Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

WASTWASAMBHAWOTPÄ€TA PADA MASA PEMERINTAHAN RAJA JAYAPANGUS Telasih, Ni Putu Resti; Astiti Laksmi, Ni Ketut Puji; Zuraidah, Zuraidah
Siddhayatra Vol 26, No 1 (2021): JURNAL ARKEOLOGI SIDDHAYATRA
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/siddhayatra.v26i1.207

Abstract

Pembangunan sebuah rumah memiliki aturan tertentu. Begitupula pembangunan rumah di masa lampau menggunakan aturan-aturan tertentu yang diatur dalam prasasti. Dalam menentukan lokasi bangunan perlu memperhatikan lingkungan dan masyarakatnya. Selain itu, terdapat pula beberapa ritual yang dilaksanakan apabila terdapat pelanggaran yang dilakukan masyarakat dalam membangun rumah. Istilah pelanggaran tersebut disebut dengan Wastwasambhawotpāta. Istilah tersebut ditemukan dalam beberapa Prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Jayapangus yang menyebutkan terkait dengan ritual upakara Caru Prayaҫcita sebagai salah satu cara untuk mencegah bencana yang disebabkan oleh Wastwasambhawotpāta. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelanggaran pembangunan rumah yang dilakukan di masa lampau dan untuk mengetahui cara yang dilakukan untuk mengatasinya agar tidak mengakibatkan dampak negatif dalam masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif berupa data deskriptif dan dikaji dengan dua teori, yakni teori religi dan teori simbol. Penelitian ini memberikan gambaran bahwa di masa pemerintahan Raja Jayapangus terdapat beberapa pantangan dalam membangun rumah, apabila dilanggar diperlukan suatu ritual untuk mencegah bencana yang ditimbulkan.
KEHIDUPAN BERAGAMA GOLONGAN RESI DI SITUS GUNUNG KAWI TAMPAK SIRING Tiga, Hagim Ginting; Srijaya, I Wayan; Laksmi, Ni Ketut Puji Astiti
Siddhayatra Vol 26, No 1 (2021): JURNAL ARKEOLOGI SIDDHAYATRA
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/siddhayatra.v26i1.204

Abstract

Penelitian ini membahas tentang kehidupan beragama golongan resi pada masa lampau, sekitar akhir abad ke-10 hingga akhir abad ke-12, di Situs Gunung Kawi, berdasarkan peninggalan purbakala dan didukung oleh sumber-sumber tertulis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merekonstruksi kehidupan beragama golongan resi pada masa lampau di Situs Gunung Kawi melalui peninggalan budaya material yang mereka tinggalkan. Selain itu, penelitian semacam ini belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga berguna untuk menambah khazanah penelitian di Situs Gunung Kawi. Penelitian ini dil-akukan berdasarkan langkah-langkah kerja dalam penelitian arkeologi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa Situs Gunung Kawi adalah sebuah Mandala (kadewaguruan) atau tempat suci bagi para pertapa/resi, sedangkan fungsi religi dari pahatan-pahatan candi di Situs Gunung Kawi adalah sebagai yantra atau sarana meditasi dalam praktik yoga Tantra. Makna simbolis pahatan-pahatan candi di Situs Gunung Kawi berlipat ganda. Di satu sisi melambangkan gagasan Mahameru-amerta, dan di sisi lain merupakan metafora untuk jalan Tantra Kundalini, dan melambangkan kesatuan dualisme Siwa dan Sakti sebagai tujuan akhir dari jalan Tantra. Praktik keagamaan di Situs Gunung Kawi pada masa lalu mencapai kalepasan sebagai pembebasan terakhir.
MENGGALI MAKNA DRWYAHAJI DAN BUÑCANGHAJI BERDASARKAN DATA PRASASTI BALI KUNO Ni Ketut Puji Astiti Laksmi
Forum Arkeologi VOLUME 29, NOMOR 2, AGUSTUS 2016
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.082 KB) | DOI: 10.24832/fa.v29i2.184

Abstract

The data contained in the inscription is about payment or submission of King’s right in the form of material (drwyahaji) and right to collect service from people in the form of labor (buncanghaji). This research aims to know the background and meaning of drwyahaji submission and buncanghaji implementation by Old Balinese people, both as personal and member of society. This research uses qualitative approach by understanding the phenomenon experienced by the research object. The research object is people in the past so that the phenomenon of concern is behaviour, perception, motivation, action, and so on. Explanation was done holistically through description in the form of words and language, in a specific natural context and using some scientific methods. This research shows that drwyahaji was not only dedicated to The King but also to the officials and holy building. In addition, drwyahaji submission to the holy building was found before submission to The King and officials. Drwyahaji and buncanghaji were not only considered as burden because of basic reason behind drwyahaji submission and buncanghaji implementation was an expression of gratitude to God. Beberapa data yang terkandung dalam prasasti adalah data tentang pembayaran atau penyerahan hak raja berupa materi (drwyahaji) dan hak memungut jasa dari rakyat berupa tenaga kerja (buncanghaji). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang dan makna tindakan masyarakat Bali Kuno dalam penyerahan drwyahaji dan pelaksanaan buncanghaji, baik secara pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan memahami fenomena yang dialami oleh objek penelitian. Objek yang dimaksud adalah masyarakat masa lampau sehingga fenomena yang menjadi perhatian meliputi perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Eksplanasi dilakukan secara holistik melalui deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah, dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Penelitian ini menunjukkan bahwa drwyahaji bukan saja dipersembahkan kepada raja, tetapi juga kepada para pejabat dan bangunan suci, bahkan penyerahan drwyahaji kepada bangunan suci lebih dulu ditemukan sebelum adanya penyerahan kepada raja dan pejabat. Drwyahaji dan buncanghaji tidak semata-mata dianggap beban oleh rakyat karena alasan mendasar dibalik penyerahan drwyahaji dan pelaksanaan buncanghaji adalah ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Peran Tokoh Agama dalam Birokrasi Pemerintahan Raja Marakata Luh Gede Ratna Citramanik; Ni Ketut Puji Astiti Laksmi
Humanis Vol 23 No 3 (2019)
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.149 KB) | DOI: 10.24843/JH.2019.v23.i03.p09

Abstract

In the period of ancient Bali, religious leaders who were generally known to play a role in religious aspects had also an essential role in the government bureaucracy of a king. This was seen in the reign of King Marakata that the inscriptions he issued in 944 ?aka to 962 ?aka. The inscriptions claimed that the existence of royal government positions held by complete religious leaders indicated by their titles and symbols. There were two purposes of this study. The first was to explain the position and role of religious leaders in the bureaucracy of the government of King Marakata. Second, explained about the mutation of positions of religious leaders. The method used in data collection is in the form of observation, interviews, and using library research. The analysis used is a qualitative analysis, comparative analysis, and contextual analysis. The theories used are structural functionalism theory and power relations theory. Based on theanalysis of the contents of King Marakata’s inscriptions, the results obtained that the position and the role of religious leaders are interrelated. Religious leadersdomiciled in the holy place and government bureaucracy. Religious leadersact as clergy and officials both as structural officials and functional officials. The mutation of positions of the religious leaders occurred on his act as an official or clergy. Factors that affect mutations of positions are death, resignation, a dismissal, the appointment, a decline or a promotion, and ability.
PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA SMPN 2 BLAHBATUH KABUPATEN GIANYAR TENTANG KONSERVASI BENDA CAGAR BUDAYA MELALUI UPAYA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN AGUNG BAWONO.R; UFI NAJIB; N. K.PUJI ASTITI LAKSMI; ZURAIDAH ZURAIDAH; KRISTIAWAN KRISTIAWAN; C. PALUPI TITASARI
Buletin Udayana Mengabdi Vol 8 No 1 (2009): Volume 8 No.1 – April 2009
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (26.897 KB)

Abstract

ABSTRACT The improvement of comprehension about cultural heritage and conservation to the young generations can be done by education and training. The methods applied are presentation with discussion and training of conservation. The advantage of comprehension signification about cultural heritage is indicated by the improving percentage from 30 students (81.08%) became 37 students (100%), about rescuing of cultural heritage from 36 students (97.89%) became 37 students (100%), about conservation from 15 students (40.54%) became 34 students (91.89%). And for conservation technique become 34 students (91.89%) from 5 students (13.52%). The result shows that technics of education and training is efective for advance students in comprehending the cultural hetitage and conservation techniques.
Karakteristik Permukiman Masa Bali Kuno di Bali Utara Berdasarkan Isi Prasasti dan Kajian Toponimi I Gst. Ngr. Tara Wiguna; Ni Ketut Puji Astiti Laksmi; Hedwi Prihatmoko
Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies) Vol 11 No 1 (2021): Volume 11 No. 1. April 2021
Publisher : Pusat Kajian Bali Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (747.245 KB) | DOI: 10.24843/JKB.2021.v11.i01.p11

Abstract

A number old Bali inscriptions provide informations about past settlements scattered in many parts of Bali, and one of those is in northern part of the island. This research aims to reconstruct cultural history through epigraphic and toponymy studies as a foundation of historiography. Data collected through literature studies and surveys and analysed through textual criticism, both external and internal, and identification of toponyms. Data synthesis was conducted by placing toponym data found in inscriptions in the context of Old Balinese History. The result of this research shows that the characteristic of Old Bali settlements in North Bali could be differentiated into two categories, i.e. coastal area settlements and mountainous area settlements. Coastal area settlements have locational patterns that follow coastal line. These settlements have important roles in trade activites. Mountainous area settlements have mountain as their orientation, and the locational patterns are adjusted according to its mountainous topography and environment, thus its locations are scattered and tend to close to plantation or agricultural area.
Penggunaan Jeruk Nipis sebagai Salah Satu Upaya Konservasi Secara Tradisional pada Prasasti Sukawana D Coleta Palupi Titasari; Zuraidah Zuraidah; Ni Ketut Puji Astiti Laksmi
Borobudur Vol. 8 No. 1 (2014): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v8i1.121

Abstract

Konservasi adalah tindakan untuk mencegah dan menghambat proses kerusakan atau pelapukan, tindakan menangani kerusakan, serta menjaga agar suatu benda tetap berada pada kondisi yang baik sesuai dengan aslinya. Bertolak dari pengertian tersebut, masyarakat Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali merupakan salah satu masyarakat desa yang melakukan konservasi tradisional terhadap peninggalan arkeologi berupa prasasti Sukawana D yang telah diwarisi secara turun temurun. Usaha yang dilakukan adalah perawatan dengan menggunakan jeruk nipis secara rutin. Penggunaan jeruk nipis sebagai bahan perawatan prasasti Sukawana D terbukti sangat bermanfaat menghindari proses korosi. Perawatan ini dimaksudkan untuk memperlambat kerusakan prasasti. Upaya sederhana dan tradisional yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sukawana memperoleh hasil nyata berupa lestarinya prasasti Sukawana D.
Management of Archaeological Resources in Karangturi Village Through the 7 Steps of the Heritage Urban Landscape Approach Andrew Hartanto; Ni Ketut Puji Astiti Laksmi; Kristiawan Kristiawan
Humanis Vol 26 No 2 (2022)
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1429.867 KB) | DOI: 10.24843/JH.2022.v26.i02.p08

Abstract

Karangturi Village is one of the villages located in Lasem District, Rembang Regency, Central Java Province. This village has a number of potential archaeological resources. Archaeological resources owned include places of worship, residences, production buildings, tombs, and so on. This study aims to determine the management of archaeological resources in Karangturi Village. This study uses qualitative methods with supporting data such as observations and literature studies. The result of this research is a descriptive analysis using Heritage Urban Landscape. The Heritage Urban Landscape approach includes seven approaches, namely (1) Review of City Resources – Natural, Cultural, and Human; (2) Review of Participatory Planning, Stakeholders, and Targets Preservation Actions; (3) Analysis of Cultural Conservation Vulnerability in the Social, Economy and Climate Sector; (4)Integrating Cultural Heritage Values Cities with Vulnerable Status into City Development Framework; (5) Priority Policies, Conservation and Development Actions, and Public Services; (6) Defining Stakeholders with a Management Framework; (7) Developing Coordination Mechanisms and Inter-Stakeholder Activities.
Ken dalam Prasasti Sīma Masa Pemerintahan Rake Kayuwaṅi Dyah Lokapala Giri Purnomo; Ni Ketut Puji Astiti Laksmi; Zuraidah nfn
Tumotowa Vol 5 No 1 (2022): Tumotowa
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/tmt.v5i1.104

Abstract

Bentuk pakaian yang digunakan pada masa Jawa Kuno adalah selembar kain utuh yang dililitkan ke tubuh. Kain ken adalah kain yang digunakan oleh kaum perempuan pada masa Jawa Kuno. Keberadaan kain ken dapat ditelusuri melalui prasasti sīma. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan interpresati data. Prasasti yang digunakan sudah pernah diterjemahkan kemudian diinterpretasi. Penyebutan kain ken dalam prasasti sīma mirip seperti penyebutan kain wḍihan (kain untuk kaum laki-laki). Kain ken disebutkan pada bagian pemberian pasék kepada para pejabat dan tamu undangan. Keberadaan kain ken dapat memberikan informasi strata sosial kaum perempuan yang menerima pasék. Kaum perempuan yang menerima pasék kain ken meliputi istri raja, ibu dari seorang rakai, istri pejabat kerajaan, istri, dan pejabat daerah. Hasil penelitian menunjukan bahwa kain ken mampu memberikan gambaran kedudukan seseorang dalam sebuah pemerintahan dan strata sosial dari pejabat tinggi hingga pejabat daerah.
Tipologi Bangunan Masjid Kuno Sumatera Barat: Analisis Tipologi Bangunan Masjid Asasi Sigando Padang Panjang Sumatera Barat Alif Dermawan; Ni Ketut Puji Astiti Laksmi; Zuraidah
ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 1 No. 10: September 2022
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masjid Asasi Sigando Padang Panjang merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari segala aspek sosial dan budaya masyarakat. Masjid Asasi Sigando Padang Panjang memiliki karakter tersendiri dalam segi tipologi arsitektur bangunan karna setiap masjid yang ada di Indonesia termasuk wilayah Sumatera Barat memiliki keberagaman bentuk bangunan masjid, Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa pengumpulan data yang meliputi studi pustaka, observasi dan wawancara kemudian data dianalisis menggunakan Analisis Kualitatif, Tipologi dan Arsitektual. Penelitian ini menggunakan Teori Arsitektur, Teori Kebudayaan dan Teori Akulturasi.Hasil analisis menghasilkan kesimpulan bahwa Tipologi bangunan Masjid Asasi Sigando Padang Panjang memiliki kesamaan dengan masjid kuno yang lain di Sumatera barat yaitu sama-sama memiliki unsur tipologi bangunan khas Minangkabau yaitu Rumah Gadang yang dapat dijelasakan dalam pembahasan tipologi bangunan berdasarkan  fungsi, geometri dan langgam bangunan, hal tersebut terjadi karena kuat nya kepercayaan dan konsep adat Minangkabau yang melektat dalam diri masyarakat Sumatera Barat sehingga setiap prilaku, hasil karya dan perbuatan mayarakat mencermikan wujud kebudayaan adat istiadat Minangkabau.