Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Peningkatan Kapasitas Kader Kesehatan dalam Upaya Skrining dan Pencegahan Penyakit Kronis di Wilayah Kabupaten Bandung Titis Kurniawan; Hasniatisari Harun; Nursiswati Nursiswati
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 7 (2023): Volume 6 No 7 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i7.10108

Abstract

ABSTRAK  Penyakit kronik adalah masalah kesehatan global yang serius, termasuk di Indonesia. Upaya pencegahan dengan optimalisasi peran kader di Posbindu dalam skrining merupakan strategi penting dalam pencegahan penyakit kronik. Meski demikian, dalam tataran praktik peran kader kesehatan lebih berorientasi pengelolaan dan belum mencakup program pencegahan. Program Pengabdian pada Masyarakat ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas kader Posbindu dalam peranannya menjalankan program skrining penyakit kronik di masyarakat. Kegiatan dijalankan di Desa Banjaran, Kec. Banjaran, Kab. Bandung. Program PPM dimulai penyampaian materi terkait penyakit kronis, materi skrining tingkat risiko penyakit kronis dan pencegahannya serta materi terkait peran kader. Pengetahuan kader dicek menggunakan kuesioner pre-test dan post-test. Sebanyak 88 kader Kesehatan terlibat dalam kegiatan. Pengetahuan kader terkait penyakit kronik, faktor risiko dan pencegahanya menunjukkan adanya peningkatan sebesar 15% (rerata jawaban benar pre-test 6,03 vs. post-test 7,5). Kegiatan PPM ini efektif meningkatkan pengetahuan dan kapasitas kader kesehatan di Wilayah Banjaran dalam pengenalan dan skrining tingkat risiko penyakit kronik. Selain itu, penting bagi kader menerapkan program skrining di Posbindu sebagai upaya pengenalan dan monitoring faktor risiko penyakit kronik baik yang ada pada dirinya, peserta Posbindu, maupun masyarakat luas. Kata Kunci: Penyakit Kronik, Kader, Posbindu, Skrining, Upgrading  ABSTRACT Chronic disease is a serious global health problem, including in Indonesia. Prevention efforts by optimizing the role of Posbindu cadres for screening and early detection are important strategies in preventing chronic diseases. However, at the practical level, the role of health cadres is more management oriented and does not include prevention programs. This community service program aimed to improve health cadres’ capacity for screening and early detection of chronic diseases in programs the community. It was conducted in Banjaran Village, Banjaran Sub-District, Bandung regency. Apart from participating in Posbindu activities, the team also conducted upgrading program covering health education on chronic disease, its’ prevention and the role of cadres. Knowledge of cadres was checked using pre and post-test questionnaires. A total of 88 health cadres in the area were involved in an upgrading activity. The knowledge of cadres regarding chronic diseases, risk factors and their prevention showed an increase of 15% (mean pre-test correct answers 6, 03 vs. post-test 7.5). This program effectively improves the health cadres’ knowledge and capacity in recognizing and detecting the risk level of chronic disease, particularly DMT2. Additionally, it is important for the cadres to implement screening and early detection programs at Posbindu as an effort to identify and monitor risk factors for chronic disease both in themselves, Posbindu participants, and the wider community. Keywords: Chronic Disease, Cadres, Posbindu, Screening, Upgradin
Perilaku Self-Management Pasien Diabetes Melitus (DM) Dwi Siwi Handayani; Kurniawan Yudianto; Titis Kurniawan
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 1 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkp.v1i1.49

Abstract

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronik, oleh karena itu peran self-managementsangat penting dalam perawatan maupun pencegahan komplikasi akibat DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku self- management.pasien DM dari aspek diet, medikasi, olahraga, pemantauan kadar gula darah dan perawatan kaki. Sebanyak 94 responsden diambil secara acak. Perilaku self-managementdiukur menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh penulis, dengan skor Alpha Chronbach 0,930 dan korelasi inter-item 0,385-0,797 dimana nilai tersebut valid dan reliabel untuk uji instrumen. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah responsden (64,9%) melakukan lima aspek self-managementdengan baik. Hampir semua responsden (94,7%) melakukan medikasi dengan baik, lebih dari setengah responsden melakukan diet (69,1%), olahraga (61,7%) dan perawatan kaki (77,7%) dengan baik. Namun hanya 25,5% responsden yang melakukan pemantauan gula darah dengan baik. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi perawat untuk memberikan penyuluhan mengenai pentingnya pemantauan pada gula darah.Kata kunci: Diabetes Melitus, perilaku, self-management AbstractDiabetes Mellitus (DM) is one of the serious health problems in Indonesia. Since DM is a chronic disease, patients’ role (self-management) is very important either for treatment or DM-related complications prevention. This study was purposed to determine the level of patients’ diabetes self-management behavior, including diet, medication, exercise, blood glucose monitoring and foot care. Ninety-four responsdents were recruited randomly by gave the informed consent to diabetes patients. The questionnaire was developed by the researcher, with Chronbach Alpha 0,930 and inter-item correlation 0,385 to 0,797, which mean the instrument was valid and reliable. The results showed that in five aspects, more than half of responsdents (64,9%) reported that they performed good self-management. Almost all responsdents (94,7%) reported good medication, more than half of responsdents did well in diet, exercise (61.7%) and foot care (77.7%). However, only 25.5% responsdents who performed monitoring blood glucose levels properly. It called be good level when it fill the score criteria of the answer.Therefore, it was recommended for nurses and the hospital to develop any program to improve patients’ diabetes self-management behaviors, especially in the monitoring blood glucose.Key words: Behavior, diabetes mellitus, self-management
Epidural Haemorrhage Pada Pasien dengan Riwayat Penggunaan Zat Adiktif Tramadol di Sebuah Rumah Sakit Jawa Barat: Sebuah Studi Kasus Silvi Riana Putri; Titis Kurniawan; Nursiswati Nursiswati
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 12 (2023): Volume 3 Nomor 12 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i12.11495

Abstract

ABSTRACT Epidural hemorrhage is bleeding that occurs due to rupture of an artery with symptoms of gradually decreasing consciousness, headache, battle sign, and racoon eyes (a sign of basilar skull fracture). Treatment of patients with epidural haemorrhage is craniotomy. Her nursing diagnosis was ineffective cerebral perfusion. This study aims to describe the provision of nursing care to epidural haemorrhage patients with ineffective cerebral perfusion problems. The research design used is a case report. The sample of this study was a man in the surgical ward. Data collection was carried out using observation and interview methods. A man came to the ER with GCS 10 (E2V3M5), MAP 93 and had racoon eyes, the family said that the patient had an accident a week ago. Based on the results of the study, the nursing problem in these patients was ineffective cerebral perfusion. The interventions provided are management of intracranial elevation including observation of causes of increase, monitoring of MAP, monitoring of respiratory status, head up 30o, and collaboration of drug administration. A 30o head up intervention is given to reduce increased intracranial pressure by elevating the limbs above the heart so that oxygen flow to the brain increases. The results of treatment showed that after being given an intervention for 6 days, the patient was conscious on the third postoperative day (GCS 8: E4M5V1), MAP 66, the patient could answer questions related to pain by nodding his head, and the client's urine results showed negative results for drug use. At the 11th week after the craniotomy, follow-up care was carried out with the results of the patient's progress getting better. Keywords: Epidural Haemorrhage (EDH), Tramadol, Cerebral Perfusion  ABSTRAK Epidural haemorrhage merupakan perdarahan yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah arteri dengan gejala kesadaran menurun secara bertahap, sakit kepala, battle sign, dan racoon eyes (tanda fraktur basila tengkorak). Penanganan pasien dengan epidural haemorrhage adalah kraniotomi. Diagnosa keperawatannya yaitu perfusi serebral tidak efektif. Studi ini bertujuan untuk menggambarkan pemberian asuhan keperawatan pada pasien epidural haemorrhage dengan masalah perfusi serebral tidak efektif. Desain penelitian yang digunakan adalah case report. Sampel penelitian ini adalah seorang laki-laki di ruang rawat bedah. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode observasi dan wawancara. Seorang laki-laki datang ke IGD dengan GCS 10 (E2V3M5), MAP 93 serta terdapat racoon eyes, keluarga mengatakan bahwa pasien mengalami kecelakaan seminggu yang lalu. Berdasarkan hasil pengkajian, masalah keperawatan pada pasien tersebut yaitu perfusi serebral tidak efektif. Intervensi yang diberikan yaitu manajemen peningkatan intrakranial meliputi observasi penyebab peningkatan, monitor MAP, monitor status pernapasan, head up 30o, dan kolaborasi pemberian obat. Intervensi head up 30o diberikan untuk mengurangi peningkatan tekanan intrakranial dengan meninggikan anggota tubuh di atas jantung agar aliran oksigen ke otak meningkat. Hasil perawatan menunjukkan bahwa setelah diberikan intervensi selama 6 hari, pasien sadar pada hari ketiga post operasi (GCS 8: E4M5V1), MAP 66, pasien dapat menjawab terkait nyeri yang ditanyakan dengan menganggukan kepala, dan hasil urin klien menunjukkan hasil negatif penggunaan narkoba. Pada minggu ke-11 pasca kraniotomi, dilakukan follow up care dengan hasil perkembangan pasien semakin membaik. Kata Kunci: Epidural Haemorrhage (EDH), Tramadol, Perfusi Serebral
LITERASI KESEHATAN PASIEN HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG Sri Hartati Pratiwi; Eka Afrima Sari; Titis Kurniawan
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan Vol 16, No 2 (2020): JURNAL ILMIAH KESEHATAN KEPERAWATAN
Publisher : LPPM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26753/jikk.v16i2.364

Abstract

Pasien hemodialisis harus menjalankan berbagai pengobatan untuk mengurangi gejala yang dirasakannya. Dalam menjalankan pengobatan tersebut, pasien hemodialisis perlu menjalankan self-management. Berbagai penelitian menunjukan bahwa banyak pasien hemodialisis yang tidak patuh dalam menjalankan self-management. Literasi kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kepatuhan pasien dalam pengobatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mengidentifikasi literasi kesehatan pasien hemodialisis. Tekhnik sampel yang digunakan adalah Concecutive sampling dengan jumlah 129 orang. Kriteria inklusi Pasien hemodialisis yang memiliki kesadaran penuh disertai tanda-tanda vital stabil. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan dari HLS-EU-Q47 pada pasien dialisis yang dikembangkan oleh Martin et.al. (2012). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar sebagian besar responden memiliki literasi kesehatan yang cukup yaitu 96 orang (74,4%) dan 33 orang memiliki literasi yang baik (25,6%).  Item yang dirasakan cukup mudah oleh responden adalah mencari informasi kesehatan di semua ruang lingkup, memahami informasi dalam pencegahan penyakit, menilai informasi kesehatan di semua lingkup, serta menggunakan informasi dalam promosi kesehatan. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagian besar pasien hemdoialisis memiliki literasi kesehatan yang cukup, tetapi masih ada beberapa item yang dirasakan masih sulit untuk dilakukan pasien. Perawat diharapkan dapat membantu untuk meningkatkan literasi pasien dengan memberikan edukasi, motivasi dan evaluasi secara menyeluruh dan berkesinambungan.
PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN DIRI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 BESERTA FAKTOR – FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI Tria Nurhayyu Fadilah; Titis Kurniawan; Sandra Pebrianti
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan Vol 19, No 2 (2023): JURNAL ILMIAH KESEHATAN KEPERAWATAN
Publisher : LPPM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26753/jikk.v19i2.1100

Abstract

Diabetes melitus (DM) dikenal sebagai penyakit kronik yang menimbulkan banyak komplikasi. Pengetahuan merupakan kunci sukses manajemen diri dan pencegahan komplikasi terkait DM. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengetahuan pasien DM tipe 2 dalam menjalankan manajemen diri beserta faktor yang berkontribusi. Penelitian deskriptif correlational  ini melibatkan 188 DM tipe 2 yang ditentukan menggunakan teknik consecutive sampling. Kuesioner karakteristik responden, Diabetes Self-Care Knowledge Questionnaire (DSCKQ-30) digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini. Data dianalisis dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini lebih dari setengah responden pengetahuan dengan kategori rendah (55,3%) dan domain terendah berada pada domain kepatuhan manajemen diri. Pengetahuan yang rendah tersebut berhubungan dengan usia (p = 0,033, OR = 2,377, 95%CI = 2,296 – 2,459) pendidikan (p=0,001 OR = 1,856, 95%CI = 1,707 – 2,004), lama terdiagnosa DM (p= -0,034 OR = 95%CI =), riwayat edukasi (p=0,001, t = 3,071 OR = 5,820, 95%CI = 1,897 – 8,716). Pasien DM tipe 2 pada penelitian ini memiliki pengetahuan yang rendah dan cenderung dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, lama terdiagnosa DM, dan riwayat edukasi. Penting bagi pihak rumah sakit untuk meningkatkan upaya pengetahuan pasien DM tipe 2 terutama kepatuhan manajemen diri dengan memperhatikan faktor – faktor tersebut.