This Author published in this journals
All Journal Jurnal Standardisasi
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KAJIAN MANFAAT PENERAPAN ISO 14001 PADA 12 PERUSAHAAN Muti Sophira Hilman; Ellia Kristiningrum
JURNAL STANDARDISASI Vol 10, No 3 (2008): Vol. 10(3) 2008
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31153/js.v10i3.633

Abstract

The implementation of ISO 14001 gives a lot of benefits for organization, such as improving environmentalperformance, reduce cost and improve market access. From many organizations that have certification of ISO14001, it’s important to know what is the reason of the company in implementation ISO 14001, what is the realbenefit as an impact of implementation ISO 14001 and what is the problem of implementation ISO 14001. Thispaper describes the implementation of ISO 14001 in 12 industries in Indonesia that have ISO 14001 certification.The method of this study is descriptive method, it describes about situation or factual condition. Data collectingtools is by quetioner. Result of this study showed that the first reason to implement of ISO 14001 is for improvingcompany image, benefits of certification ISO 14001 are pollution reduced, reducing the society complaint,increasing the efficiency process, fulfillment of the regulation, increasing on the management activities,increasing the customer satisfaction, and increasing sell of the products. The problems of implementation ISO14001 are lack of top management commitment, lack of participation and awareness of employee, lack ofpromotion and information from management, and the high expense for certification.
PERANCANGAN KERANGKA KERJA STANDAR PANGAN FUNGSIONAL UNTUK MEMBANTU PENYERAPAN KALSIUM Ellia Kristiningrum; Putty Anggraeni; Arini Widyastuti; Bety Wahyu Hapsari
JURNAL STANDARDISASI Vol 21, No 1 (2019)
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31153/js.v21i1.733

Abstract

Kekurangan asupan kalsium akan memberikan resiko penyakit osteoporosis yang seringkali ditandai dengan berkurangnya massa tulang dan adanya perubahan mikroarsitektur jaringan tulang yang berakibat menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang serta risiko terjadinya patah tulang. Pengembangan pangan fungsional di Indonesia sangat prospektif dan memiliki peluang dalam perdagangan ekspor, antara lain ke Jepang, Eropa, dan Amerika. Banyaknya penelitian dan pengembangan pangan fungsional yang terbukti dapat membantu penyerapan kalsium yang harus didukung dengan keberadaan SNI sehingga akan memberikan peluang pasar yang lebih besar dan stabil. Hambatan pada saat perumusan standar sering dihadapi pada tahap awal prosesnya karena kurangnya informasi tentang kebutuhan pemangku kepentingan dari perspektif yang berbeda yang dapat menyebabkan standar yang dirumuskan tidak diterima oleh konsensus. Jadi penting untuk mengetahui semua kebutuhan pemangku kepentingan dan mencari kesepakatan bersama untuk masing-masing pemangku kepentingan. Penelitian ini menggunakan metode FACTS (Framework for Analysis, comparison, and Testing of Standards). Metode ini menyediakan sarana untuk menganalisis, membandingkan dan menguji standar yang akan dikembangkan. Penelitian ini menghasilkan kerangka kerja yang dapat digunakan sebagai acuan pada saat penyusunan standar terkait pangan fungsional. Penelitian ini merekomendasikan penyusunan SNI istilah - definisi pangan fungsional dan SNI formula pangan fungsional untuk membantu penyerapan kalsium, yang didalamnya mengatur tentang tata cara klaim pangan fungsional.
STUDI PENERAPAN SNI OLEH LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN Muti Sophira Hilman; Ellia Kristiningrum
JURNAL STANDARDISASI Vol 9, No 2 (2007): Vol. 9(2) 2007
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31153/js.v9i2.35

Abstract

Conformity assessment body (CAB) such as Certification body, inspection and laboratorium has role in quality assurance of goods or services. Application of SNI by CAB may describe development of standard application. At this time, data of SNI application and its constraint by CAB is not known for sure yet. The objective of the research is to know how many SNI has implemented by CAB and reasons and problems that faced CAB in order to implement SNI. Method of the study is a survey method. Discussion in this study using decriptive method, it describes about situation or factual condition. Data collecting tools is by quetioner. Questioner was distributed to CAB that was accredited by KAN, such as testing laboratory, quality system certification body, environmental quality system certification body, product certification body, calibration laboratory and inspection body. Applying of SNI by LPK is equal to 14.46% SNI applied to amount of total SNI. Amount of SNI applied by testing laboratory is 873 SNI, by calibration laboratory is 210 SNI, 31 SNI applied by inspection body, 134 SNI applied by product certification body, 52 SNI applied by quality management system certification body, 4 SNI applied by HACCP certification body and 5 SNI applied by EMS certification body. The first reason that CAB is not apply SNI that is SNI inappropriate with customer or market need. Cost of treatment and equipments and difficulty of the process accreditation is a major problem of CAB to apply SNI.
KAJIAN PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG AGROBASED DALAM RANGKA ASEAN ECONOMIC INTEGRATION Muti Sophira Hilman; Ellia Kristiningrum
JURNAL STANDARDISASI Vol 7, No 2 (2005): Vol. 7(2) 2005
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31153/js.v7i2.26

Abstract

Indonesia adalah negara agraris yang memiliki sumber daya alam pertanian, perkebunan, kelautan yang sangat memadai, dan Indonesia mempunyai nilai ekspor terbesar untuk produk agro based. Integrasi ekonomi ASEAN menetapkan 11 sektor prioritas ASEAN yang perlu di integrasikan, salah satunya adalah sektor agro-based product. Perkembangan ASEAN integration saat ini telah mengharuskan setiap negara ASEAN untuk menentukan program-program prioritas produk yang perlu diharmonisasikan standarnya, termasuk standar untuk produk agro-based. Kajian ini menganalisa tentang keberadaan SNI produk agro-based yang harus dirumuskan atau di kaji ulang dalam rangka pengembangan standar produk agro-based. Dari kajian ini dapat disimpulkan bahwa prioritas pengembangan SNI untuk produk agro-based dapat ditentukan berdasarkan pada nilai terbesar dari ekspor dan impor, selain itu juga berdasarkan value chain produk agro-based dan kesepakatan harmonisasi standar agro-based di ASEAN, dimana perkembangan SNI produk agro-based tidak hanya standar produk tetapi juga standar mengenai food safety, food higiene, dan labelling
Penentuan Titik Kritis Persyaratan pada SNI 8211:2015 dan Regulasi Teknis terkait Benih Tanaman Kelapa Sawit untuk Meningkatkan Produktivitas Utari Ayuningtyas; Febrian Isharyadi; Ary Budi Mulyono; Ellia Kristiningrum; Biatna Dulbert Tampubolon; Nur Tjahyo Eka Damayanti; Novin Aliyah; Daryono Restu Wahono; Nuri Wulansari; Rika Dwi Susmiarni
JURNAL STANDARDISASI Vol 24, No 1 (2022)
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31153/js.v24i1.964

Abstract

 Mutu benih sawit merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit. Terjadinya pemalsuan benih sawit atau benih yang tidak bersertifikat akan berdampak buruk bagi perkebunan kelapa sawit Indonesia, karena menyebabkan penurunan produktivitas benih kelapa sawit. Oleh sebab itu diperlukan penentuan titik kritis persyaratan atau tolok ukur untuk meningkatkan produktivitas benih kelapa sawit. Pada SNI 8211:2015 dan beberapa peraturan Kementerian Pertanian terdapat persyaratan atau tolok ukur yang masing-masing memiliki konteks yang mendukung perbaikan mutu benih kelapa sawit. Untuk dapat menentukan titik kritis dari persyaratan atau tolok ukur yang ditetapkan, maka dalam penelitian ini dilakukan penyandingan atau komparasi antara SNI dengan beberapa peraturan Kementerian Pertanian tersebut yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis, tahapan dalam produksi benih kelapa sawit dibagi menjadi 4 bagian diantaranya tahapan pemuliaan, tahapan reproduksi benih, tahapan pemrosesan benih, dan tahapan pengecambahan benih. Dari masing-masing tahapan tersebut diperoleh titik kritis persyaratan atau tolok ukur yaitu pada tahapan pemuliaan terdapat 4 parameter kritis seperti pembentukan populasi dasar, prosedur pemuliaan, pengujian progeni, dan kriteria seleksi persilangan. Pada tahapan reproduksi benih terdapat 2 parameter kritis yaitu mating design dan reproduksi benih, dan kondisi fisik tanaman. Pada tahapan pemrosesan benih terdapat 2 parameter kritis yaitu unit persiapan benih, dan unit pengecambahan. Kemudian tahapan selanjutnya pengecambahan benih terdapat 1 titik kritis yaitu mutu fisiologis kecambah. Titik kritis persyaratan atau tolok ukur dari setiap tahapan tersebut jika dipenuhi dan diterapkan dengan baik dan benar akan meningkatkan produktivitas mutu benih unggul yang komersil dan berkualitas tinggi.
ANALISA STANDAR DAN STRATEGI INDUSTRI KOPI SIAP MINUM DALAM KEMASAN ellia kristiningrum; Firdanis Setyaning; Febrian Isharyadi; Ahmad Syafin A
JURNAL STANDARDISASI Vol 18, No 3 (2016)
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31153/js.v18i3.334

Abstract

Banyaknya produk kopi ready to drink (RTD) atau kopi siap minum dalam kemasan yang beredar di Indonesia menandakan bahwa bisnis ini memiliki peluang pasar yang besar. Masing-masing produsen berlomba-lomba menciptakan strategi untuk meraih pasar yang ada. Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan dimana perumusannya memerlukan mekanisme yang tidak sederhana. Keberadaan Standar Nasional Indonesia (SNI) sangat penting untuk memberikan jaminan kepada konsumen akan mutu produk kopi siap minum dalam kemasan meskipun merk yang beredar di pasar berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisa terhadap SNI 01-4314-1996 dan strategi produk kopi siap minum dalam kemasan. SNI 01-4314-1996 telah berusia lebih dari 5 tahun dan 5 (lima) dari 7 (tujuh) standar acuan yang digunakan juga telah berusia lebih dari 5 tahun, sehingga standar ini sudah selayaknya untuk dilakukan proses kaji ulang. Sedangkan usulan strategi yang dihasilkan dari penghimpunan informasi dari eksternal dan internal perusahan antara lain low cost and best value, menurunkan presentase kandungan kopi dalam RTD, menambah variasi rasa dan kemasan, meningkatkan frekuensi iklan dalam televisi.
PENGARUH PEMBERLAKUAN WAJIB SNI BATERAI PRIMER TERHADAP IMPOR PRODUK BATERAI PRIMER INDONESIA Danar Agus Susanto; Ellia Kristiningrum
JURNAL STANDARDISASI Vol 21, No 2 (2019)
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31153/js.v21i2.731

Abstract

Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) baterai primer secara wajib dimulai pada akhir tahun 2009 dengan ditetapkanya Keputusan Menteri Perindustrian Nomor No.36/M-IND/Per/3/2009. Berdasarkan keputusan ini, semua produsen baterai primer, baik dalam negeri maupun luar negeri yang memasarkan produknya di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib memenuhi parameter SNI baterai primer. Penelitian ini membahas pengaruh pemberlakuan wajib SNI baterai primer terhadap impor produk baterai primer Indonesia dengan analisis ekonometrika menggunakan deret waktu pada periode 2004-2015. Variabel terikat yang digunakan adalah jumlah impor baterai primer, sedangkan variabel bebasnya adalah PDB riil, kurs riil dan dummy pemberlakuan wajib SNI baterai primer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberlakuan wajib SNI baterai primer secara simultan dengan varibel nilai tukar rupiah dan PDB berpengaruh secara signifikan terhadap impor baterai primer. Namun Pemberlakuan wajib SNI baterai primer secara parsial tidak berpengaruh terhadap impor baterai primer.
DUKUNGAN STANDARDISASI PADA BUDIDAYA TIRAM MUTIARA Ellia Kristiningrum; Bendjamin Benny Louhenapessy
JURNAL STANDARDISASI Vol 20, No 2 (2018)
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31153/js.v20i2.712

Abstract

Perkembangan usaha budidaya mutiara telah mengarah pada kegiatan industri yang terintegrasi. Terdapat 4 proses utama dalam budidaya tiram mutiara yaitu proses pembenihan, pendederan dan pembesaran tiram mutiara, serta proses operasi (penyisipan nucleus). Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tahapan budidaya tiram mutiara dan melakukan analisa perlu tidaknya pengembangan SNI untuk tahapan insersi nukleus ke dalam tubuh tiram mutiara. Metode analisa deskriptif berdasarkan data dari 3 pengusaha tiram mutiara yang berada di wilayah Bali, Labuan Bajo dan Manado digunakan untuk mengungkapkan budidaya tiram mutiara serta menganalisa kebutuhan pengembangan standarnya. Penelitian ini menemukan 4 SNI pendukung budidaya tiram mutiara yaitu SNI pendederan tiram mutiara, SNI tiram mutiara induk, SNI tiram mutiara spat dan SNI mutiara. Hasil analisa menunjukkan bahwa pengembangan standar untuk proses operasi atau teknik insersi tidak perlu dilakukan, hal ini dikarenakan faktor kompetensi pelaku insersi dan faktor eksternal (lingkungan) lebih mendominasi terhadap keberhasilan pembentukan mutiara, sehingga kualitas mutiara yang dihasilkan belum tentu seragam meskipun dilakukan dengan teknik insersi yang sama. Penyusunan tatacara dan persyaratan proses insersi tiram mutiara dijadikan dapat pedoman untuk mendukung standardisasi kegiatan budidaya tiram mutiara.
PENGEMBANGAN SNI KOMPOR/TUNGKU MASAK BERSIH (CLEAN COOKSTOVES) Teguh Pribadi Adinugroho; Ellia Kristiningrum
JURNAL STANDARDISASI Vol 14, No 3 (2012): Vol. 14(3) 2012
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31153/js.v14i3.85

Abstract