Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Mengakar Kembali Perdebatan Konsep Civil Religion Robert N. Bellah Dan Jean Jacques Rousseau Robby Darwis Nasution
ARISTO Vol 8, No 1 (2020): Januari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.477 KB) | DOI: 10.24269/ars.v8i1.2269

Abstract

Kesimpulan yang diambil oleh Geovanie ini sangat tidak tepat jika dilihat dari beberapa tokoh civil religion seperti contoh Bellah yang menyatakan bahwa civil religion di Amerika lebih condong kepada kepatuhan masyarakat atau rakyat terhadap pemerintah dan hukum yang berlaku. Kepatuhan ini seolah-oleh telah men-Tuhankan pemerintah tetapi Rousseau memiliki pendapat lain dimana menurut Rousseau, agama sipil lebih kepada agama yang berkembang dimasyarakat meskipun hanya seperti pemujaan terhadap berhala. Melihat dari keseluruhan isi dari buku yang ditulis oleh Geovanie ini maka menarik sekali untuk menyusun resensi dari buku ini. Tujuan lainnya adalah meluruskan kembali konsep dasar dari civil religion menurut pendapat para ahli sehingga para pembaca menjadi runtut dalam memahami konsep ini.
Analisis Efektifitas Pola Rekrutmen Kader Rantingmuhammadiyah Di Ponorogo Robby Darwis Nasution
ARISTO Vol 6, No 1 (2018): Januari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (536.591 KB) | DOI: 10.24269/ars.v6i1.782

Abstract

professional resources that can support all kinds of vision, mission or goals of the organization. To get members who have a high professionalism of course required a good recruitment and not just random, because how many members of an organization would be meaningless if not have adequate competence. Conversely, if an organization, although having few members but in each member has adequate competence, then the rate of development of the organization will run well then it is important that large organizations such as Muhammadiyah looking for the right pattern in recruitment cadres in order to support organizational performance. Furthermore, in this research will use descriptive qualitative research method by taking samples from three twigs in Ponorogo regency which represents the central city area, the central area and the periphery. The conclusion this research is recruitment pattern owned by the Muhammadiyah organization is Muhammadiyah educational institution, employee charity Muhamamdiyah, and the general public and there is no direct recruitment process.Orientation or encouragement of prospective members to participate in Muhammadiyah organization other than it is as a medium of learning and means of worship (non-profit oriented). This is very different from the existing recruitment theory where recruitment theory in general is on profit oriented organizations or companies.
STRATEGI BUMDES DALAM PENYELENGGARAAN MANAJEMEN ASET SERTA PENGEMBANGAN KOMODITAS KEPARIWISATAAN DI DESA PONGGOK, POLAN HARJO, KLATEN Yusuf Adam Hilman; Robby Darwis Nasution
Tourism Scientific Journal Vol. 5 No. 1 (2019): Vol 5 No 1
Publisher : STIEPAR YAPARI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32659/tsj.v5i1.52

Abstract

Perwujudan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih atau Good Governance di level desa sangat erat dengan manajemen pengelolaan aset yang dilakukan secara transparan, partisipatif, dan bertanggungjawab, dalam Undang – undang no 06 tahun 2014 tentang Desa dijelaskan bahwa praktik pengelolaan aset bisa di lakukan melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), melalui program – program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, BUMDes “Tirta Mandiri” Desa Ponggok, Kecamatan Polan Harjo, Kabupaten Klaten melakukan pengelolaan  di sektor pariwisata, sebagai sektor unggulan. Setelah berjalan dalam kurun waktu 9 (Sembilan) tahun BUMDes “Tirta Mandiri” dianggap berhasil, hal ini tidak terlepas dari analisis SWAT dalam aktifitas tersebut. kajian ini bertujuan untuk menggambarkan langkah – langkah strategis  dalam proses pengelolaan aset di wilayah tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, dengan menggunakan data primer dan sekunder, seperti: wawancara, dokumentasi, serta observasi, untuk memperoleh data hasil wawancara, peneliti menggunakan metode purposive sampling dimana informan dipilih atas dasar pemahaman terhadap objek yang dikaji, sehingga informasi yang diberikan menjadi akurat. Keberhasilan manajemen pengelolaan aset yang dilakukan oleh BUMDes “Tirta Mandiri”, dalam upaya menjalankan bisnis atau wirausaha secara professional, dapat dianalisis sebagai berikut: 1). Aspek legal formal sebagai sebuah ancaman dapat diselesaikan melalui pembentukan BUMDes “Tirta Mandiri” yang nantinya akan melaksanaan pengelolaan aset, sehingga jelas garis organisasinya, 2). Pendirian badan hukum lembaga sebagai sebuah peluang untuk memperkuat kelembagaan, sehingga investasi yang masuk akan jelas hubungan kemitraan yang menjadi dasar pengembangan aset, 3). Sektor Pariwisata dan destinasi Gastronomi bisa dijadikan kekuatan yang dapat dikembangkan sebagai sektor unggulan dengan dampak langsung yang bisa di rasakan oleh masyarakat sekitar, 4). Kelemahan utama adalah mempersiapkan Sumber daya masyarakat, hal ini sudah di selesaikan oleh BUMDes dengan melakukan berbagai pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan masyrakat untuk mendukung sektor unggulan desa. Kata Kunci: Good Governance, Manjemen Aset, BUMDes, Analisis SWAT
Sikap Pemerintah Ponorogo Dalam Pemberian Efek Jera Terhadap Masyarakat Pasca Uji Coba “New Normal” Alfi Dwi Krismaroca; Robby Darwis Nasution
GOVERNMENT : Jurnal Ilmu Pemerintahan Volume 14 Nomor 1, Januari 2021
Publisher : Departemen Ilmu Pemerintahan Fisip Unhas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31947/jgov.v14i1.12928

Abstract

At present the term of New Normal has spread to various element of society, and is existence is a subject of serious discussion. The government and society are equally aware that New Normal is a new lifestyle in the pandemic Covid-19 era which aims ro revive the center of economi, business, and social interaction between society in various regions. New Normal at it’s essence is to require people to conform, also in accordance with health protocols. Anywhere based on the Covid-19 pandemic era ends. Ponorogo is one of the district that has used the New Normal national discourse as a concept to be tested. But after it is implemented, it is found that there are still many people who are not aware and take care of themselves by not wearing masks when traveling. This phenomenon certainly triggers serious concern, so tis research seeks to provide a description through collecting valid data and supported by relevant theories as a narrative reinforcement. Many society who still violate also indicates the extent to which the effectiveness and efforts of the Ponorogo government so far has been conducting socialization and education about the dangers of Covid-19 and ways to counter it
EFFECT OF THE DEVELOPMENT OF COMMUNICATION INFORMATION TECHNOLOGY ON LOCAL CULTURAL EXISTENCE Robby Darwis Nasution
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol 21, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik - Juli 2017
Publisher : BPSDMP Kominfo Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (486.789 KB) | DOI: 10.33299/jpkop.21.1.981

Abstract

The development of technology and information brings the impact of the entry of Western culture and create changes in patterns of behavior of people who tend to westernization. Globalization which is followed by the rapid development of information and communication technology is also a major trigger of Western cultural acculturation to Indigenous cultures. Cyberspace has entered the era of Second Media Age where the number of growth of internet users in the world is increasing sharply as well as in Indonesia. In Indonesia the number of smartphone users reached 41.3 million users which means the number of internet users is also high. The effect of the development of information and communication access is the occurrence of cultural globalization which has eliminated boundaries and legitimacy through an ideology of progress. The loss of legitimacy of this boundary will ultimately be a major threat to the local culture against the onslaught of Western culture, so the most likely option is to become a Global Homogeneity or even grow local cultural Maturity. Resistance to values that are not in accordance with our local culture will be directly rejected or filtered by our local culture. The key to the success of this filtering is how strongly our local culture, norms or customs are and how strong they are as our ideologies in everyday life. If our culture, norms or customs do not stick strongly as the ideologies we hold on a daily basis it is very likely the loss of our local culture and transform into Global Homogeneity, and if our culture is firmly established as an ideology we hold on a daily basis then westernisation will not Can damage our local culture so that what happens is our local cultural maturity. Keywords: globalization, technology development, local culture, westernization  Perkembangan teknologi dan informasi membawa dampak masuknya budaya Barat dan menciptaka perubahan pola perilaku masyarakat yang condong ke westernisasi. Globalisasi yang diikuti dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin cepat juga menjadi pemicu utama akulturasi budaya Barat terhadap budaya Pribumi. Cyberspace telah memasuki masa Second Media Age dimana jumlah pertumbuhan pengguna internet di dunia semakin meningkat tajam begitu juga di Indonesia. Di Indonesia jumlah pengguna smartphone mencapai 41,3 juta pengguna yang ini berarti jumlah pengguna internet juga tinggi. Efek yang ditimbulkan dari perkembangan akses informasi dan komunikasi adalah terjadinya globalisasi budaya dimana telah menghilangkan batas serta legitimasi melalui sebuah ideologi kemajuan. Hilangnya legitimasi batas ini pada akhirnya akan menjadi ancaman utama bagi budaya lokal terhadap gempuran budaya Barat, sehingga pilihan yang mungin terjadi adalah menjadi Homogenitas Global atau malah tumbuh Kedewasaan budaya lokal. Resistensi terhadap nilai-nilai yang tidak sesuai dengan budaya lokal kita maka secara langsung akan ditolak atau dilakukan filtering oleh budaya lokal kita. Kunci utama dari keberhasilan dari filterisasi ini adalah seberapa kuat budaya, norma ataupun adat lokal yang kita miliki dan seberapa kuat budaya tersebut menancap sebagai ideologi kita di kehidupan sehari-hari. Jika budaya, norma atau adat kita tidak menancap kuat sebagai ideologi yang kita pegang teguh setiap hari maka sangat mungkin hilangnya budaya lokal kita dan berubah menjadi Homogenitas Global, dan begitupun jika budaya kita menancap kuat sebagai ideologi yang kita pegang teguh setiap hari maka westernisasi tidak akan bisa merusak budaya lokal kita sehingga yang terjadi adalah kedewasaan budaya lokal kita. Kata Kunci : globalisasi, perkembangan teknologi, budaya lokal, westernisasi   
TANTANGAN DESA DALAM MENGHADAPI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DI ERA GLOBALISASI robby darwis nasution
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol 20, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik
Publisher : BPSDMP Kominfo Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33299/jpkop.20.1.525

Abstract

Perkembangan teknologi informasi merupakan pertanda akan dimulainya era globalisasi dimana dalam era ini semakin tipis batas antara negara satu dengan negara lain. Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi ini juga telah merubah sistem pemerintahan di Indonesia menuju sistem pemerintahan berbasis internet (e-governance). Dengan masuknya era globalisasi ini maka pemerintah harus merubah arah kebijakan publik dari pola tradisional kearah berbasis internet. Perubahan arah kebijakan publik dari pemerintah serta terbukanya akses kerjasama antara pemerintah didalam negeri dengan pemerintah di luar negeri pada akhirnya akan terbentuk jalinan kerjasama secara global. Jalinan kerjasama ini tidak menutup kemungkinan akan dilakukan oleh pemeritahan desa sehingga konsep globa village bukan lagi suatu keniscahyaan. Dalam penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Kesimpulan yang bisa diambil dari penelitian ini adalah  kendala utama dalam penerapan global village ini adalah kesenjangan Sumber Daya Manusia (SDM) antara wilayah core (kota) dengan wilayah periphery (pinggiran). Kesenjangan SDM itulah yang selanjutnya menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Indonesia guna memakmurkan negara ini, karena desa sebagai tumpuan atau garda terdepan dan merupakan harapan keberhasilan dalam segala urusan dan segenap unsur yang berada diatasnya. Indonesia bisa dikatakan makmur jika desa ikut makmur.Kata Kunci : desa, globalisasi, global village, teknologi informasi
PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN DESA TANGGAP BENCANA Yusuf Adam Hilman; Khoirurrosyidin Khoirurrosyidin; Robby Darwis Nasution
Jurnal Abdimas Bina Bangsa Vol. 2 No. 1 (2021): Jurnal Abdimas Bina Bangsa
Publisher : LPPM Universitas Bina Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.218 KB) | DOI: 10.46306/jabb.v2i1.110

Abstract

Praktik pemberdayaan yang dilakukan berangkat dari kondisi kelembagaan pemerintahan desa, yang masih mencari formula yang tepat dalam rangka memperkuat kapasitasnya dalam membangun sistem penanggulangan bencana di level pemerintah desa,  supaya dapat memunculkan bentuk kelembagaan desa tangga bencana yang tepat. Penguatan kelembagaan desa tanggap bencana berusaha mengujikan permodelan dengan memperkuat kelembagaan desa, melalui beberapa tahapan, diantaranya: 1). Komunikasi dengan pemerintah desa 2). FGD dan musyawarah Permodelan desa tanggap bencana, 3). Rekomendasi hasil FGD dan Musyawarah. Pemerintah desa melihat bahwa kelembagaan desa tanggap bencana dirasakan sangat di perlukan, beberapa hal telah disepakati, terkait pembentukan kelembagaan Tangguh bencana, persoalan anggaran, dna juga partisipasi masyarakat, yang harus dilanjutkan dalam tahap selanjutnya
DINAMIKA PRAKTIK COLLABORATIVE GOVERNMENT DI BIDANG KEBENCANAAN DI DESA NGABAR KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO, JAWA TIMUR Khoirurrosyidin Khoirurrosyidin; Robby Darwis Nasution; Bambang Triono; Yusuf Adam Hilman
Jurnal Agregasi : Aksi Reformasi Government dalam Demokrasi Vol 9 No 2 (2021)
Publisher : Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Komputer Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/agregasi.v9i2.5281

Abstract

Konsep Colaborative Government mulai banyak di praktikan oleh lembaga pemerintah, hal ini tidak terlepas dari kebutuhan lembaga yang ingin menjalankan programya secara maksimal, melalui pelibatan aktor di luar sistem, pemerintah menyadari bahwa mereka tidak akan bisa mencapai keberhasilan dalam menjalankan program jika dilakukan sendiri tanpa bantuan pihak lain, sehingga keterlibatan pihak lain menjadi penting, seperti: akademisi, media, dan juga komunitas masyarakat, selama ini konsep Colaborative Governemnt telah banyak dilakukan di sektor ekonomi, namun jika di laksanakan dalam program kebencanaan apakah memungkinkan, atau bisa optimal. Praktik Penanggulangan bencana yang ada di Desa Ngabar, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo selama ini masih berjalan secara tekstual, melalui koordinasi dengan struktur pemerintahan yang ada di atasnya, hal ini masih sangat umum dan perangkat desa menyadari hal tersebut, bahwa secara kelembagaan diperlukan pihak – pihak di luar pemerintah untuk membantu tugas mereka, akan tetapi ada kendala terkait bagaimana caranya dan apakah dapat memanfaatkan anggaran yang dimiliki desa, perlu adanya inisiatif dan juga masukan – masukan yang mendukung praktik tersebut supaya dapat terlaksana.
Analisis Perubahan Orientasi Pola Hidup Mahasiswa Pasca Berakhirnya Masa Pandemi Covid-19 Bilqis Farah; Robby Darwis Nasution
Jurnal Noken: Ilmu-Ilmu Sosial Vol. 5 No. 2 (2020): Juni
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33506/jn.v5i2.968

Abstract

Krisis yang terjadi di dunia saat ini akibat munculnya Covid-19 telah memberikan berbagai perubahan mendasar pada kehidupan sosial masyarakat. Salah satu yang patut disoroti adalah dalam bidang pembelajaran pada tingkat mahasiswa, dimana telah nampak terjadi perubahan secara mendasar. Mahasiswa merupakan salah satu status sosial yang disandang oleh orang-orang yang menempuh pendidikan tingkat tinggi, yang juga sarat dengan keilmuan maupun sisi intelektualnya. Pemikiran mahasiswa yang cenderung maju dan kerapnya melakukan aksi sosial, menjadikan mahasiswa sebagai jembatan penghubung bagi perkembangan kehidupan masyarakat luas. Di tengah era Covid-19 ini, potensi sosial dari mahasiswa menjadi perbincangan oleh sebagian pihak terutama para akademisi dan peneliti. Tujuan dari penelitian ini adalah berupa bentuk analisis terhadap kemungkinan perubahan orientasi pada kehidupan mahasiswa pasca berakhirnya masa pandemi Covid-19. Metode yang dilakukan adalah dengan (studi kepustakaan) dimana mengamati fenomena yang terjadi serta didukung berbagai penelitian, artikel, maupun opini terkait untuk kemudian dijelaskan secara deskriptif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah mahasiswa sangat berpotensi besar untuk mengalami perubahan pada pola hidup dan interaksi akibat penerapan belajar online. Eksistensi mahasiswa menjadi dikhawatirkan, sehingga hal ini mengancam terbentuknya generasi intelektual yang berkualitas. Mengingat saat ini pola interaksi dan pembelajaran pada mahasiswa menjadi berbeda, serta mereka juga berada dalam tahap penyesuaian. Hal ini dapat disimpulkan sebagai suatu permasalahan kompleks, tentang realitas sosial yang telah terjadi dan diprediksi pada kalangan mahasiswa. Maka dari itu, pola pembelajaran online merupakan sesuatu yang tak boleh habis untuk dikaji.
Melawan Kepunahan Becak Dengan Membentuk Becak Wisata Di Ponorogo Norma Maharani; Robby Darwis Nasution
Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial Vol. 6 No. 1 (2020): Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jiis.v6i1.25181

Abstract

Di era globalisasi dan modernisasi saat ini, semua orang beralih menggunakan transportasi modern dan meninggalkan transportasi tradisional, hal ini dapat menyebabkan becak menjadi punah. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam melawan kepunahan becak di Ponorogo. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan sumber data primer dan sekunder. Teknik pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan informan Kepala Dinas Perdagkum, Kepala Dinas Pariwisata, dan Ketua Paguyuban Becak Kayuh Suromenggolo Ponorogo. Hasil dari penelitian ini, dalam membentuk becak wisata memerlukan proses dari pembentukan dan peresmian paguyuban becak, proses pencairan dana hibah, kemudian peresmian becak wisata. Kesimpulannya untuk melawan kepunahan becak atas munculnya modernisasi dimulai dari kebijakan Pemerintah Kabupaten Ponorogo membentuk becak wisata yang mencerminkan ciri khas Ponorogo dan beroperasi di 36 titik Kota Ponorogo dengan menggunakan atribut reog dan panadon.Kata kunci: Becak wisata; Wisata; Kepunahan; Modernisasi