Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI PADAT DARI EKSTRAK BUAH APEL (Malus domesticus) SEBAGAI SABUN KECANTIKAN KULIT Chan, Adek
Jurnal Ilmiah Manuntung Vol 2 No 1 (2016): Jurnal Ilmiah Manuntung
Publisher : jurnal ilmiah manuntung akademi farmasi samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (62.26 KB) | DOI: 10.51352/jim.v2i1.46

Abstract

As the development time of usage and utilization of traditional medicine in Indonesia is experiencing a very rapid progress. Interest of the community to utilize natural materials back to health is greatly improved. Apple or (pyrusmalus) is one among the faforit fruit in the family rosaceae or rose-mawaran. Apple plants allegedly came from around israel-Palestine, then spread throughout the world, including indonesia. Europe and Australia is the country’s most used to develop crop of apples in agribusiness. Apples contain a natural anti oxidant which is great for the health of the skin and eyes. This research uses research methods laboratory ekperimental Soap to be created with a penembahan extract of apples made with olive oil. Apple fruit is extracted by means of maceration using penyari ethanol. Ethanol extract of Apple made in the form of solid bath soaps and bath soaps performed the examination test includes solid Favorites, pH, testing methods and solid bath Soap Irritation Test made with a concentration of 2.5%, 3.5%, 4.5%. The results of the test checks gladness solid bath Soap preparations obtained are really like 13 people, like 4 people, 3 people and less like don’t like 0, pH 8.3-7.3, on the test of irritation in the preparations of solid bath SOAP from Apple fruit extracts do not cause skin redness and itching. The conclusion of the researchers extract of apples (Malusdomsticus) can be formulated in the form of preparation of solid bath Soap. The advice of researchers is expected for the next researcher to be able to formulate the Apple fruit extract (Malusdomesticus) in the form of other preparations, such as face masks.
Cream Formulation of Ethanol Extract of Banana Peel (Musa Paradisiaca Var. Sapientum (L)) Idarwati Duha; Adek Chan
Jurnal Dunia Farmasi Vol 1, No 1 (2016): Edisi Desember
Publisher : Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdf.v1i1.4348

Abstract

Introduction: Musa Paradisiaca Var. Sapientum (L) or know as the banana plants in Indonesia is a herbaceous plants that belongs to the family Musaceaa. Objective: This Study Aims tho determine the rind of banana  (Musa Paradisiaca Var. Sapientum (L)) can be formulated in Cream.Methode: This research the conducted experimental, the sample is extracted by maceration using 70% ethanol. Extract later in pekatkan at temperatrs 400C with a pressure of 100 atm. Viscous extract obtained of used at an concentration of 5%, 10% and 15%. Results: Results showed that banana peel extract can be prepared as a cream and meet the pyshical Evaluation of the stocks. Homogeneity  test result that  the preparation made sufficiently homogeneous, pH 6.5 to 6.9 is obtained cream still meet the skin’s Ph ranging between 6.0 to 7.0 and cream type test. Colculsion: Dosage formulations cream bark ethanol extract banana (Musa Paradisiaca Var. Sapientum (L)) qualified physical evaluation preparations include homogeneity, pH test dan thest type cream. 
Pengaruh Mutu Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit terhadap Tingkat Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Rm Djoelham Binjai Reza Utari; Adek Chan
Jurnal Dunia Farmasi Vol 2, No 2 (2018): Edisi April
Publisher : Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdf.v2i2.4401

Abstract

Pendahulan: Masyarakat Indonesia saat ini membutuhkan pelayanan kesehatan yang bermutu berdasarkan lima dimensi yaitu tingible (bukti fisik), reliability (kehandalan), responsiveness (ketanggapan), assurance (jaminan) dan empathy (perhatian). Tujuan: untuk mengetahui pengaruh mutu pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit terhadap tingkat kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM Djoelham Binjai tahun 2017. Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan observasi pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 121 orang dengan teknikaccidental sampling. Hasil penelitian dianalisis dengan SPSS menggunakan uji chi-square. Hasil: penelitian mutu pelayananmempunyai pengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien. Dimensi tingibel (bukti fisik) meliputi kebersihan ruang tunggu (ρvalue 0,001), kenyamanan ruang tunggu (ρvalue 0,004), dan ketersediaan tempat parkir (ρvalue 0,007). Dimensi reliability (kehandalan) meliputi pemberian informasi obat yang diberikan petugas (ρvalue 0,001), dan sikap petugas dalam melakukan diskusi dengan pasien mengenai informasi obat (ρvalue 0,001). Dimensi responsiveness (ketanggapan) meliputi ketanggapan petugas terhadap pasien (ρvalue 0,001), kecepatan petugas dalam melakukan suatu pelayanan obat dengan resep (ρvalue 0,001), dan kejelasan pelayanan informasi obat yang diberikan petugas (ρvalue 0,001). Dimensi assurance (jaminan) meliputi kelengkapan ketersediaan obat (ρvalue 0,001), sikap sopan petugas dalam memberikan pelayanan (ρvalue 0,001), dan tingkat pengetahuan dan kemampuan petugas dalam memberi informasi obat yang benar dan lengkap (ρvalue 0,019). Dimensi empathy (perhatian) meliputi keramahan petugas (ρvalue 0,001), sikap empati dari petugas dalam pelayanan (ρvalue 0,001), perhatian petugas kepada pasien dalam memberikan pelayanan (ρvalue 0,001) dan keprofesionalan petugas dalam melayani pasien (ρvalue 0,001). Kesimpulan: penelitian ini semua berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien, kecuali tingkat pengetahuan dan kemampuan petugas dalam memberi informasi obat yang benar dan lengkap.
Evaluasi Pelaksanaan Cara Distribusi Obat di PBF Rajawali Nusindo Meilyanie Wijaya; Adek Chan
Jurnal Dunia Farmasi Vol 2, No 3 (2018): Edisi Agustus
Publisher : Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdf.v2i3.4409

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Obat adalah kebutuhan primer dari manusia, oleh karena itu obat yang beredar perlu dijamin kualitasnya agar tetap sesuai dengan desain pada saat digunakan oleh pasien. Begitu pentingnya obat dalam hidup manusia sehingga dalam pembuatannya obat harus memenuhi kriteria : efficacy, safety, dan quality. kriteria tersebut harus terpenuhi mulai dari pembuatan, pendistribusian hingga penyerahan obat ke tangan konsumen harus diperhatikan kualitas obat tersebut tetap terjaga sampai pada akhirnya obat tersebut dikonsumsi oleh pasien. Penelitian ini ber Tujuan: untuk mengevaluasi pelaksanaan Cara Distribusi Obat di PBF Rajawali Nusindo tahun 2017. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan bulan Mei 2017 menggunakan daftar checklist yang memuat aspek-aspek CDOB yang meliputi manajemen mutu, organisasi, manajemen dan personalia, bangunan dan peralatan, operasional, inspekdiri, keluhan, obat dan atau bahan obat kembaliandidugapalsudanpenarikankembali, transportasi, fasilitasdistribusiberdasarkankontrak, dokumentasidan lain-lain. Hasil: penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan Cara Distribusi Obat di PBF Rajawali Nusindo tidak sesuai berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Tahun 2012. Kesimpulan: dari Penelitian ini terdapat 2 aspek Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yang belum sesuai yaitu luas ruang bangunan penyimpanan dan sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).Disarankan ruang bangunan penyimpanan obat dan/atau bahan obat di PT. Rajawali Nusindo ditambah/diperbesar agar penyusunan obat tidak terlalu menumpuk sehingga ruangan menjadi kecil dan sempit dan karyawan gudang agar lebih memperhatikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan cara memakai helm ketika kerja,sarungtangan, masker, sepatu bots, dan kacamata.
Efektivitas Sediaan Gel dari Ekstrak Etanol Daun Pegagan (Centellaasiacita L ) dan Daun Pepaya (Carica papaya L Agus Virend Siahaan; Adek Chan
Jurnal Dunia Farmasi Vol 2, No 2 (2018): Edisi April
Publisher : Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdf.v2i2.4397

Abstract

Pendahuluan: Pengetahuan dan pengalaman nenek moyang pada zaman dahulu telah mampu mengatasi permasalahan kesehatan dengan menggunakan obat tradisional. Seperti daun pegagan (Centellaasiacita) dan daun pepaya (Caricapapaya L.) yang sebagian masyrakat telah mengetahui khasiatnya seperti anti septik, menambah nafsu makan dan juga bermamfaat dalam penyembuhan luka bakar.Tujuan: Untuk mengetahui daun pegagan (Centella asitica L.Urb.)dan daun Pepaya(Carica papaya) dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan gel luka bakar. Metode: Penelitian ini bersifat eksperimental. Daun pegagan (Centella asiacita ) dan daun pepaya (Carica papaya L.) di ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Tiap kelompok uji masing-masing terdiri dari 5 ekor mencit jantan. Sediaan gel dibuat kedalam 3 sediaan dengan konsentrasi (1%, 3%, 5%). Selanjutnya gel dan control positif (neomicinsulfat) di ujikan pada tiap-tiap kelompok percobaan, kemudian dibandingkan kemampuan penyembuhan lukanya. Hasil: penelitian menunjukkan pada perlakuan pengobatan menggunakan ekstrak etanol daun pegagan dan daun papaya perubahan luka menurun secara perlahan-lahan. Pada konsentrasi 1%, 3% perubahan luka bakar mengecil, 5,0 mm dan 3,2 mm, sedangkan pada konsentrasi 5% perubahan luka bakar mengecil jadi 2,4 mm, sedangkan control positif mengecil menjadi 1 mm setelah pengujian selama 12 hari. Kesimpulan: Penelitian ini adalah gel ekstrak etanol kombinasi daun pegagan dan daun papaya dapat berkhasiat dalam penyembuhan luka bakar. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak efek penyembuhan lukanya semakin cepat, tetapi masih lebih bagus dengan control positif (Neomicinsulfat).
Gambaran Persepsi Masyarakat Tentang Obat Generik dan Obat Merek Dagang di Daerah Pasar Lam Ateuk Aceh Besar Mutawatir Mutawatir; Adek Chan; Darwin Syamsul
Jurnal Dunia Farmasi Vol 3, No 2 (2019): Edisi April
Publisher : Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdf.v3i2.4478

Abstract

Pendahuluan;Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/I/2010 obat generik adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalamFarmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat khasiat yang dikandungnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/068/I/2010 obat bermerek dagang adalah obat generik dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan. Dari satu nama generik dapat di produksi berbagai macam sediaan obat dengan nama dagang yang berbeda. Tujuan; Untuk untuk mengetahui gambaran persepsi masyarakat tentang obat generik dan obat merek dagang  di Daerah Pasar Lam Ateuk Kabupaten Aceh Besar yang meliputi defenisi, harga, mutu, dan peraturan pemerintah.Metode; Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa kuesioner yaitu menggambarkan persepsi  masyarakat tentang obat generik dan obat merek dagang  di Daerah Pasar Lam Ateuk Kabupaten Aceh Besar yang meliputi defenisi, harga, mutu, dan peraturan pemerintah. Hasil;Hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 69 orang responden hanya 1 responden memiliki persepsi baik terhadap pengertian obat generik dan obat merk dagang di Daerah Pasar Lam Ateuk Aceh Besar dengan presentase 1,4%, dan sebanyak 43 responden yang memiliki persepsi cukup dengan presentase 62,3%, sedangkan sebanyak 25 responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan persentase 36,2%. Kesimpulan; Dapat disimpulan bahwa persepsi masyarakat tentang obat generik dan obat merek dagang di di daerah Pasar Lam Ateuk Aceh Besar dapat dikatagorikan cukup.
Uji Antiseptik Sabun Cair Ekstrak Daun Lantana camara L. Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus sp. Melia Sari; Adek Chan; Gabriella Septiani Nasution; Dewi Kristiani Mendrofa
Majalah Farmasetika Vol 7, No 3 (2022): Vol. 7, No. 3, Tahun 2022
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v7i3.37876

Abstract

Daun saliara (Lantana camara L.) termasuk gulma tahunan berbentuk perdu, berkayu dan berakar tunggang. Daun saliara mengandung senyawa aktif minyak atsiri, flavonoid, alkaloid, tanin, saponin merupakan senyawa yang bersifat sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekstrak etanol daun saliara dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan sabun cair dan memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. Penelitian ini bersifat eksperimental yaitu ekstrak etanol daun saliara (Lantana camara L.) dengan konsentrasi 3%, 6% dan 9% dan dilakukan uji sifat fisik sediaan dengan uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji tinggi busa, uji viskositas dan uji aktivitas antibakteri. Pembuatan sediaan sabun cair ekstrak etanol daun saliara (Lantana camara L.) konsentrasi 3%, 6% dan 9% memenuhi kriteria uji organoleptis bewarna hijau dan tekstur cair, uji homogenitas menunjukkan sediaan homogen, uji pH sabun cair yaitu 8-9, uji tinggi busa yaitu 53-86 mm, uji viskositas 1073-2890 cps dan uji aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 3%, memiliki daya hambat 5 mm, konsentrasi 6% memiliki daya hambat 5,5 mm dan konsentrasi 9% memiliki daya hambat 6 mm. Sedangkan pada uji aktivitas terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dengan konsentrasi 3% memiliki daya hambat 5 mm, konsentrasi 6% memiliki daya hambat 6 mm dan konsentrasi 9% memiliki daya hambat 7 mm. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sabun cair ekstrak etanol daun saliara (Lantana camara L.) memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis.
Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium Polyanthum (Wight) Walp) sebagai Antiseptik Tangan Mutia Rimala; Adek Chan
Jurnal Dunia Farmasi Vol 3, No 1 (2018): Edisi Desember
Publisher : Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdf.v3i1.4417

Abstract

Pendahuluan: Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp) merupakan salah satu tanaman yang digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu dapur. Selain digunakan sebagai bumbu dapur daun salam juga digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun salam adalah minyak atsiri (0,05%) yang mengandung sitral dan eugenol, tanin dan flavonoid yang mempunyai aktivitas antibakteri. Penelitian ini Tujuan: untuk mengetahui formulasi sediaan gel dengan penggunaan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp) sebagai antiseptik tangan. Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental yang menggunakan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp) dengan konsentrasi 0% (blanko), 10%, 12% dan 15%. Evaluasi sediaan gel meliputi uji organoleptis, homogenitas, pH, viskositas dan uji iritasi. Hasil: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Hasil dari pengujian yang dilakukan terhadap keempat formulasi diantaranya uji organoleptis (setengah padat dan semakin tinggi konsentrasi, warna yang dihasilkan semakin pekat dan aroma khas ekstrak daun salam). Uji pH berkisar 6,3-6,5, homogen, uji viskositas menunjukkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun salam maka viskositas sediaan semakin meningkat. Uji iritasi yang memberikan hasil negatif terhadap reaksi iritasi yang diamati. Kesimpulan: dari penelitian ini bahwa ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp) dapat diformulasikan kedalam sediaan gel antiseptik tangan. Disarankan pada peneliti selanjutnya Perlu dilakukan uji antibakteri untuk mengetahui apakah gel ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp) aktif menghambat bakteri yang ada ditangan terutama bakteri Staphylococcus aureus.
Evaluasi Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Kabupaten Serdang Bedagai Rodiahti Pulungan; Adek Chan; Ella Fransiska
Jurnal Dunia Farmasi Vol 3, No 3 (2019): Edisi Agustus
Publisher : Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdf.v3i3.4484

Abstract

Pendahuluan;Penggunaanobattidakrasionalmerupakanmasalahglobalyangsangatekstrim.World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 50% obatseluruhduniadiresepkan,diracikataudijualdengantidaktepat,dansekitartidak digunakan secara tepat oleh pasien. Tujuan;Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia  Tahun 2015 – 2019  Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan  dalam Sasaran Peningkatan Pelayanan Kefarmasian, persentase penggunaan obat rasional di Puskesmas sebesar 60%.Metode;Penelitian ini adalah jenispenelitiananalisis survey Analitikyangmenggunakandesain penelitianretrospektif yangdilakukandiseluruhpuskesmas Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utaraberjumlah 20 puskesmas yang bertujuan untuk mengetahui jumlah Puskesmas yang melakukan penggunaan obat rasional.Hasil;Penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa persentase penggunaan obat rasional dimulai dari tertinggi sampai terendah secara berurutan adalah puskesmas  Pegajahan (97,40%); Pantai Cermin (91,70%); Melati (83,30%); Tanjung Beringin (69,50%); Sialang Buah (67,10%); Bintang Bayu (66,50%); Perbaungan (62,30%); Kuala Bali (61,60%); Sei Rampah (54,20%); Sipispis (52,70%); Bandar Khalifah ( 51,70%); Silinda (50,80%); Pangkalan Budiman (49,00%); Desa Pon (48,15%); Paya Lombang (46,30%); Tebing Syahbandar (43,50%); Dolok Merawan (43,10%); Dolok Masihul (42,90%); Kotarih (41,20%); Naga Kesiangan (37,30%); Rata-rata persentase penggunaan obat rasional kabupaten Serdang Bedagai sebesar 59,10%.Kesimpulan;Puskesmas yang telah melakukan penggunaan obat rasional berjumlah 8  Puskesmas (40%) dari 20 puskesmas di Kabupaten Serdang Bedagai.
Evaluasi Cara Pemakaian Insulin Pen pada Pasien Diabetes Melitus di Rsud Tanjung Pura Sofiana Sofiana; Adek Chan
Jurnal Dunia Farmasi Vol 2, No 3 (2018): Edisi Agustus
Publisher : Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdf.v2i3.4410

Abstract

Pendahuluan: Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah (hyperglikemia) sebagai akibat dari kekurangan sekresi insulin, gangguan aktivitas insulin atau keduanya ( American Diabetes Association (ADA), 2004 dalam Smeltzer, et al. 2008). Diabetes melitus merupakan penyakit kronis dimana pengobatannya bisa dengan obat hipoglikemik oral dan bila tidak tercapai target terapinya harus ditambah injeksi insulin. Insulin dapat digunakan sebagai monoterapi atau dikombinasikan dengan obat hipoglikemik oral.  Tujuan: untuk mengevaluasi cara pemakaian insulin pen pada penderita diabetes melitus. Responden yang dipilih adalah pasien yang menderita diabetes melitus di poli rawat jalan RSUD Tanjung Pura. Metode: Sampel yang diambil dari rekam medik di RSUD Tanjung Pura dengan metode pendekatan cross sectional. Analisis data dijelaskan dengan statistik deskriptif . Hasil: penelitian menunjukan bahwa penderita diabetes melitus berdasarkan tempat tinggal diluar tanjung pura memiliki persentase lebih tinggi 40 pasien (72,7%), berdasarkan jenis kelamin yang berjenis kelamin wanita memilik persentase lebih tinggi 37 pasien (67,3%), berdasarkan umur pasien yang menderita diabetes melitus antara umur 45-54 sebanyak 20 pasien (36,4%), berdasarkan pendidikan yang menderita diabetes melitus dengan tingkat pindidikan SD sebanyak 17 pasien (30,4%) dan berdasarkan pekerjaan pasien yang menderita diabetes melitus adalah ibu rumah tangga sebanyak 32 pasien (56,2%). Kesimpulan: Fasilitas yang terdapat di RSUD Tanjung Pura masih sangat kurang, karena tidak adanya tempat untuk melakukan penyuluhan dan promosi kesehatan, sehingga pengetahuan pasien tentang diabetes melitus juga sangat sediki.