Made Rai Budaya Bumiarta
Institut Seni Indonesia Denpasar

Published : 22 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

PENGGUNAAN EFEK “CALL-OUT” PADA PENCIPTAAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT DENGAN TEMA PENIPUAN BERBASIS DARING Widi Putra, Ida Bagus Gede; Payuyasa, I Nyoman; Rai Budaya Bumiarta, Made
CALACCITRA: JURNAL FILM DAN TELEVISI Vol. 4 No. 2 (2024): Jurnal Calaccitra November 2024
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penerapan efek call-out dalam menciptakan iklan layanan masyarakat yang mengangkat tema penipuan berbasis daring. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana efek call-out dapat menarik perhatian, meningkatkan estetika, memudahkan pemahaman, dan memperpendek durasi iklan. Tujuan utama kampanye ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang maraknya penipuan online. Dengan menggunakan efek call-out secara strategis, iklan ini bertujuan mendorong pemirsa agar lebih berhati-hati dalam interaksi online mereka. Kombinasi daya tarik visual dan pesan yang ringkas diharapkan tidak hanya dapat menarik perhatian tetapi juga menyampaikan pesan secara efisien. Melalui kampanye ini, tujuannya adalah membentuk masyarakat online yang lebih waspada dan selektif, sehingga ikut berkontribusi dalam menciptakan lingkungan digital yang lebih aman.
PROSES KREATIF MEMBANGUN STRUKTUR NARATIF DALAM FILM DOKUMENTER OBSERVASIONAL œPADU AREP I Made Denny Chrisna Putra; Epriliana Fitri Ayu Pamungkas; Made Rai Budaya Bumiarta
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 12 No. 2 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i2.50275

Abstract

Gending rare or sekar rare in Bali represents a form of singing that parents traditionally perform for their children. The ever-expanding influence of globalization, ushering in new cultural trends that often transform into popular culture, has consistently overshadowed indigenous cultures, including that of gending rare. It is imperative to undertake preservation efforts through appropriate means before traditional cultures and artistic expressions become marginalized amidst the tidal wave of popular culture. One effective avenue for cultural preservation is the creation of observational-style documentary films. As a medium for preservation, documentary films should be meticulously crafted, not only to engage the audience but also to adhere to a coherent narrative structure. The objective of this endeavor is to unveil the creative process involved in constructing a narrative framework within the context of an observational-style documentary, titled "Padu Arep". The creation of this documentary adheres to the established five stages of film production: development, pre-production, production, post-production, and distribution. The outcomes of this undertaking demonstrate that by employing the story circle approach popularized by Dan Harmon, filmmakers can adeptly shape the narrative structure within an observational-style documentary, such as "Padu Arep". The critical analysis of interview results, subsequently interpreted in an open manner to fit seamlessly within the narrative structure, plays a pivotal role in the editing phase of this documentary. These findings are further affirmed through quality control measures during the preview editing stage, thereby affording the filmmaker the latitude to preserve their subjectivity while successfully attaining the objectives of the documentary film "Padu Arep". The implication of this research is to empower filmmakers to create observational-style documentary films without compromising the preservation of subjectivity in shaping the narrative structure.Keywords: documentary, gending rare, narrative structure. AbstrakGending rare atau sekar rare di Bali merupakan nyanyian yang dinyanyikan oleh orang tua kepada anaknya. Dampak globalisasi yang membawa budaya baru dan menjadi budaya pop selalu berhasil menghegemoni budaya lokal termasuk gending rare. Perlu melakukan pelestarian dengan cara yang tepat sebelum suatu budaya dan seni tradisi jauh tenggelam akibat marjinalisasi budaya pop. Salah satu bentuk pelestarian suatu budaya dapat berupa penciptaan film dokumenter bergaya observasional. Sebagai media pelestarian film dokumenter harus dikemas semenarik mungkin dengan memperhatikan struktur naratifnya. Tujuan penciptaan ini adalah mengungkapkan proses kreatif dalam membangun struktur naratif dalam penciptaan film dokumenter yang menerapkan pendekatan bergaya observasional di film dokumenter pendek berjudul œPadu Arep. Metode penciptaan ini menggunakan lima tahap produksi film yaitu development, pra-produksi, produksi, pasca-produksi, dan distribusi. Hasil yang didapatkan memperlihatkan bahwa dengan menggunakan pendekatan story circle yang dipopulerkan oleh Dan Harmon, sineas dapat dengan mudah membangun struktur naratif pada film dokumenter bergaya observasional berjudul œPadu Arep. Analisa terhadap hasil wawancara yang kemudian ditafsirkan secara terbuka untuk ditempatkan dalam struktur naratif menjadi proses penting dalam proses penyuntingan gambar di film dokumenter ini. Hasil ini dipertegas dengan hasil kontrol saat tahap pratinjau, sehingga pembuat film masih memiliki ruang subjektifitasnya agar tujuan film dokumenter œPadu Arep ini dapat dicapai. Implikasi penciptaan ini adalah untuk memberi ruang sineas menciptakan film dokumenter baergaya observasional tanpa kehilangan ruang subjektifitas dalam membentuk struktur naratif.Kata Kunci: dokumenter, gending rare, struktur naratif. Authors:I Made Denny Chrisna Putra : Institut Seni Indonesia DenpasarEpriliana Fitri Ayu Pamungkas : Institut Bisnis dan Teknologi IndonesiaMade Rai Budaya Bumiarta : Institut Seni Indonesia Denpasar References: Buda, I. K., Payuyasa, I. N., & P, I. M. D. C. (2020). PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN DALAM FILM œSOKOLA RIMBA. Gorga¯: Jurnal Seni Rupa, 9(2), Article 2. https://doi.org/10.24114/gr.v9i2.19823.Buda, I. K., Payuyasa, I. N., & Putra, I. M. D. C. (2018). Film Dokumenter “Sesuluh” Sebagai Media Pembentuk Karakter Bangsa. Segara Widya¯: Jurnal Penelitian Seni, 6(2), Article 2. https://doi.org/10.31091/sw.v6i2.549.Gunawarman, R. (2021, December 18). Wawancara Narasumber Raka Gunawarman”Emoni Lestarikan Gending Rare [Teks]. https://docs.google.com/document/d/19DwVY8GwT4_44P2JsUIfcBKm5S7BBjLy/edit?usp=share_link&ouid=109642893573991947595&rtpof=true&sd=true.Ida, R. (Ed.). (2017). Budaya populer Indonesia: Diskursus Global/Lokal dalam Budaya Populer Indonesia (Cetakan Pertama). Surabaya: Airlangga University Press.Murniti, N. W. (2019). NILAI PENDIDIKAN RELEGI DALAM SEKAR RARE. Widyacarya: Jurnal Pendidikan, Agama dan Budaya, 3(1), Article 1. https://doi.org/10.55115/widyacarya.v3i1.211.Nichols, B. (2001). Introduction to Documentary. Bloomington: Indiana University Press.Payuyasa, I. N., Susanthi, N. L., & Putra, I. B. H. K. (2022). The Embodiment of Mahakrya Lango Film. Lekesan: Interdisciplinary Journal of Asia Pacific Arts, 5(2), Article 2. https://doi.org/10.31091/lekesan.v5i2.2157.Pertiwi, G., & Yusril, Y. (2019). PENCIPTAAN FILM FIKSI œSIRIAH JADI KARAKOK DENGAN FENOMENA LESBIAN DI SUMATERA BARAT. Gorga¯: Jurnal Seni Rupa, 8(1), Article 1. https://doi.org/10.24114/gr.v8i1.13140.Pincus, E., & Ascher, S. (2012). The Filmmaker™s Handbook: A Comprehensive Guide for the Digital Age (Fourth Edition). Plume.Wahyuni, S., Darma, S., & Saaduddin, S. (2021). PENCIPTAAN FILM FIKSI œDIBALIK SUNGAI ULAR MENGGUNAKAN ALUR NON-LINEAR. Gorga¯: Jurnal Seni Rupa, 10(1), Article 1. https://doi.org/10.24114/gr.v10i1.22018.Yasa, D. P. Y. A. T., & Payuyasa, I. N. (2019). PEMANFAATAN FILM DOKUMENTER THE COVE SEBAGAI MEDIA KAMPANYE PENYELAMATAN LUMBA. Gorga¯: Jurnal Seni Rupa, 8(2), Article 2. https://doi.org/10.24114/gr.v8i2.16072.
Mise-en-Scène as a Cinematic Narrative Device in The Earth of Mankind (Bumi Manusia, 2019): Visualizing Colonial Tension and Identity Rai Budaya Bumiarta, Made
Proceeding Bali-Bhuwana Waskita: Global Art Creativity Conference Vol. 5 (2025): Proceedings Bali-Bhuwana Waskita: Global Art Creativity Conference
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/bbwp.v5i1.627

Abstract

This article examines how mise-en-scène functions as a cinematic narrative device in The Earth of Mankind (Bumi Manusia, 2019), directed by Hanung Bramantyo and adapted from Pramoedya Ananta Toer’s seminal novel. Set in the Dutch East Indies during the early 20th century, the film visually constructs themes of colonial tension and postcolonial identity through its use of setting, costume, lighting, color, and spatial composition. By analyzing key scenes, this study reveals how mise-en-scène not only reflects the socio-political conditions of the colonial era but also shapes the viewer’s understanding of character psychology and resistance, particularly through the protagonist Minke’s transformation. The visual contrasts between European and native spaces, as well as symbolic props and body language, contribute to a layered narrative that transcends dialogue. This article argues that mise-en-scène in Bumi Manusia is integral to the storytelling process, serving as a visual language for articulating Indonesia’s colonial history and national consciousness.
PENGGUNAAN GAYA EKSPOSITORI DALAM PRODUKSI FILM DOKUMENTER “MANTRA SARIRA“ Angelica, Gabriela; Bumiarta, Made Rai Budaya; Lawranta, Gangga
CALACCITRA: JURNAL FILM DAN TELEVISI Vol. 5 No. 1 (2025): Jurnal Calaccitra Agustus 2025
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mantra Sarira is a documentary film that explores body painting as a reflection of the dynamic interplay between tradition and modernity in Balinese culture. Through the creative journey of body painting artists, the film examines two main dimensions: the sacred Ngerebeg ritual in Tegallalang, deeply rooted in spiritual values, and modern body painting as a medium for self-expression and contemporary aesthetics. Using an expository approach, the documentary presents a rich visual narrative, indepth interviews with artists, and authentic documentation of the creative process. This study reveals that body painting not only preserves cultural heritage but also transforms into an innovative part of the contemporary art industry, offering both economic and creative opportunities. The findings suggest that body painting serves as a bridge between two worlds—traditional and modern—by combining symbolic meaning with artistic freedom. This research aims to contribute to the understanding of contemporary art development in Indonesia, strengthen appreciation for traditional arts, and inspire younger generations to merge personal creativity with deep cultural roots.
PROSES KREATIF MEMBANGUN STRUKTUR NARATIF DALAM FILM DOKUMENTER OBSERVASIONAL œPADU AREP Putra, I Made Denny Chrisna; Pamungkas, Epriliana Fitri Ayu; Bumiarta, Made Rai Budaya
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 12 No. 2 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i2.50275

Abstract

Gending rare or sekar rare in Bali represents a form of singing that parents traditionally perform for their children. The ever-expanding influence of globalization, ushering in new cultural trends that often transform into popular culture, has consistently overshadowed indigenous cultures, including that of gending rare. It is imperative to undertake preservation efforts through appropriate means before traditional cultures and artistic expressions become marginalized amidst the tidal wave of popular culture. One effective avenue for cultural preservation is the creation of observational-style documentary films. As a medium for preservation, documentary films should be meticulously crafted, not only to engage the audience but also to adhere to a coherent narrative structure. The objective of this endeavor is to unveil the creative process involved in constructing a narrative framework within the context of an observational-style documentary, titled "Padu Arep". The creation of this documentary adheres to the established five stages of film production: development, pre-production, production, post-production, and distribution. The outcomes of this undertaking demonstrate that by employing the story circle approach popularized by Dan Harmon, filmmakers can adeptly shape the narrative structure within an observational-style documentary, such as "Padu Arep". The critical analysis of interview results, subsequently interpreted in an open manner to fit seamlessly within the narrative structure, plays a pivotal role in the editing phase of this documentary. These findings are further affirmed through quality control measures during the preview editing stage, thereby affording the filmmaker the latitude to preserve their subjectivity while successfully attaining the objectives of the documentary film "Padu Arep". The implication of this research is to empower filmmakers to create observational-style documentary films without compromising the preservation of subjectivity in shaping the narrative structure.Keywords: documentary, gending rare, narrative structure. AbstrakGending rare atau sekar rare di Bali merupakan nyanyian yang dinyanyikan oleh orang tua kepada anaknya. Dampak globalisasi yang membawa budaya baru dan menjadi budaya pop selalu berhasil menghegemoni budaya lokal termasuk gending rare. Perlu melakukan pelestarian dengan cara yang tepat sebelum suatu budaya dan seni tradisi jauh tenggelam akibat marjinalisasi budaya pop. Salah satu bentuk pelestarian suatu budaya dapat berupa penciptaan film dokumenter bergaya observasional. Sebagai media pelestarian film dokumenter harus dikemas semenarik mungkin dengan memperhatikan struktur naratifnya. Tujuan penciptaan ini adalah mengungkapkan proses kreatif dalam membangun struktur naratif dalam penciptaan film dokumenter yang menerapkan pendekatan bergaya observasional di film dokumenter pendek berjudul œPadu Arep. Metode penciptaan ini menggunakan lima tahap produksi film yaitu development, pra-produksi, produksi, pasca-produksi, dan distribusi. Hasil yang didapatkan memperlihatkan bahwa dengan menggunakan pendekatan story circle yang dipopulerkan oleh Dan Harmon, sineas dapat dengan mudah membangun struktur naratif pada film dokumenter bergaya observasional berjudul œPadu Arep. Analisa terhadap hasil wawancara yang kemudian ditafsirkan secara terbuka untuk ditempatkan dalam struktur naratif menjadi proses penting dalam proses penyuntingan gambar di film dokumenter ini. Hasil ini dipertegas dengan hasil kontrol saat tahap pratinjau, sehingga pembuat film masih memiliki ruang subjektifitasnya agar tujuan film dokumenter œPadu Arep ini dapat dicapai. Implikasi penciptaan ini adalah untuk memberi ruang sineas menciptakan film dokumenter baergaya observasional tanpa kehilangan ruang subjektifitas dalam membentuk struktur naratif.Kata Kunci: dokumenter, gending rare, struktur naratif. Authors:I Made Denny Chrisna Putra : Institut Seni Indonesia DenpasarEpriliana Fitri Ayu Pamungkas : Institut Bisnis dan Teknologi IndonesiaMade Rai Budaya Bumiarta : Institut Seni Indonesia Denpasar References: Buda, I. K., Payuyasa, I. N., & P, I. M. D. C. (2020). PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN DALAM FILM œSOKOLA RIMBA. Gorga¯: Jurnal Seni Rupa, 9(2), Article 2. https://doi.org/10.24114/gr.v9i2.19823.Buda, I. K., Payuyasa, I. N., & Putra, I. M. D. C. (2018). Film Dokumenter “Sesuluh” Sebagai Media Pembentuk Karakter Bangsa. Segara Widya¯: Jurnal Penelitian Seni, 6(2), Article 2. https://doi.org/10.31091/sw.v6i2.549.Gunawarman, R. (2021, December 18). Wawancara Narasumber Raka Gunawarman”Emoni Lestarikan Gending Rare [Teks]. https://docs.google.com/document/d/19DwVY8GwT4_44P2JsUIfcBKm5S7BBjLy/edit?usp=share_link&ouid=109642893573991947595&rtpof=true&sd=true.Ida, R. (Ed.). (2017). Budaya populer Indonesia: Diskursus Global/Lokal dalam Budaya Populer Indonesia (Cetakan Pertama). Surabaya: Airlangga University Press.Murniti, N. W. (2019). NILAI PENDIDIKAN RELEGI DALAM SEKAR RARE. Widyacarya: Jurnal Pendidikan, Agama dan Budaya, 3(1), Article 1. https://doi.org/10.55115/widyacarya.v3i1.211.Nichols, B. (2001). Introduction to Documentary. Bloomington: Indiana University Press.Payuyasa, I. N., Susanthi, N. L., & Putra, I. B. H. K. (2022). The Embodiment of Mahakrya Lango Film. Lekesan: Interdisciplinary Journal of Asia Pacific Arts, 5(2), Article 2. https://doi.org/10.31091/lekesan.v5i2.2157.Pertiwi, G., & Yusril, Y. (2019). PENCIPTAAN FILM FIKSI œSIRIAH JADI KARAKOK DENGAN FENOMENA LESBIAN DI SUMATERA BARAT. Gorga¯: Jurnal Seni Rupa, 8(1), Article 1. https://doi.org/10.24114/gr.v8i1.13140.Pincus, E., & Ascher, S. (2012). The Filmmaker™s Handbook: A Comprehensive Guide for the Digital Age (Fourth Edition). Plume.Wahyuni, S., Darma, S., & Saaduddin, S. (2021). PENCIPTAAN FILM FIKSI œDIBALIK SUNGAI ULAR MENGGUNAKAN ALUR NON-LINEAR. Gorga¯: Jurnal Seni Rupa, 10(1), Article 1. https://doi.org/10.24114/gr.v10i1.22018.Yasa, D. P. Y. A. T., & Payuyasa, I. N. (2019). PEMANFAATAN FILM DOKUMENTER THE COVE SEBAGAI MEDIA KAMPANYE PENYELAMATAN LUMBA. Gorga¯: Jurnal Seni Rupa, 8(2), Article 2. https://doi.org/10.24114/gr.v8i2.16072.
PENERAPAN KOMPOSISI NEGATIVE SPACE DALAM MUSIC VIDEO BIN IDRIS DI EPI PRODUCTION Anak Agung Made Arya Wiguna; Nyoman Lia Susanthi; Made Rai Budaya Bumiarta
CALACCITRA: JURNAL FILM DAN TELEVISI Vol. 3 No. 2 (2023): Jurnal Calaccitra November 2023
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/cc.v3i2.2920

Abstract

Musik merupakan salah satu media penyampaian pesan dari buah pikiran seorang musisi. Selain itu musik juga menjadi media kritik terhadap sesuatu hal dan juga hiburan yang dapat di nikmati oleh masyarakat. Selain dalam bentuk audio musik dalam perkembangan nya saat ini banyak mengalami inovasi seperti pembuatan musik video. Pembuatan musik video Bin Idris ini bertujuan untuk bagaimana membuat media promosi dari lagu band tersebut sehingga lagu dari band tersebut dapat tersalurkan secara baik. Media promosi tersebut bertujuan membantu menyebarluaskan lagu dari musisi tersebut hingga akhirnya dapat diketahui oleh masyarakat luas. Karya audio visual tersebut berisikan beberapa komponen estetika yang mendukung keindahan dalam hasil dari visual yang ditampilkan. Nilai keindahan dalam musik video tersebut memiliki banyak unsur yang disampaikan, mulai dari mise n scene yang disisipkan di dalamnya. Dalam mendukung hal tersebut penerapan komposisi difokuskan dalam hasil karya music video yang dibuat. Penggunaan negative space digunakan untuk mendukung karya music video dalam panyampaian pesan pada lagu tersebut. Negative space merupakan sebuah komposisi yang menonjolkan dominan sisi negative dari suatu gambar sehingga mengisolasi objek yang ditampilkan. Hal itu membuat seolah olah background lebih dominan daripada subjek sehingga penonton bisa berfokus kepada subjek dengan background yang minimalis. Penggunaan komposisi ini dominan bermain dengan penggunaan wide shot. Dimana wide shoot tersebut mengambil gambar jauh dari objek dan mengandalkan background yang ditampilkan. Sehingga negative space dapat berhasil dicapai dari tipe wide shoot yang direncanakan. Penggunaan negative space ini juga dapat digabungkan dengan komposisi lain yang sekiranya mendukung satu sama lainya seperti penggunaan simetris dan asimetris. Diharapkan penggunaan negative space ini mampu mendukung penyampaian pesan dan makna dari lagu bin idris tersebut
PENERAPAN GENRE AKSI PADA PENYUTRADARAAN FILM PENDEK PERSETERUAN I Putu Adi Jaya Semara Putra; I Kadek Puriartha; Made Rai Budaya Bumiarta
CALACCITRA: JURNAL FILM DAN TELEVISI Vol. 3 No. 2 (2023): Jurnal Calaccitra November 2023
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/cc.v3i2.2923

Abstract

Dalam beberapa waktu terakhir ini sering seklai di media terdapat pemberitaan yang menyangkut tentang sengketa tanah. Tidak jarang dalam sengketa terjadi kekerasan yang dilakukan oleh pihak yang lebih berkuasa untuk mengintimidasi pemilik lahan untuk mau menyerahkan lahanya. Bekerja sama dengan mitra dalam mbkm ini ingin mengemas fenomena diatas menjadi sebuah film pendek aksi dengan genre aksi. Dengan penerapan genre aksi pada film akan lebih menonjolkan adegan – adegan perkelahian dan kejar – kejaran pada film. Untuk merealisakan adean aksi pada film ini sebelumnya memerlukan beberapa tahapan yang harus dilakukan, dimulai dengan membedah naskah, membuat koreografi adegan aksi, sesuai dengan scenario, lalu di lanjutkan dengan pembuatan photoboard dan videoboard untuk mempermudah dalam tahap produksi. Dalam pembuatan film perseteruan ini akan di mulai dengan menggali informasi tentang fenomena tadi dengan seksma Bersama mitra , lalu dilanjutkan dengan thap pra produksi yang meliputi proses pemilihan crew, pemilihan pemain, pemilihan lokasi, pembuatan shot list, photoboard dan videoboard dan Latihan koreografi adegan aksi, setelah semua tahap pra produksi selesai lalu dilanjutkan dengan tahap produksi. Pada tahap produksi dilakukan pengambilan gambar sesuai dengan shotlist dan video board yang telah di buat pada proses pra produksi sebelumnya. Setelah proses produksi selesai dilanjutkan dengan proses pasca produksi, yang meliputi proses editing offline dan online. Dalam pembuatan film pendek perseteruan ini tentu saja banyak hal yang harus di perhatikan dalam penerapan adegan aksi. Terutama koreografi yang harus dilatih Bersama pemain untuk semakin memantapkan Gerakan dan menghindari pemain dari cidera yang kemungkinan bisa saja terjadi dan membahayakan pemain saat proses pengambilan gambar berlangsung
PENERAPAN TEKNIK EDITING POLA RITMIS DALAM MUSIK VIDEO ELECTRONIC DANCE MUSIC “RHTX” Dwipayana, Dewa Kadek; Dwiyani, Ni Kadek; Bumiarta, Made Rai Budaya
CALACCITRA: JURNAL FILM DAN TELEVISI Vol. 4 No. 1 (2024): Junal Calaccitra Maret 2024
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Editing pola ritmis dalam pembuatan musik video mengacu pada proses penyuntingan atau pengeditan yang dilakukan untuk mencocokkan visual dalam video dengan irama atau ritme musik yang digunakan dalam musik video. Ini melibatkan penggunaan teknik editing khusus yang memungkinkan agar tampilan visual dalam video mengikuti ketukan, tempo, atau irama musik dengan tepat. Pentingnya penerapan editing pola 69 ritmis adalah untuk menciptakan koreografi visual yang harmonis dengan musik. Ini dapat mencakup dalam pemotongan klip video, perubahan kecepatan gambar, atau penambahan efek visual yang sesuai dengan aliran music. Hasil akhirnya adalah music video yang memiliki koreografi visual yang kuat, memberikan pengalaman yang mendalam dan terkoneksi secara emosional dengan penonton. Pembuatan music video dengan teknik editing pola ritmis dalam musik video bergenre EDM (Electronic Dance Music) yang berkolaborasi dengan RHTX merupakan proses yang melibatkan kreativitas dan akurasi. laporan ini mengulas pendekatan dan teknik yang digunakan dalam penyuntingan gambar untuk mencocokkan visual dengan irama dan ritme yang kuat dalam genre musik yang energik ini. Kami menjelaskan bagaimana editing pola ritmis dapat meningkatkan pengalaman penonton dengan menciptakan koreografi visual yang sejalan dengan musik, termasuk penggunaan pemotongan klip video yang baik dan benar, efek visual, dan perubahan kecepatan gambar yang benar dan tepat. Melalui penekanan pada harmonisasi visual dan audio, musik video RHTX menjadi lebih dinamis dan memikat penonton. mahasiswa juga menguraikan peran teknologi dalam membantu penyunting untuk mencapai hasil yang mengesankan. laporan ini akan memberikan wawasan mendalam tentang kreativitas di balik pembuatan musik video Electronic Dance Music yang diciptakan oleh RHTX yang memukau dan menggugah semangat penonton.
PENGGUNAAN EFEK “CALL-OUT” PADA PENCIPTAAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT DENGAN TEMA PENIPUAN BERBASIS DARING Widi Putra, Ida Bagus Gede; Payuyasa, I Nyoman; Rai Budaya Bumiarta, Made
CALACCITRA: JURNAL FILM DAN TELEVISI Vol. 4 No. 2 (2024): Jurnal Calaccitra November 2024
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penerapan efek call-out dalam menciptakan iklan layanan masyarakat yang mengangkat tema penipuan berbasis daring. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana efek call-out dapat menarik perhatian, meningkatkan estetika, memudahkan pemahaman, dan memperpendek durasi iklan. Tujuan utama kampanye ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang maraknya penipuan online. Dengan menggunakan efek call-out secara strategis, iklan ini bertujuan mendorong pemirsa agar lebih berhati-hati dalam interaksi online mereka. Kombinasi daya tarik visual dan pesan yang ringkas diharapkan tidak hanya dapat menarik perhatian tetapi juga menyampaikan pesan secara efisien. Melalui kampanye ini, tujuannya adalah membentuk masyarakat online yang lebih waspada dan selektif, sehingga ikut berkontribusi dalam menciptakan lingkungan digital yang lebih aman.
THE STORY OF YOUNG PHOTOGRAPHER IN “MESATYA – TELUSUR PUPUTAN BADUNG” DOCUMENTARY FILM Bumiarta, Made Rai Budaya; I Ketut, Muka; I Wayan, Suardana
Lekesan: Interdisciplinary Journal of Asia Pacific Arts Vol. 7 No. 1 (2024)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/lksn.v7i1.2804

Abstract

Documentary films are a medium for crafting a message and getting that message out to the broader community. The philosophical value of cultural roles and responsibilities can be presented through visual and verbal messages, and documentaries are one of the most accessible digital educational media. The presentation of the documentary Mesatya – Telusur Puputan Badung is a historical story that happened in 1906. It was inspired by the National Museum of Badung royal heritage collection, which the Dutch confiscated during the Military Expedition in 1906. This film depicts Bali with its beautiful nature and culture and the story of the bloody tragedy that ever happened to maintain self-respect and country. Focuses on sequences described in terms of the opening, central, and closing scenes, including the cultural and inspiring values presented in the film through visual and linguistic information. Also, most visuals of Mesatya – Telusur Puputan Badungdocumentary film represented a reconstruction photography technique. We can see that the story runs from the perspective of a young photographer who wants to find inspiration from the event. Audiences are invited to enjoy every shot and scene with a visual aesthetic full of meaning. We can see a detailed description of the meaning of the photographer's journey.