Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

GAMBARAN PRAKTIK PEMBERSIHAN GIGI DAN MULUT SERTA TINGKAT SOSIAL EKONOMI Annisa Septalita; Danish Maretha
Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi Vol 17, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32509/jitekgi.v17i2.1453

Abstract

Latar belakang: Praktik pembersihan gigi dan mulut yang baik menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut seseorang. Praktik pembersihan gigi dan mulut dapat dipengaruhi oleh salah satunya yaitu faktor sosial ekonomi (pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan). Penelitian Oberoi et al. (2016) menyatakan bahwa seluruh (100%) masyarakat di India golongan sosial ekonomi menengah ke atas membersihkan gigi mereka secara rutin jika dibandingkan dengan golongan sosial ekonomi bawah yang hanya sebanyak 62,5%. Tujuan penelitian ini yang berupa pilot studi sebagai penelitian pendahuluan yang menjelaskan gambaran deskripsi praktik pembersihan gigi dan mulut serta tingkat sosial ekonomi pada warga RT 008 RW 05, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur, DKI Jakarta. Metode penelitian: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Terdapat 50 responden yang dipilih dengan metode simple random sampling, kemudian mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai sosial ekonomi dan praktik pembersihan gigi dan mulut. Hasil penelitian: Rata-rata usia warga adalah 39 tahun, dan didominasi oleh perempuan. Tingkat sosial ekonomi warga menunjukkan paling banyak berpendidikan SMA (50%), berpendapatan sedang (38%), dan pekerjaannya adalah pekerja terampil (36%). Untuk pola praktik kebersihan gigi dan mulut, hampir keseluruhan (80%) baik, sedangkan yang masih kurang baik yaitu pada penggunaan obat kumur dan pembersih lidah. Kesimpulan: Praktik pembersihan gigi dan mulut warga baik dengan tingkat sosial ekonomi termasuk menengah/middle.
Pengaruh Program Perubahan Perilaku Ibu Hamil (Cerdigi) Berdasarkan Teori ABC (Studi Pendahuluan di Kelurahan Serpong, Tangerang Selatan) Annisa Septalita; Peter Andreas
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 1, No 2 (2015): December
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.214 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.9228

Abstract

Maternal Behavior Change Program (Cerdigi) Based on ABC’s Theory (Pilot Study in Serpong Subdistrict, South Tangerang). Oral health is one of the things that need attention during pregnancy. However, the behavior of dental and oral health maintenance during pregnancy is still low. Poor oral health conditions in pregnant women can have an impact, such as premature births and low birth weight (LBW) babies. ABC behavior change theory focuses on the antecedent, behavior, and consequence of behavior. The purpose of this study is to determine pregnant women’s behavior of oral health maintenance, identify their antecedent factors, behavior change interventions (DHE), and analyze the behavior consequence. This was a descriptive research with a cross-sectional design among 27 pregnant women in Serpong Subdistrict, South Tangerang. The data were collected through interviews and questionnaires. The results show 100% (27 respondents) did tooth brushing twice a day, 44,4% (12 respondents) used mouthwash once a week and 4% (1 respondent) visited a dentist during pregnancy. The antecedent factors of not visiting a dentist during pregnancy were because: 33% did not know the benefits of visiting a dentist, 26% had fear of dentist, 19% felt that visiting a dentist was expensive, 11% did not feel the need to go to a dentist, and 11% had fear of disturbing the fetus. After 9 days of intervention, the consequences on the 19 respondents were evaluated and the results show that 89.5% had not visited a dentist, 5.25% had visited a dentist, and 5.25% did not want to visit a dentist. The reason of not visiting a dentist was because of having not much time 52.8%, having nobody to accompany 11.8%, feeling lazy 11.8%, still feeling afraid of a dentist 11.8 %, and having no money 11.8%. The conclusion from this study is that the most dominant behaviors of oral health maintenance in pregnant women is to maintain it by themselves (toothbrushing and using mouthwash), while maintaining the health by visiting a dentist is still low with various antecendents.
Antibacterial Effect Of Kaempferia Galanga L Extract On Lactobacillus Acidophilus –In Vitro Josi Saraswati; Annisa Septalita; Arini Bovita. N
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 1, No 01 (2013): The Indonesian Journal of Infectious Diseases
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.79 KB) | DOI: 10.32667/ijid.v1i01.4

Abstract

Introduction: Lactobacillus acidophilus is one of the bacteria causes dental caries. The previous study has shown that Kaempferia galanga extract has a potential to inhibit the growth of Lactobacillus acidophilus.Objective: To determine the antibacterial effect of Kaempferia galanga extract to Lactobacillus acidophilus.Methods:Kaempferia galanga is extracted in 3 different solvents:dichlormethane, ethanol, and aquades. For each solvent, 0.2 μl Kaempferia galanga extractdroped into 6 mm steril paper dics. 0.1 ml Lactobacillus acidophilus inoculated on MRS agar. Each disc contains extract were impragnated into the agar media, then incubated at 370C for 24 hours, and inhibition zone measured.Results: Mean scores of Kaempferia galanga extract in 3 different solvents are: Kaempferia galanga (dichlormethane) is 1.6400; Kaempferia galanga (ethanol) is 1.7440; Kaempferia galanga extract is 1.6600; boiled Kaempferia galanga is 1.7000. Using Mann-Whitney Test, the results are: negative controls have no inhibition effect on Lactobacillus acidophilus compaired to Kaempferia galanga extract, comparation of those 4 Kaempferia galangal treatments shows no significant difference, those 4 Kaempferia galanga treatments compaired to erythromycin antibacterial effect shows significant difference, otherwise 4 Kaempferia galanga treatments compaired to penicillin shows no significant difference except Kaempferia galanga (ethanol).Conclusions: Kaempferia galanga extract can kill Lactobacillus acidophilus. Inhibition effect of Kaempferia galanga extract has no significant difference to penicillin but lower inhibition effect than erythromycin. The Kaempferia galanga extracts showed better antibacterial activity than penicillin.
Gingival Health Status of 12-Year-Old School Children in Jakarta: A Cross-Sectional Study Rosalien, Robbykha; Hutami, Dina F; Agustanti, Ary; Septalita, Annisa; Adiatman, Melissa; Maharani, Diah A
Makara Journal of Health Research
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Epidemiological data on gingival status in children is important because periodontal disease is one of the most prevalent diseases in Indonesia. This study aimed to assess the gingival health status and its associated factors among 12-year-old schoolchildren in Jakarta. Methods: This was a cross-sectional study of 12-year-old schoolchildren. There were 481 students who were recruited from 24 public and private junior high schools in Jakarta using multistage cluster proportional-to-size random sampling. Periodontal status was recorded using the community periodontal index based on World Health Organization standards. A self-completed questionnaire was given to the parents to collect information on children's backgrounds and oral health-related behaviours. Results: Only 3 of 478 participating children had healthy gums (no bleeding gums and no calculus). 99% of the children had bleeding gums and 84% had calculus. The prevalence of calculus was higher in girls than in boys. Periodontal status was not significantly related to tooth brushing habits or dental check-ups. Conclusions: Poor periodontal conditions were highly prevalent among 12-year-old schoolchildren in Jakarta. Oral health promotion and prevention strategies are urgently required.
HUBUNGAN FAKTOR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK TERHADAP STATUS EROSI GIGI PADA KELOMPOK MAHASISWA USIA 18-19 TAHUN DI DKI JAKARTA Annisa Septalita
M-Dental Education and Research Journal Vol 2, No 1 (2022): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Latar belakang: Erosi gigi telah menjadi keadaan yang umum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang cukup tinggi di semua kelompok usia. Di Indonesia, data erosi gigi masih sedikit karena belum menjadi perhatian oleh klinisi dan pemerintah. Erosi gigi masih cenderung diabaikan, padahal dampaknya dapat berupa reaksi hipersensitif gigi, membutuhkan perawatan kompleks dengan biaya yang tinggi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan faktor-faktor yang berkontribusi (intrinsik dan ekstrinsik) terhadap status kejadian erosi gigi pada kelompok mahasiswa berusia 18-19 tahun di DKI Jakarta. Metode penelitian: Survei epidemiologi dengan desain penelitian cross-sectional, dan metode pemilihan sampel dengan multistage cluster propotional to size random sampling, serta diuji dengan uji analitik yaitu Uji Mann-Whiteney. Data primer berupa klinis oral (erosi gigi) dan kuesioner tentang kesehatan gigi dan mulut. Hasil penelitian: Dari total responden 560 mahasiswa, yang memiliki habit minum minuman asam seperti teh sitrus, softdrink, jus buah, suplemen vit C, mayoritas tergolong jarang (63-84%); yang memiliki habit berenang mayoritas tergolong jarang (96%); dan yang memiliki habit menyikat gigi lebih dari 2x/hari didominasi sebesar 92%; serta mayoritas responden tidak memiliki gangguan pencernaan (58%). Sebanyak 97% responden memiliki erosi gigi, dengan keterlibatan dentin yang terbanyak yaitu sebesar 51%, dan dengan skor rerata BEWE=1,49+0,564. Hasil uji bivariat menunjukkan memiliki gangguan pencernaan terbukti berhubungan secara signifikan dengan terjadinya erosi gigi (p=0.023). Kesimpulan: Sebagian besar responden penelitian mengalami erosi gigi, yang melibatkan dentin, dan disebabkan oleh adanya gangguan pencernaan (faktor intrinsik). Kata kunci: Erosi gigi, faktor intrinsik-ekstrinsik, mahasiswa, usia 18-19 tahun ABSTRACTBackground: Tooth erosion become a common condition throughout the world with a high incidence in all age groups. In Indonesia, dental erosion data is still rare because it has not been a concern of clinicians and government. Tooth erosion still tends to be ignored, even though the impact can be a tooth hypersensitive reaction and requiring complex treatments with high costs. Objective: This study aims to analyze the relationship of contributing factors (instrinsic and extrimsic) to dental erosion status in a group of college students aged 18-19 years in DKI Jakarta. Method: An epidemiological survey with a cross-sectional study design, sample selection method with multistage cluster proportional to size random sampling, and analysis bivariate by Mann-Whitney Test. Primary data came from the oral clinical (tooth erosion) and a questionnaire about oral health. Results: From total of 560 respondents, who have habit of drinking acidic beverages such as citrus tea, soft drinks, fruit juices, vitamin C supplements majority classified as rare (63-84%); who have swimming habit majority classified as rare (96%); who have brushing teeth of 2x/day habit are dominated by 92%; and majority of respondents do not have digestive disorders (58%). A total of 97% of respondents had dental erosion, with the most involvement of dentin (51%), and with a mean score of BEWE=1.49+0.564. The bivariate test showed that digestive disorders was significantly associated with tooth erosion (p=0.023). Conclusion: Most of the respondents in this study experienced dental erosion, which involved the dentin, and was caused by a digestive disorder (instrinsic factor). Keywords: Tooth erosion, instrinsic and extrimsic factors, college students, aged 18-19 years old
Relationship between mother’s individual characteristics and mother’s behavior about children’s oral health (study in Elementary School Age Children in Bintaro, Jakarta) Annisa Asriyanto Septalita
Journal of Dentomaxillofacial Science Article In Press
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15562/jdmfs.v7i3.1207

Abstract

 Background               : There are some individual characteristics variables including age, level of education and socioeconomic. Age, level of education and socioeconomic affect a person's behavior in health including oral health. Mother's behavior about oral health is a significant factor affecting children's oral health. At elementary school age, children are often unable to perform their self-care behavior independently, so they need the role of parents, especially mothers in maintaining their oral health. Objectives: Explain correlation between mother’s individual characteristics (age, level of education and socioeconomic) and mother’s behavior (knowledge, attitude and practice) about children’s oral health of elementary school in Bintaro. Method: This research is a quantitative analytic study with cross sectional design. The study sample consisted of 290 mother with simple random sampling technique. Results: The result were obtained using pearson correlation test and spearman correlation test showed a significant correlation between mother’s individual characteristics and mother’s behavior about children’s oral health (p<0,05). Conclusion: There is eight significant and positive correlations and there is one significant and negative correlation is correlation between age and mother’s practice about children’s oral health.
GAMBARAN LITERASI PENGETAHUAN MENGENAI TELEDENTISTRY DI MASA PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE-19: STUDI PENDAHULUAN Annisa Septalita; Margareta Yulia Kristi
Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi Vol 19, No 1 (2023)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32509/jitekgi.v19i1.2283

Abstract

Latar belakang: World Health Organization (WHO) menetapkan Coronavirus disease 2019 (Covid-19) menjadi pandemi karena penularannya\yang sangat cepat dan dampaknya sangat luas bagi seluruh masyarakat di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kasus Covid-19 di Indonesia menunjukkan peningkatan terus menerus dari tahun 2020, hingga di tahun 2022 mencapai 4,26 juta jiwa. Teledentistry merupakan layanan yang menggabungkan teknologi dan kedokteran gigi untuk konsultasi jarak jauh. Literasi pengetahuandokter gigi dan mahasiswa profesi kedokteran gigi menjadi peluang besar sekaligus tantangan di masa Covid-19 dan di masa mendatang dalam pelaksanaan teledentistry untuk meningkatkan perawatan kesehatan gigi dan mulut di masyarakat. Tujuan: menjelaskan gambaran literasi pengetahuan mengenai teledentistry di masa pandemi Covid-19 pada dokter gigi dan mahasiswa program profesi kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama). Metode: penelitian deskriptif ini merupakan studi pendahuluan dengan desain cross sectional menggunakan teknik probability proportional to size sampling dan simple random sampling. Data primer didapatkan dari kuesioner berisi 5 pertanyaan literasi pengetahuan mengenai teledentistry berbentuk google form, diuji menggunakan uji univariat. Hasil: berdasarkan 62 dokter gigi dan 207 mahasiswa program profesi kedokteran gigi, mayoritas perempuan (80,3%), dokter gigi berusia 30-39 tahun (37,1%) dan mahasiswa profesi kedokteran gigi berusia 23 tahun (31,4%). Dokter gigi (67,7%) dan mahasiswa program profesi kedokteran gigi (93,2%) memiliki pengetahuan baik mengenai teledentistry. Kesimpulan: dokter gigi dan mahasiswa program profesi kedokteran gigi FKG UPDM (B) memiliki literasi pengetahuan baik yang akan mendukung penggunaan teledentistry.
Pelatihan Dokter Gigi Kecil untuk Meningkatkan Literasi dan Kemampuan Mendeteksi Penyakit Gigi dan Mulut Mayasari, Yufitri; Septalita, Annisa; Ruslan, Mutiara Rina Rahmawati; Maritza, Anyadahayu; Nuari, Kania Pramesti
ABDI MOESTOPO: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 8, No 1 (2025): Januari 2025
Publisher : Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32509/abdimoestopo.v8i1.4602

Abstract

Prevalensi karies gigi pada kelompok anak usia sekolah dasar masih menjadi  masalah utama di dunia. Pembentukan kader kesehatan gigi dan mulut di sekolah dapat membantu terlaksananya program pencegahan peningkatan kasus penyakit gigi dan mulut khususnya karies gigi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pelaksanaan kegiatan pelatihan dokter gigi kecil di Madrasah Ibtidaiyah Al-Jihadiyah, Bintaro, Jakarta Selatan. Tujuan dari kegiatan ini terbagi menjadi dua aspek yaitu dari aspek kedokteran gigi, dokter gigi kecil ini diharapkan dapat menyebarkan informasi mengenai kesehatan gigi dan mulut di lingkungan sekolah, serta membantu mencatat hasil pemeriksaan dan mendeteksi dini masalah gigi dan mulut khususnya gigi berlubang. Dari aspek kesehatan masyarakat, kegiatan ini bertujuan memperbaiki sarana dan prasarana di sekolah untuk mendukung perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah. Pada kegiatan ini menggunakan inovasi Kartu GigiKu dan empat modul pelatihan dokter gigi kecil. Dari hasil kegiatan ini didapatkan bahwa 87% dari 15 peserta pelatihan mengalami peningkatan pengetahuan terkait kesehatan gigi dan mulut. Kemampuan deteksi karies gigi menggunakan kartu GigiKu adalah sebesar 80%. Perbaikan sarana dan prasarana telah tercapai sehingga dapat mendukung aktivitas perilaku hidup bersih dan sehat.
Program "Smart GG" Sebagai Upaya Peningkatan Literasi dan Utilisasi Praktik Kesehatan Gigi dan Mulut Flossing Septalita, Annisa; Mayasari, Yufitri; Pratiwi, Alisa Novianty; Kuncoro, Inka Dwirifdani; Stephanie, Kayla Alika
ABDI MOESTOPO: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 8, No 1 (2025): Januari 2025
Publisher : Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32509/abdimoestopo.v8i1.4506

Abstract

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 menunjukkan bahwa 94,7% masyarakat Indonesia sudah memiliki kebiasaan menyikat gigi setiap hari,  namun prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal pada anak-anak tetap tinggi. Ini mengindikasikan bahwa meski frekuensi menyikat gigi tinggi, teknik menyikat mungkin belum efektif, terutama dalam membersihkan area sela-sela gigi, yang merupakan tempat utama penumpukan plak. Pemberian edukasi mengenai teknik flossing (praktik pembersihan area sela-sela gigi) sebelum menyikat gigi dan pengoptimalan fungsi UKGS pada Sekolah Dasar merupakan salah satu solusi yang baik untuk mengatasi masalah tersebut. Kegiatan ini diikuti oleh 43 siswa kelas 4 SD Kartika X-2 Pesanggrahan. Pada awal kegiatan dimulai dengan mengadakan pre-test menggunakan lembar kuesioner mengenai pemahaman dasar flossing untuk anak-anak. Peserta menerima edukasi dan demonstrasi tentang flossing, diikuti dengan pemeriksaan gigi dan mulut. Setelah itu, mereka juga diberikan kartu dan kalender flossing. Kegiatan diakhiri dengan mengadakan post-test pada semua peserta. Kegiatan edukasi flossing ini berjalan efektif karena dapat meningkatkan pengetahuan/literasi, sikap dan tindakan/utilisasi mitra sasaran/siswa mengenai flossing.
Tinjauan Literatur Mengenai Black Stain pada Anak-Anak Annisa Septalita; Putri, Nisrina Ayu; Nur Khofifah; Somadinata, Nurul Irba; Oldilia Yolanda; Oriza Sativa; Oxy Asfuridah Ansori; latupono, Puja sitna hadjar; Putri Novthalia
Jurnal Teknologi dan Sains Modern Vol. 2 No. 3 (2025): Mei-Juni
Publisher : CV. Science Tech Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69930/jtsm.v2i3.369

Abstract

Black stain (BS) merupakan garis atau bintik hitam yang melekat pada permukaan gigi  anak-anak. Prevalensi BS pada anak usia prasekolah bervariasi antara 2% hingga 20%, dengan angka tertinggi ditemukan sebesar 15,33% di Qingdao, China. Etiologi BS belum sepenuhnya dipahami, namun diduga terkait dengan senyawa besi yang tidak larut, konsumsi makanan kromogenik, suplemen zat besi, serta bakteri kromogenik seperti Porphyromonas gingivalis dan Prevotella intermedia. Penelitian ini bertujuan mengkaji prevalensi, faktor penyebab, serta hubungan antara black stain dengan risiko karies gigi pada anak-anak. Metode yang digunakan adalah tinjauan literatur terhadap delapan artikel penelitian dari jurnal terakreditasi selama periode 2012 hingga 2023 di beberapa negara seperti Turki, Inggris, China, Tunisia, dan Brazil. Mayoritas studi menggunakan desain cross-sectional. Hasil tinjauan menunjukkan bahwa anak-anak dengan black stain memiliki prevalensi karies gigi yang lebih rendah dibandingkan anak-anak tanpa BS. Black stain berhubungan dengan kebersihan mulut yang lebih baik, konsumsi gula lebih rendah, penggunaan fluoride rutin, serta komposisi mikrobioma oral yang berbeda. Faktor risiko tambahan meliputi kelahiran sesar, konsumsi suplemen zat besi jangka panjang, dan riwayat keluarga dengan BS. Pencegahan dan pengelolaan BS dilakukan melalui pendekatan minimal invasif seperti scaling dan polishing secara berkala serta edukasi kebersihan gigi kepada orang tua dan anak.