Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PERAN WALISONGO DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA AKULTURASI BUDAYA JAWA Waluyo, Waluyo
Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 8, No 2 (2021): Vol. 8, No. 2, Oktober 2021
Publisher : Kopertais Wilayah X Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/wa.v8i2.8771

Abstract

Berbicara Walisongo tidak akan habis untuk menjadi diskursu yang menarik, siapa sosok dan bagaimana metode pendidikan Islam sehingga banyak pengikutnya. Fenomena yang berkembang di masyarakat baik yang positif dan negatif mewarnai diskursus tentang Walisongo. Keberhasilan Walisongo dalam pendidkan Islam di Jawa menjadi satu bukti akan keberadaan Walisongo. Tulisan ini akan fokus pada fakta sejarah pendidkan Walisongo di Jawa, dengan memahami konsep ajaran dan pola akulturasi budaya dengan agama Islam. Pendekatan tulisannya ini bersifat kualitatif, paparan konsep dari buku yang selanjutnya dianalisa dengan kritis. Tanpa menafikan keberhasilan dakwah yang terjadi pada saat Walisongo di Jawa. Dikarenakan Walisongo seain menjadi fenomena dalam pendidika Islam karena keberhasilan juga pandangan sakralitas dari masyarakat yang mengalir di dalamnya. Masalah yang ingin dikaji dalam tulisan ini ialah tentang bukti keberadaan Walisongo dalam pendidikan Islam, bagaimana konsep pendidikan Islam dan kenapa masyarakat Jawa bisa menerimanya. Sehingga dengan demikian akan kita dapati satu wawasan keilmuan akan Walisongo dari dimensi pendidikan Islam. Tulisan ini akan memaparkan konsep-konsep dan selanjutnya menganalisa berdasarkan pendidikan Islam sekarang. Akhirnya kita mampu implentasikan dalam pendidikan Islam saat ini dengan mengilhami pendidkan kearifan lokal dan kemajuan zaman serta semua perangkat di dalamnya sebagai rujukan konsep transformasi pendidikan.
PERAN WALISONGO DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA AKULTURASI BUDAYA JAWA Waluyo, Waluyo
Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 8, No 2 (2021): Vol. 8, No. 2, Oktober 2021
Publisher : Kopertais Wilayah X Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/wa.v8i2.8771

Abstract

Berbicara Walisongo tidak akan habis untuk menjadi diskursu yang menarik, siapa sosok dan bagaimana metode pendidikan Islam sehingga banyak pengikutnya. Fenomena yang berkembang di masyarakat baik yang positif dan negatif mewarnai diskursus tentang Walisongo. Keberhasilan Walisongo dalam pendidkan Islam di Jawa menjadi satu bukti akan keberadaan Walisongo. Tulisan ini akan fokus pada fakta sejarah pendidkan Walisongo di Jawa, dengan memahami konsep ajaran dan pola akulturasi budaya dengan agama Islam. Pendekatan tulisannya ini bersifat kualitatif, paparan konsep dari buku yang selanjutnya dianalisa dengan kritis. Tanpa menafikan keberhasilan dakwah yang terjadi pada saat Walisongo di Jawa. Dikarenakan Walisongo seain menjadi fenomena dalam pendidika Islam karena keberhasilan juga pandangan sakralitas dari masyarakat yang mengalir di dalamnya. Masalah yang ingin dikaji dalam tulisan ini ialah tentang bukti keberadaan Walisongo dalam pendidikan Islam, bagaimana konsep pendidikan Islam dan kenapa masyarakat Jawa bisa menerimanya. Sehingga dengan demikian akan kita dapati satu wawasan keilmuan akan Walisongo dari dimensi pendidikan Islam. Tulisan ini akan memaparkan konsep-konsep dan selanjutnya menganalisa berdasarkan pendidikan Islam sekarang. Akhirnya kita mampu implentasikan dalam pendidikan Islam saat ini dengan mengilhami pendidkan kearifan lokal dan kemajuan zaman serta semua perangkat di dalamnya sebagai rujukan konsep transformasi pendidikan.
PENDIDIKAN ISLAM DALAM PANDANGAN M.NATSIR Waluyo Waluyo
RUSYDIAH: Jurnal Pemikiran Islam Vol 2 No 1 (2021)
Publisher : Jurnal Pemikiran Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35961/rsd.v2i1.196

Abstract

Pendidikan Islam bertransformasi seakan hanya befungsi sekedar tambal sulam saja. Maka tidak mengherankan, apabila pendidikan Islam di satu sisi masih saja mendapati tampilan yang sangat tradisional dengan tetap memakai baju lama (the old fashion), dan di sisi lain kita juga mendapati tampilan pendidikan Islam yang relatif modern, terkesan matrealistik dan sekularistik. Adanya dualisme corak pendidikan islam yang kemudian menyulitkan integrasi paradigma antara ilmu agama dan ilmu umum. Tulisan ini menfokuskan pada biografi peta intelektualitas M. Natsir dan sampai pada guru-gurunya kedua membahas bagaimana pemikiran M. Natsir tentang pendidikan Islam. Dari dua hal ini bertujuan mendapatkan informasi terkait biografi dan alur berpikir M. Natsir tentang Pendidikan Islam. Penelitian ini merupakan jenis penulisan library research buku M. Natsir, Islam Sebagai Dasar Negara dan Capita Selecta menjadi rujukan buku primer di samping itu buku lainnya yang membahas tentang biografi dan pemikiran M. Natsir sebagai rujukan sekunder. Dalam menganalisis menggunakan pendekatan teori deduktif hipotesis dimana teori ini tersusun atas seperangkat proposisi hipotesis, kemudian dari hipotesis-hipotesis yang lebih tinggi ditarik serangkaian deduktif secara logis. Hasil yang dicapai dalam tulisan ini berupa biografi dan pikiran pendidikan Islam Natsir. Seperti yang digambarkan sebelumnya secara garis besar mencakup tentang ideologi pendidikan, bertumpu kepada ajaran tauhid yang melahirkan pandangan terhadap pendidikan secara holistik non dikotomik, tujuan pendidikan, materi pendidikan, metode yang harus disesuaikan dengan materi dan tujuan yang akan dicapai, hubungan guru dengan murid dalam pendidikan Islam.
STUDY TEORI MUTUALISME PAUL F. KNITTER DALAM HUBUNGAN ANTARUMAT BERAGAMA DI INDONESIA waluyo waluyo; Sahal Abidin
RUSYDIAH: Jurnal Pemikiran Islam Vol 2 No 2 (2021)
Publisher : Jurnal Pemikiran Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35961/rsd.v2i2.333

Abstract

Agama merupakan peratuan yang dibuat oleh Tuhan, melalui perantara-Nya disampaikan kepada setiap manusia. Dalam perjalannannya agama menjadi way of live pada setiap pemeluknya. Selain itu agama menjadi pegangan yang tidak dapat diganggu gugat oleh orang lain. Kenyakinan dalam kebenaran agamanya semakin mengakar dan menyebabkan truth claim. Klaim kebenaaran dan penolakan kebenaran yang lain adalah implementasinya. Adanya klaim kebenaran dan berusaha menyelamatkan yang lain dari kesesatan merupakan misioner. Fenomenologi menjawab konflik antaragama didasari atas ketikadilan kesejahteraan dan kesenjangan sosial serta keinginan kesataraan politik. Husserl melalui fenomenologinya memberikan pengertian bahwa ada kebenaran dibalik sesuatu yang tampak. Fenomenologi menangkap bahwa konflik antaragama tidak sepenuhnya disebabkan perbedaan agama. Selain klaim kebenaran dan keselamatan ketidakadilan di bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya merupakan sumber dari konflik. Konflik yang terjadi semakin besar karena adanya klaim yang menyundut konflik antaragama, sehingga setiap pemeluk agama akan merasa terusik. Mutualisme memberikan teori hubungan antaragama yang dialog mutual. Teori ini atas dasar pandangan orang Kristen melahat agama di luar gereja. Berdasar kesamaan yang ada pada setiap agama mutualisme memproyeksikan hubungan yang saling memnguntungkan. Latar belakang konflik ialah adanya ketidakadilan pada bidang politik, ekonomi dan budaya, maka tawaran Knitter yang dapat diterapkan di Indonesia adalah pola hubungan yang mutual.
PERAN WALISONGO DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA AKULTURASI BUDAYA JAWA Waluyo Waluyo
Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 8, No 2 (2021): Vol. 8, No. 2, Oktober 2021
Publisher : Kopertais Wilayah X Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/wa.v8i2.8771

Abstract

Berbicara Walisongo tidak akan habis untuk menjadi diskursu yang menarik, siapa sosok dan bagaimana metode pendidikan Islam sehingga banyak pengikutnya. Fenomena yang berkembang di masyarakat baik yang positif dan negatif mewarnai diskursus tentang Walisongo. Keberhasilan Walisongo dalam pendidkan Islam di Jawa menjadi satu bukti akan keberadaan Walisongo. Tulisan ini akan fokus pada fakta sejarah pendidkan Walisongo di Jawa, dengan memahami konsep ajaran dan pola akulturasi budaya dengan agama Islam. Pendekatan tulisannya ini bersifat kualitatif, paparan konsep dari buku yang selanjutnya dianalisa dengan kritis. Tanpa menafikan keberhasilan dakwah yang terjadi pada saat Walisongo di Jawa. Dikarenakan Walisongo seain menjadi fenomena dalam pendidika Islam karena keberhasilan juga pandangan sakralitas dari masyarakat yang mengalir di dalamnya. Masalah yang ingin dikaji dalam tulisan ini ialah tentang bukti keberadaan Walisongo dalam pendidikan Islam, bagaimana konsep pendidikan Islam dan kenapa masyarakat Jawa bisa menerimanya. Sehingga dengan demikian akan kita dapati satu wawasan keilmuan akan Walisongo dari dimensi pendidikan Islam. Tulisan ini akan memaparkan konsep-konsep dan selanjutnya menganalisa berdasarkan pendidikan Islam sekarang. Akhirnya kita mampu implentasikan dalam pendidikan Islam saat ini dengan mengilhami pendidkan kearifan lokal dan kemajuan zaman serta semua perangkat di dalamnya sebagai rujukan konsep transformasi pendidikan.
PERAN WALISONGO DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA AKULTURASI BUDAYA JAWA Waluyo Waluyo
Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 8, No 2 (2021): Vol. 8, No. 2, Oktober 2021
Publisher : Kopertais Wilayah X Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/wa.v8i2.8771

Abstract

Berbicara Walisongo tidak akan habis untuk menjadi diskursu yang menarik, siapa sosok dan bagaimana metode pendidikan Islam sehingga banyak pengikutnya. Fenomena yang berkembang di masyarakat baik yang positif dan negatif mewarnai diskursus tentang Walisongo. Keberhasilan Walisongo dalam pendidkan Islam di Jawa menjadi satu bukti akan keberadaan Walisongo. Tulisan ini akan fokus pada fakta sejarah pendidkan Walisongo di Jawa, dengan memahami konsep ajaran dan pola akulturasi budaya dengan agama Islam. Pendekatan tulisannya ini bersifat kualitatif, paparan konsep dari buku yang selanjutnya dianalisa dengan kritis. Tanpa menafikan keberhasilan dakwah yang terjadi pada saat Walisongo di Jawa. Dikarenakan Walisongo seain menjadi fenomena dalam pendidika Islam karena keberhasilan juga pandangan sakralitas dari masyarakat yang mengalir di dalamnya. Masalah yang ingin dikaji dalam tulisan ini ialah tentang bukti keberadaan Walisongo dalam pendidikan Islam, bagaimana konsep pendidikan Islam dan kenapa masyarakat Jawa bisa menerimanya. Sehingga dengan demikian akan kita dapati satu wawasan keilmuan akan Walisongo dari dimensi pendidikan Islam. Tulisan ini akan memaparkan konsep-konsep dan selanjutnya menganalisa berdasarkan pendidikan Islam sekarang. Akhirnya kita mampu implentasikan dalam pendidikan Islam saat ini dengan mengilhami pendidkan kearifan lokal dan kemajuan zaman serta semua perangkat di dalamnya sebagai rujukan konsep transformasi pendidikan.
Study Pendidikan Prespektif M. Natsir Waluyo; Samsudin
Akademika: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 3 No. 2 (2021): Akademika: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
Publisher : Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan Islam bertransformasi seakan hanya befungsi sekedar tambal sulam saja. Maka tidak mengherankan, apabila pendidikan Islam disatu sisi masih saja mendapati tampilan yang sangat tradisional dengan tetap memakai baju lama (the old fashion), dan disisi lain kita juga mendapati tampilan pendidikan Islam yang relatif modern, terkesan matrealistik dan sekularistik. Adanya dualisme corak pendidikan islam yang kemudian menyulitkan integrasi paradigma antara ilmu agama dan ilmu umum.Penelitian ini menfokuskan pada biografi peta intelektualitas M. Natsir dan sampai pada guru-gurunya kedua membahas bagaiamana pemikiran M. Natsir tentang pendidikan Islam. Dari dua hal ini bertujuan mendapatkan informasi terkait biografi dan alur berpikir M. Natsir tentang Pendidikan Islam. Penelitian ini merupakan jenis penulisan library research buku M. Natsir, menjadi rujukan buku primer di samping itu buku lainnya yang membahas tentang biografi dan pemikiran M. Natsir sebagai rujukan skunder. Dalam menganalisis menggunakan pendekatan teori deduktif hipotesi di mana teori ini tersusun atas seperangkat proposisi hipotesis, kemudian dari hipotesis-hipotesis yang lebih tinggi ditarik serangkaian deduktif secara logis. Hasil yang di capai dalam tulisan ini biografi dan pikiran pendidikan Islam M. Natsir seperti yang digambarkan sebelumnya secara garis besarnya mencakup tentang ideologi pendidikan yaitu bertumpu kepada ajaran tauhid yang melahirkan pandangan terhadap pendidikan secara holistik non dikotomik, tujuan pendidikan, materi pendidikan, metode yang harus disesuaikan dengan materi dan tujuan yang akan dicapai, hubungan guru dengan murid dalam pendidikan Islam.
NILAI MODERASI BERAGAMA PADA GAYA ARSITEKTUR MASJID AGUNG SOLO Waluyo Waluyo; Muhammad Amiruddin Dardiri
Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 9, No 2 (2022): Vol. 9, No. 2, Oktober 2022
Publisher : Kopertais Wilayah X Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/wa.v9i2.12895

Abstract

Toleransi tidak berhenti pada pemaknaan saling menghargai dan menghormati agama lain akan tetapi dalam berbagai pemahaman dalam satu agama. Moderasi beragama tidak terbatas pada nilai-nilai yang tampak secara eksplisit, akan tetapi nilai implisit. Pemahaman nilai-nilai kontekstual dalam seni arsitektur akan membuka wawasan sehingga tidak sempit pemahaman. Pada satu sisi seni dibutuhkan dan merupakan fitrah manusia, pada sisi yang lain juga ada kelompok-kelompok walaupun sesungguhnya kelompok tersebut sangat sedikit yang berpendapat bahwa kesenian memiliki jumlah mudharat yang banyak, bahkan diantara mereka sampai mengharamkannya. Pelabelan bid’ah menurut peneliti banyak salah terminologi. Bid’ah sebagai obyek hukum bisa memiliki hukum wajib, sunnah, mubah dan haram. Artinya bukan pelabelan sesuatu yang baru, yang tidak ada contoh dari Nabi hukumnya bid’ah tetapi sesuatu yang baru itu bid’ah dan bid’ah memiliki beberapa hukum. Termasuk didalamnya pemaknaan simbol-simbol dan arsitektur masjid Agung Solo, bentuk dari ornamennya merupakan khazanah keilmuan yang memiliki nilai seni budaya dalam pendidikan Islam. Arsitektur masjid Agung Solo terdapat usaha-usaha mengimplementasikan nilai-nilai Islam melalui budaya. Penelitian ini dimaksudkan mengungkap misteri dan makna filosofis, sehingga makna dalam seni budaya arsitektur masjid Agung Solo tidak disalah artikan. Untuk mengungkap makna dasi sisi sejarahnya diperlukan pendekatan kajian historis, kemudian untuk mengungkapkan makna menggunakan telaah filosofis. Sehingga tujuan penelitian menjadi jelas dan terarah. Kurangnya pemahamannya akan latar belakang dari sisi histori dan filosofis nilai arsitektur bangunan, dengan mudah menjustifikasi dengan label bid’ah. Selain tujuan pendidikan Islam dalam nilai arsitektur membanguan nilai toleransi dalam beragama.
NILAI MODERASI BERAGAMA PADA GAYA ARSITEKTUR MASJID AGUNG SOLO Waluyo Waluyo; Muhammad Amiruddin Dardiri
Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 9, No 2 (2022): Vol. 9, No. 2, Oktober 2022
Publisher : Kopertais Wilayah X Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/wa.v9i2.12895

Abstract

Toleransi tidak berhenti pada pemaknaan saling menghargai dan menghormati agama lain akan tetapi dalam berbagai pemahaman dalam satu agama. Moderasi beragama tidak terbatas pada nilai-nilai yang tampak secara eksplisit, akan tetapi nilai implisit. Pemahaman nilai-nilai kontekstual dalam seni arsitektur akan membuka wawasan sehingga tidak sempit pemahaman. Pada satu sisi seni dibutuhkan dan merupakan fitrah manusia, pada sisi yang lain juga ada kelompok-kelompok walaupun sesungguhnya kelompok tersebut sangat sedikit yang berpendapat bahwa kesenian memiliki jumlah mudharat yang banyak, bahkan diantara mereka sampai mengharamkannya. Pelabelan bid’ah menurut peneliti banyak salah terminologi. Bid’ah sebagai obyek hukum bisa memiliki hukum wajib, sunnah, mubah dan haram. Artinya bukan pelabelan sesuatu yang baru, yang tidak ada contoh dari Nabi hukumnya bid’ah tetapi sesuatu yang baru itu bid’ah dan bid’ah memiliki beberapa hukum. Termasuk didalamnya pemaknaan simbol-simbol dan arsitektur masjid Agung Solo, bentuk dari ornamennya merupakan khazanah keilmuan yang memiliki nilai seni budaya dalam pendidikan Islam. Arsitektur masjid Agung Solo terdapat usaha-usaha mengimplementasikan nilai-nilai Islam melalui budaya. Penelitian ini dimaksudkan mengungkap misteri dan makna filosofis, sehingga makna dalam seni budaya arsitektur masjid Agung Solo tidak disalah artikan. Untuk mengungkap makna dasi sisi sejarahnya diperlukan pendekatan kajian historis, kemudian untuk mengungkapkan makna menggunakan telaah filosofis. Sehingga tujuan penelitian menjadi jelas dan terarah. Kurangnya pemahamannya akan latar belakang dari sisi histori dan filosofis nilai arsitektur bangunan, dengan mudah menjustifikasi dengan label bid’ah. Selain tujuan pendidikan Islam dalam nilai arsitektur membanguan nilai toleransi dalam beragama.
WALISONGO ISLAMIC EDUCATION (CULTURAL ACCULTURATION APPROACH) Waluyo Waluyo; Muhammad Amiruddin Dardiri
Afeksi: Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Vol 4, No 3 (2023)
Publisher : Pusat Studi Penelitian dan Evaluasi Pembelajaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35672/afeksi.v4i3.103

Abstract

Nusantara, especially Javanese, before the arrival of Walisongo, was culturally and religiously thick with beliefs passed down from ancestors.  Religious education, in particular, has not been well organized. Java is reflected in the unorganized condition of society in terms of clothing, food, and shelter. Islam in Java was spread during the collapse of the Majapahit kingdom, then the Demak kingdom was established. This era is a transitional period of religious, political, and artistic life. For people who are Muslims, there are several levels, one of which is the guardian as a spiritual leader at the top level. Almost all Islamic education in Java refers to walisongo, although many still consider it fictitious. Some opinions are related to this because there is no historical evidence as a form of the fact of existence and education. This research focuses on the nature of Walisongo's reality and the transformation patterns of education. The ontological approach, in this case, examines the existence of Walisongo in terms of its existence and Islamic education. The essence of Walisongo's education is contained in the fibers of Prince Bonang or Het Book van Bonang and Kropak Ferrara. FiberPrince Bonang and kropak ferrara prove that Walisongo is a fact. The above text shows the truth and existence of Walisongo in terms of Islamic education.