Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Manfaat Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Sejarah Terhadap Pembentukan Moral Peserta Didik Sri Susanti; Wahyu Purwiyastuti; Emy _Wuryani
Cakrawala: Jurnal Pendidikan Vol 12 No 1 (2018)
Publisher : Universitas Pancasakti Tegal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (666.978 KB) | DOI: 10.24905/cakrawala.v12i1.126

Abstract

This research aim to study the benefit of Social Science lesson, especially the History Subject, in grade VIII of SMP Kristen Satya Wacana. The background of the problem is the concern toward nowdays situation. Indonesian people have the ability to create high national cultur that born from the idea and creation of various ethnics. In this milenial era, the junior high school students are supposed to be ready to face the technology that growing rapidly. The data of the research are obtained from mix method. The sampling technique are Saturated Sampling and Purposive Sampling. This research shows that student apply positive values that given by the History teacher. This value are: tolerance (88,5%), religious (88%), well mannered (85%), appreciating others’ opinion (84,6%), and honesty (83%). Based on the observation, researcher found that students apply the moral values very well. The History learning is beneficial in motivating the character building.
Peralihan Fungsi Benteng Pendem Cilacap Dari Masa Ke Masa Adhiningtyas Putu Widharta; Emy Wuryani; Tri Widiarto
Cakrawala: Jurnal Pendidikan Vol 12 No 2 (2018)
Publisher : Universitas Pancasakti Tegal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.171 KB) | DOI: 10.24905/cakrawala.v12i2.144

Abstract

The purpose of this paper is to describe the establishment history of Benteng Pendem Cilacap and understand the function switch of it from the beginning until now. The central question of this study asks how is the function switch of Benteng Pendem from time to time. Therefore, historical method was applied in order to answer the question. Data for this research were collected using four stages: heuristic, source criticism, interpretation, and historical writing. The result showed that at first, Benteng Pendem was designed for military design of the Dutch-Indian government. However, at this current development, it was used for several function: 1) during the Japanese occupation, it was used as a military defense headquarters by Japanese soldier; 2) during the Indonesian independence, it was used as a place to practice for war and sea landing by the Indonesian national army (TNI) Banteng Loreng in Central Java; 3) at this time, Benteng Pendem Cilacap is one of Indonesia’s educational and historical excursion.
Partisipasi Masyarakat dalam Melakukan Konservasi Peninggalan Sejarah di Kawasan Wisata Candi Ceto dalam Perspektif Pendidikan Karakter Emy Wuryani; Nani Mediatati
Cakrawala: Jurnal Pendidikan Vol 13 No 2 (2019)
Publisher : Universitas Pancasakti Tegal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.03 KB) | DOI: 10.24905/cakrawala.v13i2.211

Abstract

This research aims: 1) Explain the factors that encourage people to participate in conservation of historical heritage. 2) Identify the character values that form the basis of community participation in conservation. 3) Identify forms of historical heritage conservation activities. 4) How to carry out conservation. The techniques of data collection are literature, observation, FGD, and depth interviewing. The basis of analysis used of qualitative descriptive. The results of this research as follows: 1) The factors that encourage community participation in conservation: (a) cultural factors as ancestral heritage, historical heritage must be secured, cared for and preserved; (b) Social psychology: safeguarding and caring for historical heritage, their life will be safe and the environment will bring prosperity to peoples. 2) Character values that form the basis community participation in conservation are responsibility, sincerity, humanity, and care for the environment. 3) The forms of conservation activities show as to take care of and finding historical heritage, checking historical heritage, preserving, caring for the environment and historical sites so that clean, keeping the path to the location of historical sites so that clean and accessible to visitors.
LEMBAGA KEMAHASISWAAN DALAM KEMELUT UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA 1993-1995 Ezra Gerry Yohanes Lewu; Emy Wuryani; Tri Widiarto
Kalpataru: Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 8, No 2 (2022): KALPATARU: Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/kalpataru.v8i2.10719

Abstract

Penelitian ini membahas terkait keberadaan Lembaga Kemahasiswaan (LK) sebagai organisasi yang menjadi wadah bagi mahasiswa dalam sebuah lembaga pendidikan yang sedang mengalami konflik internal yaitu ketika dilaksanakannya pemilihan rektor Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) selama awal sampai dengan pertengahan tahun 1990-an yang di mana masa tersebut juga merupakan masa-masa pra reformasi. Metode penelitian dilakukan dengan mengumpulkan sumber-sumber yang relevan yaitu berupa wawancara, arsip serta literatur buku. Kemudian dilakukan analisis terhadap sumber-sumber berupa hasil wawancara kepada individu yang terlibat sebagai bagian dari LK, arsip-arsip berupa surat kabar yang terbit pada masa tersebut serta surat-surat resmi yang dikeluarkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan pada peristiwa tersebut yang diperlengkapi dengan beberapa sumber buku. Hasil analisis terhadap sumber kemudian diinterpretasikan menjadi sebuah kesimpulan yang akan menunjukan gambaran umum terkait kemelut UKSW serta keberadaan dan peran LK sebagai wahana organisasi mahasiswa yang harus menghadapi gejolak baik dari internal maupun eksternal organisasi serta pasang surutnya kepercayaan mahasiswa kepada organisasi yang menjadi wadah berekspresi dalam lingkup istitusi pendidikan.
PEMBERDAYAAN KELUARGA BERBASIS PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM RANGKA PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA Emy Wuryani; Krisma Widi Wardani; Nani Mediatati
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 1 (2020): Februari
Publisher : FKIP Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (115.897 KB) | DOI: 10.29303/jppm.v3i1.1705

Abstract

Program ini bertujuan memberikan pelatihan dan pendampingan penggunaan alat komunikasi (handphone android) bagi anggota Kelompok Usaha Bersama (KUB) Berkat dan KUB Peduli Sesami yang menjadi binaan Lembaga Pelayanan Masyarakat Pelita Kasih (LPM-PK). Melalui kegiatan ini diharapkan anggota KUB dapat menggunakan HP Android untuk: 1) Mempromosikan produk usahanya secara online sehingga produk usahanya dapat dikenal banyak orang di dunia maya serta mampu memperluas jaringan pemasarannya.  2) Anak-anak binaan LPM-PK dapat menggunakan HP android untuk mendukung tugas-belajarnya, menambah wawasan pengetahuannya dan menggunakannya secara benar, tidak melanggar hukum. Anak-anak menjadi semangat belajar dan cinta sekolah, menunjukkan karakter yang bertanggungjawab. Target yang dicapai adalah 1) Anggota KUB memiliki layout promosi secara online, dan 2) Mempunyai pemahaman tentang penggunaan IT secara benar dan bertanggungjawab. Metode yang dipakai dalam pencapaian tujuan ini dengan menggunakan pendekatan pemberdayaan partisipatif aktif, sarasehan dan sosialisasi, pelatihan-pelatihan, praktek, dan pendampingan. Langkah-langkah kegiatannya sebagai berikut: 1) Sarasehan tentang kesadaran hukum pemanfaatan TI dan sosialisasi UU ITE. 2) Pelatihan pembuatan layout promosi produk usaha, 3) Praktek menggunakan HP Android untuk promosi secara online, 4) Pelatihan penggunaan HP Android untuk kegiatan mendukung belajar, 6) Pendampingan dan 7) Kegiatan monitoring dan evaluasi. Hasil kegiatan adalah 1) Anak-anak dapat mengerjakan tugas sekolahnya dengan menggunakan media sosial yang selama ini dianggap sulit sehingga malas untuk mengerjakannya. 2) Terdapat 3 peluang usaha online untuk Usaha Rias Pengantin Kharista, Usaha Jasa Event Organiser untuk Entertainment dan Usaha Produk Aneka Makanan Kecil.
MAKNA TUAK DALAM ADAT PERNIKAHAN MASYARAKAT DAYAK PESAGUAN DAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL Ambrosia Aria Pahlawan; Gatot Sunardi; Emy Wuryani
Jurnal Nusantara Raya Vol. 2 No. 1 (2023)
Publisher : Lembaga Kajian Nusantara Raya (LK Nura)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24090/jnr.v2i1.7938

Abstract

Tuak adalah salah satu minuman tradisional yang mengandung alkohol terbuat dari beras ketan yang difermentasi. Tuak ini sendiri kerap kali muncul dalam setiap upacara adat Dayak Pesaguan seperti upacara pernikahan, dengan kata lain tuak merupakan sajian wajib. Dalam upacara pernikahan adat terdapat upacara minum tuak yang memiliki makna dan nilai tertentu. Tuak dianggap sakral bagi suku Dayak Pesaguan karena memiliki makna serta nilai-nilai kearifan lokal. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan makna serta nilai-nilai kearifan lokal pada tuak menurut pandangan suku Dayak Pesaguan. Metode penelitian menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Data diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tuak memiliki makna adat bagi masyarakat Dayak Pesaguan yaitu Tuak merupakan simbolik adat, makna serta fungsi tersendiri. Simbolik adat, untuk meminta ijin kepada leluhur, tuak akan ditumpahkan ke tanah sambil diiringi dengan doa. Nilai-nilai kearifan lokal  yang terkandung dalam tradisi minum tuak dalam upacara adat pernikahan adalah nilai kesatuan yakni rasa persaudaraan dan rasa saling membantu, peduli akan keadaan satu sama lain saat sedang mengalami kesulitan dalam rumah tangga, untuk meningkatkan penghayatan terhadap nilai-nilai luhur budaya nasional, dan sarana  untuk meningkatkan penghayatan terhadap nilai-nilai  sejarah  dan  budaya,  sehingga  memunculkan  rasa  kerukunan  dan kebersamaan dalam bermasyarakat.
TRADISI SURAN DAN MAKNANYA BAGI MASYARAKAT DUSUN MULUNGAN (THE SURAN TRADITION AND ITS MEANING FOR THE PEOPLE OF MULUNGAN HAMLET) Maruschka Lathifah Ar-rumi; Emy Wuryani; Tri Widiarto
Jurnal Nusantara Raya Vol. 2 No. 1 (2023)
Publisher : Lembaga Kajian Nusantara Raya (LK Nura)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24090/jnr.v2i1.7939

Abstract

Tradisi Suran dilaksanakan untuk memperingati awal tahun baru Jawa, bulan Sura pada penanggalan Jawa dengan tanggal 1 Muharram pada kalender Hijriyah. Di Dusun Mulungan, Desa Nogosaren, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang masyarakat menyebut bulan Sura dengan sebutan kawitane taun atau tahun pertama nenurut penanggalan Jawa. Tradisi Suran dilaksanakan untuk meminta tolak bala supaya tanaman berbuah dan hal-hal baik seperti: meminta rezeki yang melimpah, keselamatan dan tidak mengalami musibah. Menurut warga dusun Mulungan pada bulan Sura masyarakat perlu merenungkan, mendekatkan diri dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Permasalahannya adalah apabila masyarakat Mulungan tidak melaksanakan tradisi Suran maka mereka khawatir akan terjadi musibah atau mara bahaya. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan latar belakang masyarakat Mulungan melaksanakan tradisi Suran dan maknanya bagi masyarakat. Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengambilan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan tradisi Suran di dusun Mulungan dilatarbelakangi oleh ajaran Sunan Kalijaga yang disebut methukan (pertemuan). Maksudnya adalah mempertemukan dan mempersatukan umat Islam agar tidak terpecah belah, karena pada saat itu masih banyak masyarakat yang menyembah batu. Adapun makna tradisi Suran adalah dengan masyarakat mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, mereka mendapat keselamatan, selamat di perjalanan, bebas dari mara bahaya baik di rumah maupun saat bekerja
MERAJUT KESELARASAN HIDUP MELALUI SENI PERTUNJUKAN: Memori Kolektif Kesenian Rodatin Margo Rukun Nur Arohman; Sunardi Sunardi; Emy Wuryani
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol. 11 No. 3 (2022): Volume 11, Nomor 3, Oktober 2022
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v11i3.1760

Abstract

The concept of harmony in Javanese society contains ethical principles that must be upheld by the Javanese people. All measures are taken to maintain harmony. Rodatin is a folk performing art that reflects this concept. Rodat dance serves as a medium of Islamic symbols since the reign of Sri Sultan Hamengku Buwono I. Rodatin is a war technique of the Diponegaro War which is camouflaged in the form of smooth movements. Knowledge of this art is limited to oral speech. This paper writes about the collective memory of Rodatin in the Margo Rukun art group in Mulungan Hamlet, Nogosren Village, Getasan District, Semarang Regency, Central Java. From this activity, it can be seen that Rodatin art has a blend of Javanese, Hindu, Islamic and Western values. Rodatin art is performed in the methukan (encounter) tradition in the Javanese-Islamic calendar, namely Rejeb, Ruwah, Pasa, Suro, and Sapar. Methukan is a symbol of hablum minnanas and hablum minnallah (human relations with fellow creatures and humans with the creator). Rodatin art as a means of da'wah and practice to knit the way of harmony in accordance with Javanese and Islamic values.
Pemberdayaan Masyarakat Dusun Cetho dalam Mendokumentasikan Cagar Budaya di Kawasan Candi Cetho Wuryani, Emy; Mediatati, Nani; Nugroho, Listyanto Aji; Purwiyastuti, Wahyu; Ambarsasi, Galuh; Jati, Dionisius Heckie Puspoko
Magistrorum et Scholarium: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 3 (2024)
Publisher : Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24246/jms.v4i32024p319-328

Abstract

Cetho Temple area has many historical sites that have not been documented. Because the location and existence of the site spreads in various places and is difficult to reach by the community. RECO Community have cares about these sites. This community was built 2016 and numbered 18 people. They believe  historical sites should be cared for and protected. The wishes of the community are in line with the program of the community service from the History Education  and Civic Education Course. The purpose of the community service program is for the community to document historical sites in the Cetho Temple Area through activities they have the knowledge and skills to document cultural heritage in the area. The method is to introduce equipment for historical site documentation, exercise, practice, mentoring and evaluation. The results of the activity showed that RECO Community could use them to document historical sites.
DIGITALISASI PENINGGALAN CAGAR BUDAYA DI DESA NGRAWAN SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN WARISAN BUDAYA Nugroho, Listyanto Aji; Wuryani, Emy
Magistrorum et Scholarium: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 3 (2024)
Publisher : Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24246/jms.v4i32024p255-267

Abstract

Community service program in Ngrawan hamlet, Ngrawan village, Getasan sub-district, Semarang regency is designed with a holistic approach involving the strategies of seminars, training, practical exercises, and mentoring. The program's location is chosen to enhance community understanding and engagement with cultural heritage remains. Program evaluation is conducted through pre-tests and post-tests during seminars to measure participants' understanding achievements. At the end of the activities, a comprehensive evaluation is performed on the training products, such as digitalization SOP for cultural heritage, documentation, and digitalization results (360° photos and video profiles of cultural heritage objects). The evaluation results serve as a foundation to ensure the sustainability of the program, including the possibility of mentoring for local partner organizations. The program aims to have a positive impact on preserving local cultural heritage and increasing community participation in the process.