Claim Missing Document
Check
Articles

Pengaruh Bentuk Irisan Nanas Terhadap Mutu Simpan Terolah Minimal Lisa Maulidia; Rita Khatir; Ratna Ratna
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 2, No 3 (2017): Agustus 2017
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (577.988 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v2i3.4135

Abstract

Abstrak. Nanas (Ananas comosus Merr) segar mempunyai umur simpan yang relatif singkat. Penyimpanan dengan menggunakan kemasan plastik vakum pada suhu rendah selama penyimpanan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpan buah nanas terolah minimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bentuk irisan buah nanas terolah minimal terhadap kualitas dan umur simpan nanas pada pengemasan  vakum menggunakan kemasan plastik polypropilen (PP). Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial, dengan faktor perlakuan adalah variasi bentuk irisan pada buah nanas yang terdiri dari 3 taraf yaitu irisan membujur, irisan dadu, dan irisan memanjang. Nanas dipotong setebal 2 cm dan disimpan pada suhu 10°C. Pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali sampai batas ditolak oleh panelis dengan nilai minimal 2 (tidak suka). Pengamatan penelitian meliputi umur simpan, susut bobot, kekerasan, vitamin C dan total padatan terlarut (TPT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nanas terolah minimal yang disimpan pada suhu 10ºC dalam kemasan vakum dengan bentuk irisan memanjang memiliki umur simpan 10 hari, sedangkan dengan bentuk irisan membujur dan irisan dadu memiliki umur simpan 6 dan 8 hari. Perlakuan variasi bentuk irisan tidak berpengaruh nyata terhadap susut bobot, kekerasan, TPT dan vitamin C pada buah nanas terolah minimal tersebut. Susut bobot yang terendah adalah pada perlakuan irisan dadu sebesar 0,9% dan tertinggi pada irisan membujur sebesar 5,2%. Kekerasan tertinggi pada irisan memanjang sebesar 0,7 kg/cm2  dan terendah pada irisan dadu sebesar 0,5 kg/cm2. Perlakuan nanas terolah minimal dengan irisan dadu menunjukkan nilai TPT tertinggi yaitu sebesar 13,3%Brix dan nilai vitamin C tertinggi sebesar 12,03 mg/100 g  bahan segar. The Influences of Cut Types on the Quality of Fresh Minimally Processed Pineapple Abstract. Fresh pineapple (Ananas comosus Merr) has short life span. The storage at vacuum and low temperature condition by using plastic bag is expected to maintain the quality and prolong the life span of fresh minimally processed pineapple. The study aimed to evaluate the influence of cut types of fresh minimally processed pineapple on its quality and shelf life. The study was done under complete random design non factorial with the cut types treatment consisted of 3 variations i.e. slicing, dicing, and julienne. The fruit was cut at thickness of 2 cm and stored at temperature of 10 C. The observation was conducted every 2 day until the consumers rejection by minimal score of 2 (dislike). The parameters observed were the life span, weight loss, the hardness, vitamin C and the total soluble solid. Results showed that the fresh minimally processed pineapple with julienne cut type had the longest life span i.e. 10 days, whereas he fresh minimally processed pineapple with slicing and dicing cut types had life span at 6 and 8 days, respectively. All cut types did not influence the weight loss, the hardness, vitamin C dan total soluble solid of fresh minimally processed pineapple. The lowest weight loss was indicated at dicing cut type (0.9%), while the highest weight loss was indicated at slicing cut type (5.2%). The hardest condition of fruit texture was observed at julienne cut type (0.7 kg/cm2), while the softest condition of fruit texture was observed at dicing cut type (0.5 kg/cm2). The best performance of total soluble solid and vitamin C were determined at dicing cut type.
Pendugaan Penurunan Kandungan Asam Askorbat Brokoli(Brasisca oleracea Var. Italica) Selama Penyimpanan Dingin Menggunakan Pendekatan Persamaan Arrhenius Abu Bakar; Kiman Siregar; Ratna Ratna
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 1 (2019): Februari 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (973.859 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v4i1.10163

Abstract

Menganalisis mutu selama penyimpanan dapat dilakukan dengan mengendalikan kondisi penyimpanan tertentu serta menduga laju penurunan mutu yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk menduga penurunan kandungan  asam askorbat (Brassica oleracea Var. Italica) selama penyimpanan mengunakan pendekatan persamaan Arrhenius. Brokoli disimpan dengan variasi suhu yaitu suhu 5 ⁰C, 10 ⁰C, dan 20 ⁰C. Analisis dilakukan 3 hari sekali hingga panelis menolak dengan parameter susut bobot, tingkat kekerasan, Klorofil, Kalsium, vitamin C (Asam Asam dan uji organoleptik yaitu warna, rasa, aroma dan tekstur.Model Arrhenius berdasarkan kandungan vitamin C (asam askorbat) menghasilkan umur simpan pada brokoli yaitu pada suhu 5°C dengan kemasan adalah 21 hari dengan nilai R² adalah 0,97, pada suhu 10°C dengan kemasan didapatkan umur simpan 21 hari dengan nilai R² adalah 0,98, pada suhu 20°C didapatkan umur simpan yaitu 6 hari dengan nilai R² adalah 0,97.Perlakuan terbaik pada penelitian ini yang mampu mempertahankan mutu simpan brokoli dan memiliki umur simpan yang lama, yaitu penyimpanan pada suhu 5°C dengan berdasarkan parameter susut bobot terendah sebesar 11,5%, tingkat kekerasan tertinggi sebesar 0,7 kg/cm², penyimpanan suhu 5 °C dengan kemasan 21 hari penurunan kandungan vitamin C (asam askorbat) terendah yaitu 21,2 mg , dan penurunan klorofil sebesar 0,35 mg/1gr.Establishment Of Ascorbic acid Of Broccoli (Brassica oleracea  Var. Italica) , During Storage With Arrhenius ApproachAbstract. Analyzing quality during storage can be done by controlling certain storage conditions as well as suspecting the rate of degradation that occurs. This study aims to estimate the decrease in ascorbic acid content (Brassica oleracea Var Italica) during storage using the Arrhenius equation approach. Broccoli is stored with temperature variations of 5 ⁰C, 10 ⁰C, and 20 ⁰C. Analysis is done every 3 days until panelist refused with weight loss parameter, hardness level, chlorophyll, calcium, vitamin C acid acid and organoleptic test that is color, flavor, aroma and texture. Arrhenius model based on vitamin C content (ascorbic acid) produces shelf life at broccoli ie at 5 ° C with packing is 21 days with R² value is 0.97, at 10 ° C with packaging obtained by 21 days saving life with R² value is0.98, at 20 ° C we have a shelf life of 6 days with R² value is 0.97. The best treatment in this study is able to maintain the quality of broccoli and has a long shelf life, ie storage at 5 ° C based on the lowest weight loss parameter of 11.5%, the highest hardness level of 0.7 kg / cm², storage temperature of  5 ° C with the 21 day packs of decrease in vitamin C content (ascorbic acid) the lowest is 212 mg, and the decrease of chlorophyll by 0.35 mg / 1gr. 
Karakteristik Pengeringan Serai Dapur (Cymbopogon citratus L.) Menggunakan Tray Dryer Berdasarkan Proses Blanching yang Berbeda Achyar Fadsy; Bambang Sukarno Putra; Ratna Ratna
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 1 (2019): Februari 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (798.757 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v4i1.10204

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik pengeringan serai dapur menggunakan alat pengering Tray Dryer berdasarkan perlakuan blanching yang berbeda untuk produksi bubuk serai. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan perlakuan tanpa blanching, blanching dengan uap, dan blanching dengan air panas. Parameter penelitian meliputi suhu lingkungan, kelembaban udara, kecepatan aliran udara, pengukuran bobot selama pengeringan, pengukuran kadar air selama pengeringan, laju pengeringan, kadar air bubuk serai dapur, rendemen, dan uji organoleptik (aroma dan warna). Uji hedonik dilakukan terhadap 30 orang panelis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan tanpa blanching, blanching uap, dan blanching air tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air, namun berpengaruh nyata pada rendemen, organoleptik aroma, dan organoleptik warna. Berdasarkan hasil uji lanjut Beda Nyata terkecil (BNt), dapat disimpulkan bahwa perlakuan terbaik didapatkan pada perlakuan blanching dengan uap. Pada perlakuan tersebut diperoleh rendemen sebesar 18,17%, kadar air 8,85%, skor kesukaan terhadap warna 4 (suka) dan skor kesukaan terhadap bau 4 (suka).Characteristic of Lemongrass Drying (Cymbopogon citratus L) Using Try Dryer Based on Different Blanching ProcessAbstract. This study was to examine the characteristics of drying the lemongrass using a Tray Dryer based on different blanching treatments for the production of lemongrass powder. This study used a non-factorial Random Design (RAL) with treatment without blanching, steam blanching, and hot water blanching. Parameter research include ambient temperature, air humidity, air velocity, weight measurement during drying, moisture measurement during drying, drying rate, water content of lemongrass powder, rendement, and organoleptic test (aroma and color). The hedonic test was conducted on 30 panelists. The results of this study showed that blanching treatment, blanching of steam, and water blanching had no significant effect on water content, but had significant effect on yield, organoleptic flavor, and organoleptic color. Based on the results of a further test Significant Difference (LSD), it can be concluded that the best treatment is obtained in the treatment steam blanching. In the treatment obtained rendemen of 18.17%, water content 8.85%, favorite score on color 4 (like) and favorite score of smell 4 (like).
Karakteristik Pengeringan Tepung Beras ketan (Oryza glutinosa) Pada Pengering Efek Rumah Kaca Inovasi Plastik Ultraviolet Roji Syahril Sahwi; Ramayanty Bulan; Ratna Ratna
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 2 (2023): Mei 2023
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.487 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v8i2.23895

Abstract

Abstrak. Pengeringan adalah hal yang sangat berpengaruh dalam pengolahan tepung beras ketan, tanpa pengeringan yang baik tepung beras ketan tidak memiliki kualitas yang maksimal, Pengeringan sangat berpengaruh pada penurunan kadar air tepung beras ketan serta mencegah kerusakan atau mutu. Pengeringan bertujuan supaya sampel yang sudah dikeringkan tidak mudah rusak atau dapat disimpan dalam jangka waktu lama. Jenis alat pengeringan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pengering buatan tipe Efek Rumah Kaca (ERK). Tujuan dari penelitian ini untuk mempelajari karakteristik alat pengering efek rumah kaca inovasi plastik ultraviolet pada pengeringan tepung beras ketan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik alat pengering efek rumah kaca pada pengeringan tepung beras ketan dapat bekerja dengan lebih baik setelah dilakukan modifikasi dari alat pengering yang digunakan. Nilai Rendemen dari ketiga sampel diperoleh hasil yang cukup bervariasi, yang mana rendemen tertinggi yaitu pada rak ke 3 pada sampel A-32 dengan nilai rendemen 36,1% dan nilai rendemen yang terendah terjadi pada yaitu pada rak ke 2 dengan sampel A-21 34,5%. Penurunan kadar air pada tepung beras ketanberbeda-beda dimana pada hari kedua terjadi penurunan kadar air yang sangat drastis pada jam 14:00  WIB  pada rak 1 8,79 %,  pada rak 2 dan 3 yaitu 10,54%  dan 12,77 % yang mana sudah memenuhi SNI. Berat sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 80 gram ditiap kode sampel nya. Hasil uji organoleptik untuk tepung beras ketan ini sudah cukup baik setelah melakukan pengeringan pada rak 2 pada sampel A-21.Kata kunci : Pengeringan, Efek rumah kacaAbstract. flour does Drying is a very influential thing in the processing of glutinous rice flour, without good drying, glutinous rice flour does not have maximum quality. Drying is very influential on reducing the moisture content of glutinous rice flour and preventing damage or quality. Drying aims so that the dried sample is not easily damaged or can be stored for a long time. The type of drying equipment used in this research is to use an artificial dryer of the Greenhouse Effect (ERK) type. The purpose of this study was to study the characteristics of the greenhouse effect of ultraviolet plastic innovation on drying glutinous rice flour. The results of this study indicate that the characteristics of the dryer with the greenhouse effect on drying glutinous rice flour can work better after modification of the dryer used. The yield value of the three samples obtained quite varied results, where the highest yield was on the 3rd shelf in sample A-32 with a yield value of 36.1% and the lowest yield value occurred on the 2nd shelf with sample A-21 34, 5%. The decrease in water content in glutinous rice flour was different where on the second day there was a very drastic decrease in water content at 14:00 WIB on rack 1 8.79%, on racks 2 and 3, namely 10.54% and 12.77% respectively. which already meet SNI. The weight of the sample used in this study was 80 grams in each sample code. The results of the organoleptic test for glutinous rice flour are quite good after drying on rack 2 on sample A-21. Keywords: Drying, Greenhouse effect
Kajian Variasi Lama Perendaman Dalam Larutan Natrium Metabisulfit (Na2S2O5) Terhadap Kualitas Tepung Pisang Kepok (Musa Paradisiaca) Ade Rika Marsita; Ratna Ratna; Bambang Sukarno Putra
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 4 (2019): November 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (807.46 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v4i4.12670

Abstract

Abstrak.Pisang merupakan buah yang sering dikonsumsi oleh masyarakat dibandingkan dengan buah yang lain. Buah pisang memiliki kandungan gizi yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin B, sejumlah serat dan berbagai mineral yang penting untuk tubuh. Penelitian ini Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh larutan natrium metabisulfit 3000 ppm terhadap variasi lama perendaman terhadap kualitas tepung pisang kepok. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan variasi lama perendaman 0, 20, 40, dan 60 menit. Parameter penelitian meliputi rendemen, kadar air, kadar pati, derajat keasaman (pH), uji hedonik warna, aroma dan rasa. Hasil penelitian kajian variasi lama perendaman dalam larutan natrium metabisulfit pada pengolahan tepung pisang kepok terhadap rendemen berkisar antara 12,12%-12,63%, kadar air berkisar antara 6,28%-6,96%, kadar pati pisang berkisar antara 22,52%-25,96%, pH berkisar antara 6,20-6,40, uji organoleptik warna berkisar antara 3,87-4,4, aroma berkisar antara 2,67-3,73, dan rasa berkisar antara 3,43-3,71. Berdasarkan analisis sidik ragam lama perendaman dalam larutan natrium metabisulfit 3000 ppm berpengaruh nyata terhadap uji kesukaan hedonik warna dengan skor tertinggi 4 (suka) pada lama perendaman 60 menit, dan berpengaruh nyata terhadap uji organoleptik hedonik aroma dengan skor tertinggi 3 (netral) pada perendaman 0 menit. Namun lama perendaman dalam larutan natrium metabisulfit 3000 ppm berpengaruh tidak nyata terhadap rendemen, kadar air, kadar pati, derajat keasaman, dan uji hedonik rasa. Berdasarkan hasil uji lanjut BNT dapat disimpulkan bahwa perlakuan terbaik terdapat pada lama perendaman 20 menit mendapatkan penilaian organoleptik pada warna dengan skor 4,23 dan aroma dengan skor 3,57 serta pada rasa dengan skor 3,67. Pada perendaman 20 menit ini didapatkan hasil rendemen dengan persentasi 12,50 % dan kadar air 6,41 % serta didapatkan kadar pati sebesar 22,85 %, adapun derajat keasaman yang didapat 6,31 .Study Of Variation During The Immersion In Sodium Metabisulfite Solution (Na2S2O5)  On Quality Of Flour Banana Kepok(Musa Paradisiaca)Abstract. Banana is a fruit that is often consumed by the public compared to other fruits. Banana fruit has a high nutritional content, including vitamin C, vitamin B, a number of fiber and various minerals that are important for the body. This study aims to determine the effect of 3000 ppm sodium metabisulfite solution on variations in soaking time on the quality of Kepok banana flour. This study uses a non-factorial Complete Randomized Design (RAL) with variations of immersion time 0, 20, 40, and 60 minutes. Research parameters include yield, water content, starch content, acidity (pH), hedonic test of color, aroma, and taste. The results of research studies the variation of immersion time in sodium metabisulfite solution in the processing of Kepok banana flour to yields ranged from 12.12% -12.63%, water content ranged from 6.28% -6.96%, banana starch levels ranged between 22, 52% -25.96%, pH ranged from 6.20 to 6.40, organoleptic test colors ranged from 3.87-4.4, aromas ranged from 2.67 to 3.73, and flavors ranged from 3.43 -3.71. Based on the analysis of various immersion length immersion in sodium metabisulfite solution 3000 ppm significantly affected the color hedonic preference test with the highest score of 4 (likes) on the 60 minute immersion time, and significantly affected the organoleptic aroma hedonic test with the highest score of 3 (neutral) on immersion 0 minute. However, soaking time in 3000 ppm sodium metabisulfite solution did not significantly affect yield, water content, starch content, acidity, and taste hedonic test. Based on the results of BNT further tests, it can be concluded that the best treatment found in the 20 minute soaking time received organoleptic assessment of color with a score of 4.23 and aroma with a score of 3.57 and on taste with a score of 3.67. In this 20 minute immersion, the yield was 12.50% and the water content was 6.41% and the starch content was 22.85%, while the degree of acidity was 6.31.
Kajian Karateristik Mutu Gabah Selama Penyimpanan Menggunakan In-Store Dryer (ISD) Thahara Balqis; Ratna Ratna; Diswandi Nurba
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 3 (2021): Agustus 2021
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (866.954 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v6i3.17516

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu gabah selama dilakukan penyimpanan menggunakan In-Store Dryer. Penelitian ini menggunakan dua cara penyimpanan yaitu penyimpanan secara curah menggunakan In-Store Dryer dan penyimpanan dalam karung yang diletakkan diruangan. Tempat penyimpanan gabah yaitu ISD dan karung, sedangkan lama penyimpanan yaitu 0 hari, 20 hari, 40 hari dan 60 hari. Variabel respon penelitian ini adalah mutu gabah yang meliputi yaitu kadar air, protein, dan kadar abu. Perbedaan cara penyimpanan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi lama penyimpanan terhadap  mutu gabah, analisis data menggunakan regresi linear sederhana  dengan peubah bebas (X) terdiri atas lama penyimpanan selama 60 hari serta peubah terikat (Y) meliputi mutu gabah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gabah yang disimpan dalam ISD mampu mempertahankan kualitas dengan suhu dan RH penyimpanan. Hasil penelitian menunjukkan terjadi perubahan komposisi gabah selama 60 hari dengan suhu rata-rata yaitu 33,1⁰C dengan RH rata-rata 71,1%. Perubahan kimia yang terjadi selama penyimpanan meliputi kadar air rata-rata pada awal penyimpanan 13,61%, pada hari ke-60 turun menjadi 12,27%. Protein rata-rata pada awal penyimpanan 4,47% naik menjadi 4,67%. Kadar abu rata-rata pada awal penyimpanan 4,20% turun menjadi 4,13%. Lemak rata-rata pada awal penyimpanan 0,98% naik menjadi 1,31%. Karbohidrat rata-rata pada awal penyimpanan 76,75% naik menjadi 77,62%. Berdasarkan data hasil penelitian mutu fisik dari penyimpanan gabah menggunakan In-Store Dryer berdasarkan SNI 01-6128-1999 masuk dalam mutu kelas II, Sedangkan penyimpanan karung masuk dalam mutu kelas III.Study of Grain Quality Charateristics During Storage Using In-Store Dryer (ISD)Abstract. Storage using an In-Store Dryer is needed to know the quality characteristics of paddy grain. This study uses two storage methods, storage in silo using In-Store Dryer and storage in sacks placed in the room/warehouse. The storage places for grain are ISD and sacks, while the storage time is 0 days, 20 days, 40 days, and 60 days. The response variable of this study was the quality of grain which included moisture, protein, and ash content. Differences in storage methods to determine whether there is an interaction effect between place and storage time factors on grain quality, data analysis using simple linear regression with the independent variable (X) consisting of storage time for 60 days and the dependent variable (Y), including grain quality. The results showed that grain stored ISD could maintain quality with temperature and RH (relative humidity) of storage. The results showed a change in grain composition for 60 days with an average temperature of 33.1oC with an average RH of 71.1%. Chemical changes that occur during storage include the average moisture content at the beginning of storage 13.61%; on the 60th day, it decreased to 12.27%. Average protein at baseline of 4.47% increased to 4.67%. The average ash content at the beginning of storage was 4.20%, down to 4.13%. The average fat at the beginning of storage was 0.98%, increased to 1.31%. The average carbohydrate at the beginning of storage was 76.75%, increasing to 77.62%. The result showed that the physical quality of storage using In-Store Dryer based on SNI 01-6128-1999 is classified as class II quality. In contrast, sack storage is classified as class III quality.
Pembuatan Edible Film Berbasis Pati Jagung dengan Menggunkan Variasi Gliserol Sebagai Plasticizer Hayati Zahra; Ratna Ratna; Agus Arip Munawar
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 5, No 1 (2020): Februari 2020
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (794.697 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v5i1.13706

Abstract

Abstrak. Edible film adalah lapisan tipis bening yang dapat dikonsumsi dibuat dari pati jagung bertujuan untuk membuat kemasan yang ramah lingkungan dengan menggunakan produk pertanian. Dilakukan beberapa pengujian seperti ketebalan, laju transmisi uap air, kuat tarik, dan elongasi. Bertujuan agar mengetahui kekuatan edible film yang dibuat. Hasil penelitian menunjukan edible film yang berbahan dasar pati jagung dengan variasi gliserol yang berbeda memili ketebalan yang berbeda di antara masing-masing variasi gliserol sendiri, gliserol berpengaruh sangat nyata terhadap ketebalan edible film, semakin banyak gliserol yang ditambahkan kedalam larutan maka semakin meningkatkan ketebalan edible film. Nilai laju transmisi uap air semakin meningkat seiring bertambahnya konsentrasi gliserol, hal ini disebabkan karena gliserol yang bersifat hidrofilik atau mampu mengikat air. Sedangkan variasi gliserol tidak berpengaruh nyata terhadap kuat tarik dan elongasi(Making edible films based on corn starch by using variations of glycerol as a plasticizer)Abstract. Edible film is a clear thin layer that can be consumed made from corn starch aimed at making environmentally friendly packaging using agricultural products. Several tests were carried out such as thickness, water vapor transmission rate, tensile strength, and elongation. Aims to find out the power of edible films made. The results showed edible film made from corn starch with different glycerol variations having different thicknesses between each glycerol variation itself, glycerol has a very significant effect on edible film thickness, the more glycerol is added to the solution, the more the thickness of edible film increases . The rate of water vapor transmission rate increases with increasing glycerol concentration, this is due to glycerol which is hydrophilic or able to bind water. While glycerol variation has no significant effect on tensile strength and elongation.
Pengaruh Konsentrasi CMC (Carboximethyl Cellulosa) Pada Pembuatan Edible film Berbasis Gelatin Ceker Ayam Rahmiati Rahmiati; Darwin Darwin; Ratna Ratna
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 4 (2022): November 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.012 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i4.21937

Abstract

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat kemasan ramah limgkungan edible film dari bahan gelatin ceker ayam serta mengkaji pengaruh konsentrasi CMC (carboxymethyl cellulosa) dengan perbedaan konsentrasi terhadap karakteristik edible film yang dihasilkan. Penelitian ini dimulai dengan pembuatan gelatin kemudian dilanjutkan dengan pembuatan edible film. Penelitian ini memiliki 2 perlakuan dan 3 ulang sehingga diperoleh 6 sampel. Parameter yang duiji pada penelitian ini adalah ketebalan, water content, water solubility, kuat tarik, elongasi, modulus young, swelling, pH, water vapor permeability dan oxygen permeability.Hasil dari penelitian adalah  diperoleh rata-rata ketebalan yang berbeda-beda yaitu 0,083 mm dan 0,095 mm.  Nilai water content sebesar 19, 335% dan 19,572%. Nilai water solubility berturut-turut yaitu 39,512% dan 40,389%. Nilai kuat tarik  yaitu sebesar 1,706 kgf/mm2dan 1,91 kgf/mm2. Nilai elongasi yang berbeda-beda yaitu 54,88% dan 91,413%. Modulus young diperoleh nilainya berturut-turut yaitu 0,016 N/m2 dan 0,022 N/m2. Nilai swelling diperoleh sebesar 56,238% dan 58,618%. pH memiliki nilai yang hampir sama yaitu sebesar 8,333 dan 8,666. Nilai laju transmisi uap air yaitu sebesar 0,025 g.m-1.P-1.h-1 dan 0,027 g.m-1.P-1.h-1. Nilai oxygen permeability yang diperoleh yaitu 0,22 g.m-1.P-1.h-1 dan 0,25 g.m-1.P-1.h-1.Effect of CMC (Carboximethyl Cellulosa) Concentration on the Production of Edible film Based on Chicken Claw GelatinAbstract. The purpose of this study was to make environmentally friendly edible film packaging from chicken claw gelatin and to examine the effect of the concentration of CMC (carboxymethyl cellulose) with different concentrations on the characteristics of the resulting edible film. This research begins with the manufacture of gelatin and then continues with the manufacture of edible films. This study had 2 treatments and 3 replications so that 6 samples were obtained. The parameters tested in this study were thickness, water content, water solubility, tensile strength, elongation, Young's modulus, swelling, pH, water vapor permeability and oxygen permeability.The result of the research is that the average thickness is different, namely 0.083 mm and 0.095 mm. The water content values were 19, 335% and 19,572%. The water solubility values are 39.512% and 40.389%, respectively. The tensile strength values are 1.706 kgf/mm2and 1.91 kgf/mm2. The different elongation values are 54.88% and 91.413%. Young's modulus values obtained are 0.016 N/m2 and 0.022 N/m2respectively. The swelling values obtained were 56.238% and 58.618%. pH has almost the same value, namely 8.333 and 8.666. The value of the water vapor transmission rate is 0.025 g.m-1.P-1.h-1 and 0.027 g.m-1.P-1.h-1. The oxygen permeability values obtained were 0.22 g.m-1.P-1.h-1 and 0.25 g.m-1.P-1.h-1.
Pemanfaatan Pektin Kulit Pisang Kepok Untuk Pembuatan Edible Film Dengan Penambahan CMC dan Plasticizer Sorbitol Rayhanur Wiwin Fajrina; Raida Agustina; Ratna Ratna
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 2 (2022): Mei 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.753 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i2.19362

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik edible film berbahan dasar pektin kulit pisang kepok terhadap pengaruh variasi konsentrasi sorbitol. Prosedur penelitian dimulai dengan tiga tahap, pertama proses pembuatan larutan CMC, kedua proses pembuatan larutan edible film, ketiga proses pencetakan edible film. Parameter penelitian meliputi ketebalan, transmisi uap air, kuat tarik, elongasi, modulus young, FTIR spectroscopy dan transparansi. Metode penelitian menggunakan RAL Non Faktorial. Konsentrasi Sorbitol terdiri atas 3 taraf yaitu S1 sebesar 3%, S2 sebesar 4,5%, dan S3 sebesar 6%, dari volume total larutan pembuat film. Perlakuan dilakukan 3 kali dengan 3 kali pengulangan sehingga diperoleh 9 kali percobaan. Data hasil penelitian yang diperoleh  kemudian dilakukan analisis menggunakan ANOVA. Apabila hasil berpengaruh nyata antar perlakuan, maka dilanjutkan dengan pengujian BNT. Hasil penelitian ini menunjukkan konsentrasi sorbitol 3%, 4,5%, dan 6% berpengaruh nyata terhadap rata-rata ketebalan, elongasi, modulus young, dan transmisi uap air namun berpengaruh tidak nyata terhadap kuat tarik. Konsentrasi sorbitol 3%, 4,5%, dan 6% FTIR spectroscopy memiliki gugus fungsi yang  sama. Faktor-faktor yang disebabkan seiring dengan peningkatan konsentrasi sorbitol meningkatnya rata-rata ketebalan, laju transmisi uap air, elongasi dan transparansi namun cenderung menurunnya rata-rata kuat tarik dan modulus young. Karakteristik edible film terbaik pada penelitian ini ialah pada konsentrasi sorbitol 3% memiliki ketebalan 0,22 mm, elongasi 206%, transmisi uap air 0,4 g/m2/jam, kuat tarik 24,33 kgf/cm2 dan modulus young 1,177 Mpa. Hasil tersebut sesuai dengan Japanese Industrial Standard (JIS).Pemanfaatan Pektin Kulit Pisang Kepok Untuk Pembuatan Edible Film dengan Penambahan CMC dan Sorbitol PlasticizerAbstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji karakteristik edible film berbahan pektin kulit pisang kepok terhadap pengaruh variasi konsentrasi sorbitol. Prosedur penelitian dimulai dengan tiga tahapan, pertama proses pembuatan larutan CMC, proses pembuatan larutan edible film, dan proses pencetakan edible film. Parameter penelitian meliputi ketebalan, transmisi uap air, kekuatan tarik, perpanjangan, modulus Young, spektroskopi FTIR dan transparansi. Metode penelitian yang digunakan adalah RAL nonfaktorial. Konsentrasi sorbitol terdiri dari 3 taraf yaitu S1 sebesar 3%, S2 sebesar 4,5%, dan S3 sebesar 6% dari total volume larutan pembuatan film. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali dengan 3 kali pengulangan sehingga diperoleh 9 percobaan. Data penelitian yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan ANOVA. Jika hasil memiliki pengaruh yang signifikan antar perlakuan, maka dilanjutkan dengan pengujian BNT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi sorbitol 3%, 4,5%, dan 6% berpengaruh nyata terhadap tebal rata-rata, elongasi, modulus Young, dan transmisi uap air tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kuat tarik. Konsentrasi sorbitol spektroskopi FTIR 3%, 4,5%, dan 6% memiliki gugus fungsi yang sama. Faktor-faktor yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi sorbitol meningkatkan ketebalan rata-rata, laju transmisi uap air, perpanjangan dan transparansi tetapi cenderung menurunkan kekuatan tarik rata-rata dan modulus Young. Ciri-ciri yang terbaik dan 6% berpengaruh nyata terhadap tebal rata-rata, elongasi, modulus Young, dan transmisi uap air tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kuat tarik. Konsentrasi sorbitol spektroskopi FTIR 3%, 4,5%, dan 6% memiliki gugus fungsi yang sama. Faktor-faktor yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi sorbitol meningkatkan ketebalan rata-rata, laju transmisi uap air, perpanjangan dan transparansi tetapi cenderung menurunkan kekuatan tarik rata-rata dan modulus Young. Ciri-ciri yang terbaik dan 6% berpengaruh nyata terhadap tebal rata-rata, elongasi, modulus Young, dan transmisi uap air tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kuat tarik. Konsentrasi sorbitol spektroskopi FTIR 3%, 4,5%, dan 6% memiliki gugus fungsi yang sama. Faktor-faktor yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi sorbitol meningkatkan ketebalan rata-rata, laju transmisi uap air, perpanjangan dan transparansi tetapi cenderung menurunkan kekuatan tarik rata-rata dan modulus Young. Ciri-ciri yang terbaik Faktor-faktor yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi sorbitol meningkatkan ketebalan rata-rata, laju transmisi uap air, perpanjangan dan transparansi tetapi cenderung menurunkan kekuatan tarik rata-rata dan modulus Young. Ciri-ciri yang terbaik Faktor-faktor yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi sorbitol meningkatkan ketebalan rata-rata, laju transmisi uap air, perpanjangan dan transparansi tetapi cenderung menurunkan kekuatan tarik rata-rata dan modulus Young. Ciri-ciri yang terbaikedible film dalam penelitian ini adalah konsentrasi sorbitol 3% memiliki ketebalan 0,22 mm, elongasi 206%, transmisi uap air 0,4 g/m2/jam, kuat tarik 24,33 kgf/cm 2 dan modulus Young 1,177 MPa. Hasil ini sesuai dengan Standar Industri Jepang (JIS).
Uji Kinerja Rumah Pengering Efek Rumah Kaca Pada Pengeringan Labu Kuning (Cucurbita moschata) Ajrul Himawan; Ramayanty Bulan; Ratna Ratna
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 4 (2022): November 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.351 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i4.21337

Abstract

Pengujian pengeringan labu kuning dengan menggunakan rumah pengering efek rumah kaca  menggunakan 3 sampel yaitu 1 sampel labu kuning tiap raknya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan parameter yang diukur yaitu suhu, kelembaban relatif, irradiasi surya, rendemen, kadar air bahan, dan laju pengeringan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hasil kinerja dari rumah pengering efek rumah kaca pada pengeringan labu kuning. Rumah pengering ini bekerja secara efektif pada pengeringan labu kuning setelah dilakukan pengujian dimana temperatur di dalam rumah pengering lebih tinggi sementara kelembapan relatif di dalam pengering lebih rendah dibandingkan dengan lingkungan. Nilai irradiasi surya yang didapat berfluktuasi dan mempengaruhi nilai suhu, kelembaban, kadar air dan laju pengeringan selama pengeringan berlangsung. Penurunan kadar air tercepat terjadi pada hari kedua terhitung mulai pukul 11.00 – 17.00 WIB terjadi pada rak 1 yaitu sebesar 40,49%, rak 2 sebesar 35,86% dan rak 3 sebesar 15,84% sementara laju pengeringan maksimum sebesar 76,92%Kabk/60menit, sedangkan laju pengeringan minimum nya adalah 1,90%Kabk/60menit dengan nilai rendemen dari ketiga sampel yaitu pada rak 1 dengan nilai 9,7 %, rak 2 dengan nilai 10,4 % dan rak 3 dengan nilai 10,2 %.