Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Pemberdayaan Perawat Dalam Penyusunan Media Edukasi Berbasis Buklet Bagi Pasien Hemodialisis Sri Hartati Pratiwi; Eka Afrima Sari; Titis Kurniawan
Media Karya Kesehatan Vol 2, No 1 (2019): Media Karya Kesehatan
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (747.707 KB) | DOI: 10.24198/mkk.v2i1.19519

Abstract

Pasien hemodialisis harus menjalankan berbagai pengobatan. Berbagai penelitian menjelaskan bahwa sebagian besar pasien hemodialisis tidak patuh dalam menjalankan self-management. Ketidakpatuhan pasien dalam menjalankan pengobatan dapat memperburuk kondisi pasien sehingga kualitas hidupnya akan menurun. Petugas kesehatan khususnya perawat harus memberikan edukasi dan evaluasi terhadap kepatuhan pasien dalam menjalankan self-management. Media yang tepat dibutuhkan untuk menjalankan program yang efektif. Program pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan menyusun media buklet panduan dan catatan harian pasien hemodialisis. Media buklet panduan dan catatan harian akan lebih efektif apabila sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lapangan. Program Pengabdian Pada Masyarakat ini dilakukan dengan menggunakan metodeFocus Group Discussion (FGD) yang melibatkan 14 orang perawat hemodialisisdi Jawa Barat.Berdasarkan hasil FGD tersebut, terdapat beberapa materi yang dibutuhkan dalam buklet pasien hemodialisis yaitu informasi mengenai penyakit (gagal ginjal), hemodialisis, pengobatan, pembatasan asupan cairan dan diet, serta cacatan harian yang berisi catatan asupan cairan dan diet, catatan hasil lab dan perkembangan berat badan..Penggunaan buklet panduan dan catatan harian pasien hemodialisis sepenuhnya memandirikan pasien dalam mengelola kondisi kesehatannya. Keluarga diharapkan dapat memberikan dukungan kepada pasien dalam menjalankan self-management. Keluarga dapat mengingatkan pasien untuk mengisi dan mengevaluasi catatannya sendiri dan memberikan motivasi untuk tetap menjaga asupan cairan dan diet. Kata kunci : Buklet, catatan harian, edukasi, hemodialysis.
Perilaku Self-Management Pasien Diabetes Melitus (DM) Dwi Siwi Handayani; Kurniawan Yudianto; Titis Kurniawan
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 1 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (664.754 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v1i1.49

Abstract

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronik, oleh karena itu peran self-managementsangat penting dalam perawatan maupun pencegahan komplikasi akibat DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku self- management.pasien DM dari aspek diet, medikasi, olahraga, pemantauan kadar gula darah dan perawatan kaki. Sebanyak 94 responsden diambil secara acak. Perilaku self-managementdiukur menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh penulis, dengan skor Alpha Chronbach 0,930 dan korelasi inter-item 0,385–0,797 dimana nilai tersebut valid dan reliabel untuk uji instrumen. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah responsden (64,9%) melakukan lima aspek self-managementdengan baik. Hampir semua responsden (94,7%) melakukan medikasi dengan baik, lebih dari setengah responsden melakukan diet (69,1%), olahraga (61,7%) dan perawatan kaki (77,7%) dengan baik. Namun hanya 25,5% responsden yang melakukan pemantauan gula darah dengan baik. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi perawat untuk memberikan penyuluhan mengenai pentingnya pemantauan pada gula darah.Kata kunci: Diabetes Melitus, perilaku, self-management AbstractDiabetes Mellitus (DM) is one of the serious health problems in Indonesia. Since DM is a chronic disease, patients’ role (self-management) is very important either for treatment or DM-related complications prevention. This study was purposed to determine the level of patients’ diabetes self-management behavior, including diet, medication, exercise, blood glucose monitoring and foot care. Ninety-four responsdents were recruited randomly by gave the informed consent to diabetes patients. The questionnaire was developed by the researcher, with Chronbach Alpha 0,930 and inter-item correlation 0,385 to 0,797, which mean the instrument was valid and reliable. The results showed that in five aspects, more than half of responsdents (64,9%) reported that they performed good self-management. Almost all responsdents (94,7%) reported good medication, more than half of responsdents did well in diet, exercise (61.7%) and foot care (77.7%). However, only 25.5% responsdents who performed monitoring blood glucose levels properly. It called be good level when it fill the score criteria of the answer.Therefore, it was recommended for nurses and the hospital to develop any program to improve patients’ diabetes self-management behaviors, especially in the monitoring blood glucose.Key words: Behavior, diabetes mellitus, self-management
Dukungan Keluarga pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dalam Menjalankan Self-Management Diabetes Sisca Damayanti; Nursiswati N; Titis Kurniawan
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (637.084 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v2i1.81

Abstract

Penyakit diabetes melitus tipe 2 (DMT2) memerlukan pengontrolan untuk meminimalisir komplikasi melalui penerapan self-managementyang baik. Efektifitas penerapan self-managementdipengaruhi banyak faktor salah satunya dukungan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dengan pasien DM sehingga diharapkan dapat membantu, mengontrol dan membentuk perilaku pasien DM termasuk dalam hal ini perilaku self-management. Penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan potong lintang ini bertujuan untuk menggali dukungan keluarga dalam konteks pasien DM di Indonesia. Sebanyak 78 responden dilibatkan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode concecutive sampling. Dukungan keluarga diukur menggunakan instrumen yang di modifikasi dari The Diabetes Social Support Questionnaire-Family Version (DSSQ-Family) dengan skor Alpha Cronbach 0,973 dan korelasi inter-item0.386-0.859. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis deskriptif, dan dukungan keluarga dikategorikan menjadi favorable(bila skor total individu > nilai mean kelompok 69,62). Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah responden (55,1%) melaporkan dukungan keluarga favorable. Dari analisis domain dukungan keluarga, dimensi dukungan lingkungan sosial secara umum menunjukkan persentase terendah (48,71%) dibandingkan domain dukungan keluarga yang lainnya. Dengan demikian menjadi penting bagi perawat untuk meningkatkan keterlibatan keluarga dalam perawatan DMT2 serta meningkatkan aspek dukungan lingkungan sosial. Kata kunci: Diabetes melitus, dukungan keluarga, perilaku self-managementAbstractType 2 diabetes mellitus (T2DM) must be controlled to reduce complications through good self-management behaviour (SMB). The effectiveness of SMB is influenced some factors, one of them is family support. family is the closest social enviroment for patients of DM, thus it is hoped to help, control, and create patient of DM behaviour includes self management behaviour. This study was descrition quantitative with cross sectional approach purposed to determine the level of patients’ perceived of family support in Indonesia. Seventy-eight respondents were included for this study by using concecutive sampling methode. The questionnaire for family support was modified from The Diabetes Social Support Questionnaire-Family Version (DSSQ-Family) with Chronbach Alpha 0,973 and inter-itemcorrelation 0,386-0,859. The data collected were analyzed using descriptive analysis, where family support categorized into favorable (if individual score > the respondents mean score = 69.62) and oppositely. The results showed that more than half of respondents (55,1%) reported favorable family support. Regarding family support domains, social network support noted as the lowest percentage (48.71%). Therefore, it is important for nurses and other healthcare professional to improve family involvement in diabetes care especially improving network support aspect.Key words:Diabetes mellitus, family support, self-management behaviour
Perilaku Pencegahan Penularan dan Faktor-Faktor yang Melatarbelakanginya pada Pasien Tuberculosis Multidrugs Resistance (TB MDR) Iis Nurhayati; Titis Kurniawan; Wiwi Mardiah
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 3 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (827.151 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i3.118

Abstract

Tuberculosis Multidrugs Resistance (TB-MDR) merupakan masalah serius di Indonesia. Selain memiliki risiko penularan yang tinggi, TB-MDR mempunyai banyak hambatan dalam pengobatan, baik lama pengobatan, jumlah obat yang banyak, dan efek samping yang buruk. DHal ini menjadi penting mengidentifikasi perilaku pencegahan penularan pada pasien TB-MDR beserta faktor yang melatarbelakanginya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku penderita TB-MDR dalam mencegah penularan beserta faktor yang melatarbelakanginya. Penelitian deskriptif korelasional ini melibatkan seluruh pasien TB-MDR yang sedang menjalani pengobatan fase intensif hingga November 2014 di Rumah Sakit Hasan Sadikin sebanyak 61 orang. Data karakteristik responden, perilaku dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya dikumpulkan menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dan dihubungkan satu sama lain (independent t-test, one way annova, dan Pearson Correlational test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden berpendidikan SMA (54,1%), berjenis kelamin laki-laki (60,6%), tipe MDR gagal pengobatan kategori 1 & 2 (60,7%), berusia < 44 tahun (68,9%), sebagian besar menikah (75,4%) dan berpenghasilan di bawah UMR (81,9%), serta mengeluhkan efek samping berupa mual (90,1%). Lebih dari setengah responden (57,4%) melaporkan perilaku pencegahan penularan yang baik. Perilaku pencegahan penularan ditemukan berhubungan secara bermakna dengan jenis kelamin (p = 0,01), perceived benefit (p = 0,02), cues to action (p = 0,00), dan self efficacy (p = 0,006). Akan tetapi, tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara perilaku pencegahan dengan data demografi (usia, satatus pernikahan, tingkat pendidikan, dan penghasilan) maupun tipe MDR (p>0,05). Hal ini menjadi penting bagi tenaga kesehatan untuk memperkuat faktor tersebut sebagai upaya meningkatkan perilaku pencegahan transmisi/penularan TB.Kata kunci: Faktor, pencegahan penularan, TB-MDR. Prevention Behaviors and Its’ Contributing Factors among Patients with Multi-drugs Resistance Tuberculosis (MDR-TB)AbstractMulti-drugs Resistance Tuberculosis (MDR-TB) is a serious health problem in Indonesia. Beside the risk of transmission, the treatment of MDR-TB encounters some obstacles namely lengthy medication, multiple drugs and adverse side effects. Therefore, it is important to identify patients’ prevention behaviors and its contributing factors. This study was aimed to identify MDR-TB patients’ prevention behaviors and its’ contributing factors. This descriptive correlational study involved all (61 patients) of MDR-TB patients who received intensive medication until November 2014 in Dr. Hasan Sadikin Hospital. Demographic and health characteristics data, as well as behaviors and its related factors were collected using questionnaires. Data were analyzed using descriptive analyses and correlational test (independent t-test, one way ANOVA, and Pearson correlation test). The results showed that more than half of respondents were male (60.6%), MDR with failed medication type 1 & 2 (60.7%), age less than 44 years old (68.9%), mostly married (75.4%), had income less than minimum standard (81.9%), and experienced nausea as the medication’s side effect (90.1%). Additionally, more than half of respondents (57.4%) reported good prevention behaviors. These behaviors significantly related to female gender (p = 0.01), perceived benefit (p = 0.02), cues to action (p = 0.000), and self-efficacy (p = 0.006). However, there was not any significant relationship between the prevention behaviors and demographic data (age, educational level, marital status, and income) or between the behaviors and patients’ medication categories (p > 0.05). Generally, MDR-TB patients in this study performed good preventive behaviors and it was related to their perceived benefit, cues to action, and self-efficacy. Therefore, it is important for healthcare professional to empower these identified factors in order to minimize the MDR-TB transmission.Key words: Factors, MDR-TB, prevention behaviors.
Effect of Wound Care Using Robusta Coffee Powders on Diabetic Ulcer Healing Yeni Yeni Yulianti; Kusman Ibrahim; Titis Kurniawan
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 6 No. 1 (2018): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1444.564 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v6i1.412

Abstract

Diabetic Gangrene Ulcers are chronic wounds with proinflammatory wound environment caused by elevated levels of  TNF-α, which tends to occur in delay in wound healing, and infection susceptibility. This research aims to determine the effect of wound care using Robusta coffee powder as an adjuvant  to the healing of diabetic ulcers gangrene.32 patients were included in this Quasi-experiment with Pretest-Posttest Control Group Design approach and the sampling was done by consecutive sampling method at random. The object was divided into 2 groups, namely the intervention group and the control group performed on patients undergoing treatment in the surgical and inpatient wards, Regional public hospital, Sekarwangi. The intervention group received wound treatment with Robusta coffee powder while the control group received conventional wound treatment for 2 weeks, during which also has been done assessment of wound scores with wound assessment Bates Jensen at the time of pretest and posttest.            Characteristics of respondents between the intervention group and the homogeneous control did not differ significantly. The difference of mean score of pretest and posttest score in two groups with t test showed there was significant difference with p value <0,05, whereas for difference of mean score between group of intervention and control with independent t test showed there is difference significantly.            There is influence of wound care using Robusta coffee powder as adjuvant to healing diabetic ulcers gangrene in Regional public hospital, Sekarwangi, Sukabumi. Therefore, it is important for the hospital to consider wound care using Robusta coffee powder on diabetic ulcer gangrene wounds as it can accelerate wound healing.  Keywords: Robusta cofee, Wound healing, Diabetic ulcers, Wound assessment Bates Jensen
Pengaruh Brain Gym Terhadap Fungsi Kognitif Pasien Pasca Stroke Iskemik Di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr.Hasan Sadikin Bandung Kristian Labertus; Ati Surya Mediawati; Titis Kurniawan
JURNAL KEPERAWATAN SUAKA INSAN (JKSI) Vol 2 No 1 (2017): Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI)
Publisher : STIKES Suaka Insan Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51143/jksi.v2i1.56

Abstract

Latar Belakang : Jumlah penderita stroke iskemik di dunia dan Indonesia menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Salah satu dampak yang muncul pasca stroke adalah gangguan motorik, sensorik, dan kognitif. Gangguan kognitif dapat mengganggu aktivitas harian dan menurunkan kualitas hidup, sehingga diperlukan latihan brain gym sebagai stimulus untuk memperbaiki gangguan tersebut. Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh latihan brain gym terhadap fungsi kognitif pada pasien pasca stroke iskemik yang mengalami gangguan kognitif. Metode : Penelitian ini menggunakan quasi experiment dengan desain time series ini melibatkan 42 responden yang direkrut dari pasien RSUP Dr.Hasan sadikin Bandung menggunakan consecutive sampling. Responden terbagi menjadi dua kelompok menggunakan random allocation (masing-masing 21 orang). Kelompok kontrol mendapatkan farmakoterapi dan fisioterapi, sedangkan kelompok intervensi mendapatkan tambahan latihan brain gym 3 kali seminggu selama 4 minggu. Evaluasi fungsi kognitif dilakukan pada awal minggu pertama dan setiap akhir minggu menggunakan Montreal Cognitive Assesment (MoCA). Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan inferensial (p value < 0,05). Hasil : Kelompok intervensi menunjukkan perbaikan yang lebih signifikan dan konstan selama penelitian di domain eksekutif, orientasi, delayed recall, atensi, penamaan, abstraksi, dan bahasa. Hal ini dibuktikan dengan uji repeated ANOVA dan Post-Hoc yang menunjukkan nilai kurang dari 0,05. Uji homogenitas karakteristik responden dan uji beda pretest menunjukkan hasil tidak berbeda secara signifikan (p>0,05). Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh latihan brain gym dalam memperbaiki domain eksekutif, orientasi, delayed recall, atensi, penamaan, abstraksi, dan bahasa pasien pasca stroke iskemik di RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung. Dengan demikian menjadi penting bagi pihak rumah sakit mempertimbangkan latihan brain gym sebagai bagian terapi dalam mengelola kerusakan fungsi kognitif pasien pasca stroke sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup pasien.
Perception of Prolanis Participants About Chronic Disease Management Program Activities (PROLANIS) in the Primary Health Service Universitas Padjadjaran Risman Ariana; Citra Windani Mambang Sari; Titis Kurniawan
NurseLine Journal Vol 4 No 2 (2019): November 2019
Publisher : Faculty of Nursing, Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/nlj.v4i2.12687

Abstract

Prolanis is a program that the purpose is to handle health problems in Indonesia. However, the participation of prolanis participants in the activities and the presents itself are still low in every month. The purpose of this study was to identify the participants about project activities in UPT Layanan Kesehatan Unpad encompasses perception, seriousness, benefits, obstacles to action and confidence. This quantitative descriptive study was conducted on 81 respondents by means of total sampling. The research data was taken using questionnaire which consisted of 46 statements developed from literature related to prolanis and previously had tested the validity with value range 0,453-0,760 and reliability with result 0,729, then data analyzed descriptively. The results showed that most prolanis participants (54.3%) had good activities with pro-public activities. In addition, there were mostly participants and no response to the disease if there were no prolanis program (50.6%), impact of prolanis (54.3%), current sensitivity of prolanis (53.1%) and belief to follow prolanis (54.3%). While almost all participants (81.5%) had information and instructions to follow prolanis. This action demonstrates good activities but there are still significant obstacles in the framework of existing projects to support existing services for UPT Layanan Kesehatan Unpad with roles to increase participation of prolanis participants.
Risiko Penyakit Jantung Pada Keluarga Penderita Di Poli Jantung RSUD Dokter Slamet Garut Tahun 2017 Siti Rosita; Titis Kurniawan; Sandra Pebrianti
JURNAL KESEHATAN BHAKTI HUSADA Vol 5 No 1 (2019): jurnal kesehatan bhakti husada
Publisher : UP3M AKPER-AKBID BHAKTI HUSADA CIKARANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (92.895 KB) | DOI: 10.37848/jurnal.v5i1.22

Abstract

Coronary Cardiovascular Disease is still one of the major health problems in the world. Prevention can be done with the introduction of risk factors and early detection. Screening is an effective way to identify risk factors for cardiovascular disease in the first stage, furthermore, the offspring's' (siblings) sufferers of cardiovascular disease is one of the risk factors that need to be noticed. This study is aimed to identify the risk level of cardiovascular disease on the patients’ family undergoing outpatient in polyclinic cardiology dr. SlametGarut Hospital. This quantitative descriptive study involves the family (siblings / descendants) of coronary cardiovascular disease patients, with a sample of 89 people, the sampling technique used is accidental sampling. The instrument in this study utilized Cardiovascular Jakarta Score consists of 7 questions divided into ≥5 high, 2-4 medium, and -7 to 1 light. Data were analyzed by frequency distribution and final result. The result showed that almost half of respondents (43.8%) are in medium risk state and few of respondents (29.2%) are in high risk state. This indicated that the proportion of respondents with higher risk is more found in male respondents, aged 60-64 years, has active smoking habit, IMT 26.00-29.99, has no history of DM, TD category of hypertension level 1 and has the habit of less activity. It can be concluded that most families are at risk for coronary cardiovascular disease ≥10% within the next 10 years. Thus it becomes important that families maintain a healthy lifestyle and it is suggested that the hospital develop the program as an effort to raise awareness related to the risk of coronary cardiovascular disease and the importance of prevention efforts towards people who have families with cardiovascular disease.
Gambaran Self-Management Pada Pasien Stroke Yang Menjalani Rawat Jalan Dedah Rahmawati; Titis Kurniawan; Sri Hartati
Jurnal Keperawatan 'Aisyiyah Vol. 6 No. 1 (2019): Jurnal Keperawatan 'Aisyiyah
Publisher : Universitas 'Aisyiyah Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.942 KB) | DOI: 10.33867/jka.v6i1.117

Abstract

Stroke patients require a long-term treatment, both to prevent recurrent stroke and to minimize further complications. One of the efforts to succeed the stroke patients' treatment is Self-Management. This study aimed to identify the self-management of stroke outpatients. This quantitative descriptive study involved 40 stroke outpatients in RSAI who are able to communicate well, taken by using consecutive sampling techniques for one week. The data were collected by using a Stroke Self-Management Questionnaire (SSMQ) consisting of 4 domains (capacity, confidence in interaction, strategy, and guidance by health professionals). The collected data were analyzed descriptively by using the mean value. The result showed that the percentage of respondents with high self-management category (52,5%) was higher than the low category. Furthermore, the percentage of the good category was higher in the domain of confidence in interaction, strategy (52.5%), as well as guidance by health professionals (55%). Meanwhile, the percentage of the low category was found higher in the domain of capacity (52.5%). Keywords: Self-Management, Stroke
Penundaan Hemoroidektomi Dan Peran Advokasi Perawat Pada Ny.Y Dengan Hemoroid Grade IV: Studi Kasus Epi Rohaeti; Titis Kurniawan; Eka Afrimasari
Padjadjaran Acute Care Nursing Journal Vol 3, No 3 (2022): Padjadjaran Acute Care Nursing Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.076 KB) | DOI: 10.24198/pacnj.v3i3.46140

Abstract

Latar Belakang: Hemoroid grade IV sering disertai nyeri hebat dan perdarahan per-anal berisiko menimbulkan banyak komplikasi serius. Pada kondisi ini, hemoroidektomi merupakan salah satu pilihan terapi terbaik. Meski demikian, pengambilan keputusan untuk menjalani hemoroidektomi sering menjadi hal yang sulit bagi sebagian pasien. Tujuan: Studi ini ditujukan untuk mendeskripsikan masalah kesehatan, pengambilan keputusan dan peran advokasi perawat pada pasien dengan hemoroid grade IV. Metode: Jenis penelitian kualitatif dengan metode studi kasus deskriptif yang dilakukan pada pasien Ny.Y (44 tahun) di ruang rawat penyakit dalam. Data didapatkan dari wawancara, pengkajian fisik, observasi, dan studi dokumen. Hasil: Pasien menderita hemoroid selama 27 tahun dan mengeluhkan perburukan benjolan di area anus disertai nyeri dan perdarahan per-anal. Lima tahun lalu (2017) pasien menjalani hospitalisasi dan disarankan dilakukan hemoroidektomi, namun pasien menolak karena takut dan merasa kondisinya akan membaik dengan pengaturan pola makan. Saat ini rehospitalisasi ke 2 pasien mengalami nyeri kronis, gangguan perfusi perifer (anemia berat), dan deficit nutrisi. Selama perawatan, pasien mendapatkan edukasi dan informasi dari perawat terkait diagnosa yang dialami dan tindakan hemoroidektomi hingga pada hari ke-4 perawatan, pasien memutuskan untuk dilakukan hemoroidektomi karena pasien tersadar bahwa kondisinya tidak akan membaik tanpa operasi. Selain pemberian intervensi untuk mengatasi masalah aktual, pemberian informasi secara berkesinambungan dan refleksi terhadap kondisi yang dialami dapat membantu pasien mengambil keputusan yang tepat. Simpulan: Perburukan kondisi tidak serta merta membuat pasien mengambil keputusan secara cepat dan tepat. Peran advokasi perawat dalam pemberian informasi yang berkesinambungan merupakan peran penting yang membantu pasien dalam proses pengambilan keputusan yang lebih baik, lebih cepat dan lebih tepat.