Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Relationship of Bird Diversity and Plant Composition Inside The Area Campus Green Space of Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang West Java Nurjaman, Deden; Husodo, Teguh; Megantara, Erri Noviar; Hadikusumah, Herri Y.; Wulandari, Indri
Biosaintifika: Journal of Biology & Biology Education Vol 10, No 3 (2018): December 2018
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Sciences, Semarang State University . Ro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.747 KB) | DOI: 10.15294/biosaintifika.v10i3.13543

Abstract

Padjadjaran University (UNPAD) Jatinangor is currently conducting green Campus program. To support the program, a study of biota living in it, as one of the benchmarks of good or bad environmental conditions, is needed. The green space of Jatinangor Campus is divided into two clusters namely Cluster I green space (Campus Forest) and green space Cluster II (Campus Non Forest). The objective of the research was to know the relationship between diversity of birds with diversity of plants in the green space of Cluster I (Campus Forest) and Cluster II (Campus Non Forest) UNPAD Campus Jatinangor as one of the parameters of successful development of green Campus. This research is descriptive-explorative with census method on bird species and plant composition from green spaces of Cluster I (Campus Forest) and Cluste II (Campus Non Forest) Campus UNPAD Jatinangor. From the observations in Cluster I, we identified 46 species of birds and 77 species of plants, whereas in Cluster II, we identified 32 species of birds and 74 types of plants. The number of bird species is directly proportional to the number of plant species from Cluster I and Cluster II green spaces. From this study it was concluded that the diversity of tree species supports the diversity of bird species.
SIZE TREND ANALYSIS OF BIGEYE TUNA (Thunnus obesus) AND YELLOWFIN TUNA (Thunnus albacares) AT PALABUHANRATU ARCHIPELAGO FISHING PORT Dita Agustian; Erri Noviar Megantara; Yudi Nurul Ihsan; Martha Fani Cahyandito
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 5, No 3 (2021): JFMR VOL 5 NO.3
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2021.005.03.21

Abstract

Bigeye tuna (Thunnus obesus) and Yellowfin tuna (Thunnus albacares) are a marine commodity that has high nutritional content and economic value in the market. However, based on data from Palabuhanratu Archipelago Fishing Port, there has been a high decrease in the catch of Bigeye tuna and Yellowfin tuna since 2016 although slightly increased in the following year, so it is necessary to analyze the size trends of them as a target fish of many fishermen at the port. The purpose of this study is to determine the size trend of Bigeye and Yellowfin tuna for the next few years and to determine the steps to maintain their sustainability. The method used in this research is a case study and analyzed using regression analysis. The results showed that the size trend of Bigeye tuna and Yellowfin tuna catch until 2022 will tend to decline. This indicates the occurrence of overfishing so that it does not provide opportunities for fish to grow and develop. Therefore, catch control efforts are needed to maintain the sustainability of fish stocks.
STUDI POPULASI KUKANG JAWA (Nycticebus javanicus É.Geoffroy, 1812) DAN UPAYA PERLINDUNGANNYA OLEH MASYARAKAT LOKAL DI DAERAH RENCANA PEMBANGUNAN PLTA CISOKAN, JAWA BARAT Astrini Ayundari; Erri Noviar Megantara; Susanti Withaningsih; Parikesit Parikesit; Teguh Husodo
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 15, No 2 (2017): BIOTIKA DESEMBER 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bjib.v15i2.19300

Abstract

DISTRIBUSI DAN DAERAH JELAJAH LUTUNG (Trachypithecus auratus sondaicus) DI TAMAN WISATA ALAM PANGANDARAN Teguh Husodo; Erri Noviar Megantara
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 1, No 1 (2002): Biotika Juni 2002
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bjib.v1i1.161

Abstract

ABSTRACTThe study distribution and population of lutung(Trachypithecus auratus sondaicus) in Pangandaran NaturalRecreational Park (TWAP) was conducted in January 2001through census method.  Broad inventory observation wasapplied to identified plant community and dominant plantspecies. There are 12 lutung groups and evenly distributed  in 37,7 ha area of TWAP,  thus the  density  of  lutung  is rangebetween 35-36 groups/km2. Population average on groups as13,1-13,5, 20-21 are maximized and  5-6 are minimizingpopulation.  Composition  of  sex  ratio  average  on  eachgroup  was  1,9 adult  male/group,  6,9-7,5 adult female/group,  2 subadult/group,   2,7-3,2 young/group and1 infant/group. Lutung habitat on TWAP were secondaryforest, with dominance vegetation are laban (Vitexpubescens), kisegel (Dillenia exelsa) and marong(Cratoxylum formosum), nyamplung (Callophylluminophylum), ketapang (Terminalia catappa), waru (Hibiiscustiliaceus) and butun (Barringtonia asiatica). Recorded 40 of 60species have 1 % frequency index were lutung food.  Duringthe studies  members  splitter  recorded  from  their  group, like A, B and C groups  to  A1-1, A1-2, B1, B2, C2-1 and C2-2.  Average  of  territory area  of all groups were 2,78 ha, 6,67ha are maximized and 2,78 ha are minimized.Keyword :Lutung, distribution, homerange, population, PananjungPangandaran Nature Reserve.
STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DI PLTP GUNUNG SALAK, JAWA BARAT Teguh Husodo; Randi Hendrawan; Sya Sya Shanida; Erri Noviar Megantara
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 19, No 2 (2021): BIOTIKA DESEMBER 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/biotika.v19i2.33514

Abstract

Tingginya faktor antropogenik akan berdampak pada keanekaragaman hayati, sehingga perlu dilakukan pengelolaan danpembangunan yang berwawasan lingkungan. Gambaran struktur dan komposisi vegetasi di suatu wilayah dapat menjadiinformasi dasar dalam pengelolaan lingkungan. Tujuan studi ini dilakukan untuk memberikan gambaran mengenaikondisi struktur dan komposisi vegetasi di unit PLTP Gunung Salak, Jawa Barat.Pengumpulan data kualitatif dilakukandengan inventarisasi jenis-jenis tumbuhan, sedangkan data kuantitatif didapatkan melalui metode kuadrat. Komposisitumbuhan di kawasan unit PLTP Gunung Salak diketahui sebanyak 120 jenis dari 56 famili. Moraceae ditemukan palingbanyak dengan jumlah 11 spesies. Sebagian besar tersusun oleh stratifikasi A, B, C, D, dan E. Nilai indeks kesamaantertinggi berada pada ekosistem hutan alam-1 dan riparian sebesar 100%. Nilai keanekaragaman tertinggi berada padaekosistem ekoton pada kategori anakan (4,74), lalu diikuti dengan ekosistem hutan alam-1 pada kategori anakan (3,77),riparian pada kategori anakan (3,66), dan hutan alam-3 pada kategori pancang (3,03).
KERAGAMAN JENIS AVIFAUNA DI KAWASAN NON-KONSERVASI CISOKAN, CIANJUR, JAWA BARAT Sya Sya Shanida; Teguh Husodo; Syahras Fathin Aminuddin; Erri Noviar Megantara
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 19, No 1 (2021): BIOTIKA JUNI 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/biotika.v19i1.33037

Abstract

Kehadiran burung dapat menggambarkan kondisi suatu lingkungan. Burung memiliki peran dan indikator masing-masing di lingkungannya yang mempengaruhi keberlanjutan suatu ekosistem. Tujuan studi ini adalah untuk (a) mengkaji keanekaragaman jenis burung di kawasan non-konservasi Cisokan dan (b) mengkaji status konservasi jenis-jenis burung yang tercatat di kawasan non-konservasi, Cisokan. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data lapangan dengan mencatat jenis-jenis burung pada suatu transek dan point count. Hasil studi menunjukkan bahwa 88 jenis dari 34 famili burung telah tercatat di kawasan Cisokan. Diantara 88 jenis tersebut, 11 jenis di antaranya termasuk kategori dilindungi oleh undang-undang. Berdasarkan IUCN, dari berbagai jenis burung yang ditemukan, Elang Jawa termasuk status perlindungan tertinggi (Endangered), empat jenis dengan status Near Threatened, dan 81 jenis dengan status Least Concern. Berdasarkan CITES, sepuluh jenis termasuk status Appendix II. Sementara itu, berdasarkan endemisitas, enam jenis burung merupakan endemik Pulau Jawa, tujuh jenis merupakan endemik Pulau Jawa dan Bali, dua jenis merupakan endemik Sumatra, Jawa, dan Bali, dan satu jenis merupakan endemik Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Sebagai kawasan non-konservasi, jenis-jenis burung ditemukan cukup beragam di mana beberapa jenis memiliki status konservasi tinggi, disamping adanya pembangunan PLTA, sehingga perlu dilakukan pemantauan jenis burung di Cisokan.
AGROEKOSISTEM EKS PERKEBUNAN TEH DAERAH KOLEBERES KABUPATEN CIANJUR Teguh Husodo; Erri Noviar Megantara
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 2, No 1 (2003): Biotika Juni 2003
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bjib.v2i1.221

Abstract

TREN PERDAGANGAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) PERIODE 2000 – 2019 Rahmania Wanda Zafira; Tika Dewi Atikah; Erri Noviar Megantara; Nurul Inayah; Amir Hamidy
BERITA BIOLOGI Vol 21, No 3 (2022): Berita Biologi
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v21i3.4164

Abstract

Perdagangan satwa liar merupakan aktivitas manusia yang mempercepat kepunahan keanekaragaman hayati. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) termasuk salah satu jenis mamalia yang paling banyak diperdagangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tren perdagangan dan kemitraan perdagangan M. fascicularis secara global periode 2000–2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pengumpulan data secara studi kepustakaan. Analisis data dilakukan secara deskriptif terhadap permasalahan yang diselidiki. Hasil menunjukkan bahwa selama  periode 2000–2019 tercatat 3.111 insiden perdagangan. Tren perdagangan M. fascicularis berkode sumber tangkapan dari alam (W) secara umum mengalami penurunan, sedangkan perdagangan berkode sumber penangkaran (C), anakan (F), dan ranching (R) secara umum bervariasi. Mauritius menjadi negara eksportir M. fascicularis berkode tangkapan dari alam (W) dan anakan (F) tertinggi, sedangkan negara pengekspor tertinggi hasil penangkaran (C) adalah Cina dan Vietnam. Amerika Serikat merupakan negara paling konsumtif sebagai importir maupun re-eksportir dan memiliki banyak mitra perdagangan dalam pasar M. fascicularis ini. Indonesia aktif melakukan perdagangan terutama dengan kode sumber penangkaran (C) dan bermitra dengan Amerika Serikat, Taiwan, dan Singapura.
KEANEKARAGAMAN REEPS (RARE, ENDANGERED, ENDEMIC, PROTECTED SPECIES) DI AREA AMFITEATER, CILETUH PALABUHANRATU UNESCO GLOBAL GEOPARK Wulandari, Indri; Parikesit, Parikesit; Supangkat, Budiawati; Megantara, Erri Noviar; Shanida, Sya Sya
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 21, No 2 (2023): BIOTIKA DESEMBER 2023
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/biotika.v21i2.49848

Abstract

Ciletuh-Palabuhanratu UNESCO Global Geopark (CPUGG) merupakan salah satu kawasan yang dikembangkan menjadi kawasan pariwisata. Dengan statusnya sebagai UNESCO Global Geopark, CiletuhPalabuhanratu ditetapkan sebagai kawasan konservasi keanekaragaman geologi, hayati, dan budaya. Pengembangan pariwisata ini ditujukan salah satunya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. Di sisi lain, kawasan CPUGG ini diketahui memiliki keanekaragaman hayati dilindungi dengan status Rare, Endangered, Endemic, and Protected Species (REEPS) dan terancam punah. Salah satu lokasi keberadaan keanekaragaman hayati dilindungi adalah di area amfiteater yang berada di wilayah Kecamatan Ciemas. Oleh karena itu, perlu diketahui jenis – jenis REEPS yang terdapat di area tersebut. Studi ini melakukan pendekatan kualitatif melalui studi literatur dan observasi lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 15 jenis REEPS, terdiri dari 1 jenis flora dan 14 jenis fauna, meliputi 5 jenis Avifauna, 1 jenis Herpetofauna, dan 8 jenis Mammalia. Lokasi ditemukannya jenis – jenis REEPS tersebut sebagian berdekatan atau bahkan berada di lokasi – lokasi yang menjadi daya tarik wisata kawasan CPUGG.
KERAGAMAN HERPETOFAUNA DI WILAYAH OPERASIONAL PLTP KAMOJANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Husodo, Teguh; Megantara, Erri Noviar; Wulandari, Indri; Shanida, Sya Sya; Jauhan, Jirjiz; Wibowo, Tri Setia
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 22, No 1 (2024): BIOTIKA JUNI 2024
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/biotika.v22i1.51324

Abstract

Fasilitas pembangkit listrik diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Adanya kegiatan pembangkit listrik tidak terlepas dari perubahan lahan yang berdampak pada keanekaragaman hayati disekitarnya, seperti herpetofauna. Herpetofauna memiliki berbagai peran penting di ekosistem, salah satunya sebagai pengendali populasi satwa mangsa dan menjaga keseimbangan ekosistem. Tujuan studi ini adalah untuk memantau keragaman herpetofauna di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan melalui Visual Encounter Survey yang dikombinasikan dengan Auditory Encounter Survey. Keragaman herpetofauna dijumpai sebanyak 20 spesies yang terdistribusi di sekitar kawasan PLTP Kamojang, dimana 13 spesies termasuk Kelas Amfibi dan Ordo Anura, serta tujuh spesies termasuk Kelas Reptil dan Ordo Squamata. Huia masonii Boulenger, 1884 dijumpai sebagai spesies yang terancam punah dengan status Vulnerable (VU). Microhyla achatina Tschudi, 1838, Limnonectes kuhlii Tschudi, 1838, Huia masonii Boulenger, 1884, dan Rhacophorus reinwardtii Schlegel, 1840 diketahui merupakan spesies endemik Pulau Jawa dan sekitarnya. Perkebunan hortikultur dijumpai terbanyak dibandingkan tutupan lahan lainnya sejumlah 15 spesies.