 3,2 mm kawat elektroda termasuk baja karbon menengah yang mempunyai komposisi karbon 0.326 % C, mekanisme pendinginan daerah lasan menggunakan media udara, serta jenis sambungan tumpul dengan bentuk kampuh V tunggal.Hasil penelitian menunjukkan bahwa, semakin tinggi variasi kuat arus listrik ( I ), maka sifat kekerasan daerah pengaruh panas dan logam lasan semakin meningkat yaitu dari 90,7 HRB hingga 97,8 HRB kecuali logam induk tidak terjadi perubahan sifat kekerasan yaitu 84,7 HRB, sedangkan untuk sifat ketangguhan pada daerah lasan dengan variasi kuat arus listrik ( I ) didapatkan sifat ketangguhan semakin menurun yaitu 0,68 joule/mm.2 hingga 0,33 joule/mm.2.
Kekerasan dan Struktur Mikro Plat Baja Karbon Rendah 0,16% C Hasil Bengkel Las SMAW dengan Elektroda E 309-16 ESAB Posisi Flat 1G setelah Variasi Quenching Djoko Andrijono; Ike Widyastuti
TRANSMISI Vol 17, No 1 (2021): March 2021
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v17i1.5538

Abstract

Hasil penyambungan dengan proses SMAW pada baja karbon rendah disebut daerah lasan yang meliputi:  logam induk, logam lasan dan daerah pengaruh panas yang selanjutnya dilakukan proses pendinginan air, oli SAE 90, udara. Tujuan penelitian mengetahui, membandingkan, menganalisa pengaruh variasi media pendinginan terhadap sifat kekerasan, struktur mikro daerah lasan dan menganalisa sifat mampu las, komposisi kimia logam induk, serta elektroda terumpan. Manfaat penelitian memberikan kontribusi bagi industri manufaktur di bidang proses pengelasan. Hasil penelitian menunjukkan sifat kekerasan logam lasan dan daerah pengaruh panas paling tinggi pada pendinginan air, oli SAE 90 dan terendah pendinginan udara. Logam induk akibat variasi media pendinginan tidak terjadi perubahan sifat kekerasan dan struktur mikro.  Struktur mikro logam lasan, daerah pengaruh panas terbentuk fasa ferit dan perlit setelah pendinginan udara, sedangkan dengan pendinginan air, oli SAE 90 tidak terbentuk struktur martensit melainkan terbentuk fasa ferit dan perlit. Kesimpulan kekerasan logam lasan, daerah pengaruh panas semakin tinggi dengan besar butir semakin halus kecuali logam induk tidak terjadi perubahan kekerasan dan struktur mikro logam lasan, daerah pengaruh panas terbentuk fasa ferit, perlit kecuali logam induk tidak terjadi perubahan struktur mikro dan pada pendinginan oli SAE 90, air tidak terbentuk stuktur martensit.
KEKUATAN TEKAN MEDIUM CARBON STEEL 0,588% C SEBAGAI MATERIAL HELICAL SPRING SUSPENSI DEPAN TIPE DOUBLE WISHBONE KENDARAAN DINAS TNI AD ¾ TON Rokhim Fajri Fadlillah; Djoko Andrijono; Adi Novijanto
TRANSMISI Vol 12, No 1 (2016): Edisi Februari 2016
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (724.613 KB) | DOI: 10.26905/jtmt.v12i1.4358

Abstract

Kenyamanan dan keamanan kendaraan sangat erat hubungannya dengan sistem suspensi kendaraan, khususnya pada kendaraan Dinas TNI AD ¾ ton. Sistem suspensi kendaraan harus mampu meredam atau mengurangi getaran yang terjadi pada body kendaraan akibat ketidakrataan dari permukaan jalan. Pegas ulir digunakan sebagai suspensi kendaraan merupakan salah satu komponen utama yang berfungsi untuk meredam kejut body kendaraan, apabila komponen suspensi ini tidak dirancang dengan baik, maka akan menimbulkan kecelakaan bagi pengguna (personil). Pegas ulir merupakan kawat spiral yang memiliki bentuk menyerupai ulir (helix) atau tangga spiral. Material pegas ulir harus memiliki sifat elastis yang tinggi dan diimbangi dengan kekuatan tekan yang tinggi, hal ini disebabkan adanya beban tekan yang diterima oleh pegas tersebut. Penelitian ini menggunakan variasi beban tekan, untuk mengetahui pengaruh yang terjadi. Hasil penelitian pegas ulir diantaranya pegas ulir yang digunakan kendaraan dinas TNI AD ¾ ton menggunakan bahan tipe SUP 9 dengan katagori baja karbon menengah. Variasi beban tekan yang mampu diberikan oleh alat uji yaitu 142,711 kg dengan tegangan geser maksimum (tegangan hanya mempertimbangkan pembebanan langsung) (τmax1) 37,354 kg/mm2 dan tegangan geser maksimum (tegangan dengan mempertimbangkan efek lengkungan dan pembebanan) (τmax2) 12,517 kg/mm2.
ANALISIS KOMPOSISI KIMIA DAN STRUKTUR MIKRO PADA DAERAH LASAN BAJA KARBONMENENGAH 0.381%C DENGAN VARIASI KUAT ARUS LISTRIK LAS SMAW Djoko Andrijono; Jumiadi Jumiadi
TRANSMISI Vol 8, No 2 (2012): Edisi September 2012
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v8i2.4567

Abstract

Las SMAW (Shielded Metal Arc Welding) merupakan proses pengelasan busur listrik elektroda terumpanyang berfungsi untuk menyambung dua buah logam, dimana salah satu jenis logam yang dilas adalah bajakarbon menengah 0.381% C. Hasil dari proses pengelasan logam tersebut disebut dengan daerah lasan yangterdiri dari : logam induk, daerah pengaruh panas, dan logam lasan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengujiperubahan dan struktur mikro daerah lasan. Parameter penelitian meliputi variasi kuat arus listrik (I) 60,120, 180 ampere, elektroda yang dipergunakan AWS E 6010 dengan panjang elektroda 35 mm dan diameterkawat elektroda 3,2 mm kawat elektroda termasuk baja karbon menengah yang mempunyai komposisikarbon 0.326% C, serta jenis sambungan tumpul dengan bentuk kampuh V tunggal. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa, dengan perubahan variasi kuat arus listrik, maka terjadi pula perubahan struktur mikroyaitu perubahan besar butir dan perubahan persen fasa pada daerah lasan dan daerah HAZ, serta perubahankomposisi kimia.
FASA MARTENSIT, FERIT PROEUTEKTOID, PERLIT HALUS PADA MEDIUM CARBON STEEL 0,45%C HASIL PROSES HARDENING DAN NORMALIZING Djoko Andrijono; Ike Widyastuti
TRANSMISI Vol 11, No 1 (2015): Edisi Pebruari 2015
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v11i1.4537

Abstract

Baja karbon menengah 0,4% C untuk pembuatan komponen otomotif dengan proses pemesinan diperlukan sifat keuletan dan kekerasan. Salah satu cara untuk memperbaiki kedua sifat tersebut, dapat dilakukan dengan proses perlakuan panas jenis proses hardening dan normalizing. Tujuan penelitian untuk mengetahui, membandingkan, menganalisa baja karbon menengah 0,45% C setelah proses hardening 8300C pendinginan air, oli SAE 90 dan normalizing 7800C pendinginan udara dengan waktu tahan 15 menit, 30 menit, 45 menit yang sama serta untuk mengetahui, menganalisa komposisi kimia baja karbon menengah 0,45% C. Manfaat penelitian untuk mengetahui, menganalisa peningkatan sifat keuletan, kekerasan baja karbon menengah 0,45% C setelah proses hardening 8300C dan normalizing 7800C serta memberikan kontribusi bagi usaha kecil menengah, khususnya di bidang pemesinan pembuatan komponen otomotif. Kesimpulan proses hardening 8300C terbentuk fasa martensit, angka kekerasan lebih tinggi dibanding proses normalizing 7800C terbentuk fasa ferit proeutektoid dan perlit halus angka kekerasan semakin menurun, sehingga sifat keuletannya semakin meningkat.
RANCANG BANGUN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI MIRING PADA ALAT PEMUTAR PENEGANG RANTAI TANK AMX-13 Ally Ramadhani; R Djoko Andrijono; Tuharno Tuharno
TRANSMISI Vol 13, No 2 (2017): Edisi September 2017
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1201.934 KB) | DOI: 10.26905/jtmt.v13i2.2011

Abstract

Rancang bangun sistem transmisi roda gigi miring pada alat pemutar penegang rantai Tank AMX-13 merupakan pengembangan dari peralatan pemeliharaan dan perawatan ranpur Tank AMX-13. Cara kerja alat pemutar penegang rantai Tank AMX-13 kondisi saat ini masih manual, sehingga memerlukan banyak tenaga manusia dan waktu dalam proses penyetelan rantai Tank. Rancang bangun pada sistem transmisi roda gigi miring pada alat pemutar penegang rantai Tank AMX-13 tersebut, meliputi: roda gigi miring, poros transmisi, bantalan, pasak, kopling dan baut pengikat. Hasil penelitian rancang bangun roda gigi miring dapat mentransmisikan momen torsi dari torsi awal 14 kg-m menjadi 0,572 kg-m dan menghasilkan efisiensi transmisi 96,14%. Kesimpulan penelitian rancang bangun sistem transmisi roda gigi miring dapat menurunkan torsi dari 14 kg-m menjadi 0,572 kg-m dan bahan yang digunakan pada setiap komponen dapat dioperasionalkan dan memenuhi syarat untuk diaplikasikan pada alat pemutar penegang rantai Tank AMX–13.