Yofi Irvan Vivian
Program Studi Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman Samarinda

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Mamanda Kutai: Karakteristik Ladon pada Lirik dan Musik Karya Mamanda Panji Berseri Yofi Irvan Vivian; Asril Gunawan; Fikri Yassaar Arrazaq
Jurnal Mebang: Kajian Budaya Musik dan Pendidikan Musik Vol. 2 No. 1 (2022)
Publisher : Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1493.376 KB) | DOI: 10.30872/mebang.v2i1.22

Abstract

Abstract: Mamanda Kutai was a traditional theatre which owned by Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Now, Kutai Kartanegara just has one group of Mamanda Kutai, namely Mamanda Panji Berseri. Typically of Mamanda Kutai, there is Ladon (pantun that we humming) first of the show. This research aims to know the characterization text (theme-rheme ) musically from Ladon. The study used a qualitative approach analysis descriptive. This research uses Linguistic Functional Systemic (LFS) approach and musicology. Pantun that made become lyrics, Ladon have Theme and rheme. The Pantun have four-line and every line have four words. Ladon was sung by adding some words to follow the central melody. The structure or arrangement of the word sung (Ladon) is different from the original Pantun. In structure, musical use the musicology approach to variable or characteristic melody.   Abstrak: Mamanda Kutai merupakan teater tradisional yang dimiliki oleh Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Saat ini, Kutai Kartanegara tinggal memiliki satu kelompok Mamanda Kutai, yaitu Mamanda Panji Berseri. Ciri khas Mamanda Kutai, yaitu adanya Ladon (pantun yang disenandungkan) pada awal pertunjukannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik teks (tema-rema) dan musikal pada Ladon. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis. Penelitian ini menggunakan pendekatan Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) dan Musikologi. Pantun yang dijadikan lirik Ladon memiliki tema dan rema. Pantun tersebut memiliki empat baris dan setiap barisnya memiliki empat kata. Ladon dinyanyikan dengan menambahkan beberapa kata mengikuti melodi utama. Struktur atau urutan kata dinyanyikan (Ladon) berbeda dengan bentuk pantun aslinya. Secara struktur musikal menggunakan pendekatan Musikologi mengenai variabel atau karakteristik nada.
Ideologi Pendidikan melalui Pendidikan Seni Musik dalam Sebuah Kreativitas Laila Fitriah; Yofi Irvan Vivian
Jurnal Mebang: Kajian Budaya Musik dan Pendidikan Musik Vol. 2 No. 1 (2022)
Publisher : Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.424 KB) | DOI: 10.30872/mebang.v2i1.26

Abstract

Abstract: Education is one of the efforts to optimize human potential. One of the educational efforts to optimize students' potential is through music education. This research aims to see if teachers can utilize their culture and art (traditional music) as a form of education. Teachers must understand and apply educational ideology in supporting creativity in art education, especially traditional music. This study uses a qualitative descriptive method with a phenomenological approach. Education as an enculturation channel in the philosophy of education has at least three important roles: education as cultural conservation, education as cultural regression, and education as a cultural transition. Teachers or educators can be creative by correlating their cultural ownership with the three important roles of education. Through the education unit level curriculum (KTSP), the government has begun to provide space for the development of Indonesian arts (culture) education, which has been marginalized from the younger generation's lives.   Abstrak: Pendidikan menjadi salah satu usaha untuk mengoptimalkan potensi manusia. Salah satu upaya pendidikan untuk mengoptimalkan potensi siswa adalah melalui pendidikan seni musik. Tujuan penelitian ini diharapkan guru mampu memaksimalkan kebudayaan dan seni (musik tradisi) yang dimiliki  sebagai sarana pendidikan  Guru harus mampu memahami dan menerapkan ideologi pendidikan dalam menunjang kreativitas pada pendidikan seni, khususnya musik tradisional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan pendekatan fenomenologi. Pendidikan sebagai saluran enkulturasi dalam filsafat pendidikan setidaknya memiliki tiga peranan penting, yaitu: education as cultural conserveation, education as cultural regression, dan education as cultural transition. Guru atau pendidik bisa berkreasi dengan mengkorelasikan kepemilikan budaya yang dimilikinya dengan ketiga peran penting dari pendidikan. Melalui kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), pemerintah mulai memberikan ruang bagi pengembangan pendidikan seni (kebudayaan) nusantara yang selama ini termarginalkan dari kehidupan generasi muda
Musik tradisi berkelanjutan untuk generasi muda Dayak Bahau Bayu Arsiadhi Putra; Jonathan Irene Sartika Dewi Max; Yofi Irvan Vivian
Riau Journal of Empowerment Vol 3 No 3 (2020)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/raje.3.3.161-169

Abstract

Traditional music is an expression of hereditary culture that is owned by certain ethnic groups. The young Dayak Bahau generation is committed to preserving traditional music even though they have experienced modern life and live in big cities. However, conservation efforts are always carried out in monotonous ways, resulting in various obstacles that are beyond the control of this ethnic group. Therefore, it is necessary to carry out empowerment activities so that the maintenance and preservation of traditional music can be sustainable. An understanding of the dangers of traditional music extinction is needed, the factors causing extinction and maintenance strategies. This service provides training to the young Dayak Bahau generation in exploring challenges and opportunities for the sustainability of traditional music. Assistance is also carried out in revitalizing traditional arts that are threatened with extinction. This knowledge and skills make traditional music more preserved with an approach that emphasizes the decisions of traditional music owners.
Album Kompilasi sebagai Pembentuk Habitus Musikal bagi Komunitas Jazz Jogja Yofi Irvan Vivian
Jurnal Kajian Seni Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Kajian Seni Vol 4 No 2 April 2018
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1363.535 KB) | DOI: 10.22146/jksks.46451

Abstract

Musisi dan penggemar musik jazz di Yogyakarta tergabung dalam Komunitas Jazz Jogja (KJJ). Yogyakarta yang predikatnya sebagai kota pelajar mampu merekonstruksi pertunjukan jazz yang dikatakan elit, salah satunya acara Jazz Mben Senin. Acara ini dipentaskan di halaman parkir gedung Bentara Budaya Yogyakarta. Akses yang mudah inilah membuat penikmat dan musisi jazz semakin bertambah di Yogyakarta. Komunitas Jazz Jogja telah memproduksi album kompilasi sebagai salah satu wujud eksistensinya. Pengisi atau grup pada album kompilasi ini tidak semuanya memiliki basik musik jazz. Melalui album kompilasi, habitus musikal anggota Komunitas Jazz Jogja terkonstruksi mengikuti benang merah pada setiap albumnya.
Kontemplasi Musik Tradisi di IKN Kalimantan Timur dalam Kontinuitas dan Perubahan Asril Gunawan; Yofi Irvan Vivian; Agus Kastama Putra
Jurnal Mebang: Kajian Budaya Musik dan Pendidikan Musik Vol. 2 No. 2 (2022)
Publisher : Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3934.598 KB) | DOI: 10.30872/mebang.v2i2.30

Abstract

East Kalimantan is a province rich in natural resources and the diversity of its traditional arts. The diversity of traditional art forms, particularly traditional music, can be observed in the Outback, Coastal, and Palace Music (Kedaton Kutai)—which is still being maintained—of course, cannot be separated from the continuity and changes that accompany it. This study aims to form a collective awareness of the community through a space of contemplation on the sustainable preservation of traditional music with the importance of involving practitioners, artists, communities, cultural observers, academics, and the government as a strengthening of the sustainable literacy movement. Strengthening literacy in traditional music includes documentation, archiving, and recording of WBTB, cultural dissemination, and regeneration processes. This research uses a qualitative approach through case studies. The study results indicate that literacy strengthening in IKN East Kalimantan related to development policies and culture must go hand in hand so that the continuity and change of arts and culture are more dynamic. Kalimantan Timur merupakan provinsi yang kaya akan sumber daya alam maupun keragaman seni tradisinya. Keragaman bentuk kesenian tradisi, khususnya musik tradisi, dapat diamati pada musik Pedalaman, Pesisir, dan musik Istana (Kedaton Kutai)—yang hingga kini masih terus dipertahankan—tentu tidak terlepas dengan adanya kontinuitas dan perubahan yang menyertainya. Penelitian ini bertujuan membentuk kesadaran kolektif masyarakat melalui ruang kontemplasi terhadap pelestarian musik tradisi yang berkelanjutan dengan pentingnya melibatkan praktisi, seniman, masyarakat, budayawan, akademisi dan pemerintah, sebagai penguatan gerakan literasi berkelanjutan. Penguatan literasi pada musik tradisi di antaranya: pendokumentasian, pengarsipan, dan pencatatan WBTB, diseminasi budaya dan proses regenerasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguatan literasi di IKN Kalimantan Timur terkait kebijakan pembangunan dan kebudayaan harus berjalan seiring, agar kontinuitas dan perubahan seni dan budaya di IKN lebih dinamis.
PEMBENTUKAN HABITUS MASYARAKAT SUKU DAYAK BENUAQ PADA RITUAL BELIATN SENTIU DI KESULTANAN KUTAI KARTANEGARA ING MARTADIPURA Yofi Irvan Vivian; Muhammad Bahri Arifin; Ian Wahyuni
Sorai: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik Vol 15, No 1 (2022)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/sorai.v15i1.4562

Abstract

Beliatn Sentiu is used by the Benuaq Dayak people as a non-medical treatment. This is because, The Beliatn Sentiu process uses offerings and mantra readings (bememang). The purpose of this study is to determine the musical characteristics of one of the music played and the formation of habitus that occurs in the Dayak Benuaq tribe in the Beliatn Sentiu Ritual process in Kutai Ing Martadipura. Research Methods The research methods used are Qualitative. This research also uses the approach of field research methods by Bruno Nettl, namely desk work and field work. Pemeliatn is the dominant agent, while Pengugu, Penu'ung, and Rotatn are the dominating agents. This is because Pemeliatn has a large capital, especially in cultural and social capital. The interaction of these two capitals forms a symbolic capital so that in The Beliatn Sentiu Ritual, the command of the Pemeliatn is always followed by The Pengugu, Penu'ung, and Rotatn. The beliefs of the Dayak Benuaq people are influenced by ancestral spirits and supernatural realms, making habitus constructed in the Beliatn Sentiu Ritual. The Beliatn Sentiu process is believed to be the help of ancestral spirits in healing. This is what makes the Beliatn Sentiu still carried out today.
Optimalisasi Pengembangan Alat-Alat Bekas Untuk Meningkatkan Keterampilan Bermusik Pada Siswa SMK Negeri 8 Samarinda Yofi Irvan Vivian; Aris Setyoko; Dwi Mustofa
Jurnal Pemberdayaan Sosial dan Teknologi Masyarakat Vol 2, No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Smart Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.378 KB) | DOI: 10.54314/jpstm.v2i2.1086

Abstract

Abstract: The lack of art teachers at the school level makes many teachers of other subjects teach Arts and Culture Subjects. The government created the Movement of Artists Entering Schools (GSMS) program to address this, but not all schools were able and implemented it. The limitations of art teachers run linearly with supporting media in Cultural Arts Subjects. This study aims to improve musical skills in students of SMK Negeri 8 Samarinda. The method used is Classroom Action Research (PTK). Optimization of the development of used tools in the form of gallons of water and buckets can be used for learning media, especially in performing arts materials. The method used is implemented in 4 ways, namely: (1) Introduction to Western Music Theory; (2) Search for non-musical instruments; (3) Application of Western Music Theory in non-musical instruments; and (4) The merging of non-musical instruments with musical instruments (Pianica). Students became interested in Cultural Arts Subjects even though the school did not have a learning medium that could support them well. Optimization of the development of used (non-musical) tools can provide performances that are appreciated by SMK Negeri 8 Samarinda. This is evident from the many performance arenas given for eleven students to perform. Keywords: Arts and Culture Subjects; Optimization; Used ToolsAbstrak: Minimnya guru seni pada tingkat sekolah menjadikan banyak guru mata pelajaran lain mengajar Mata Pelajaran Seni dan Budaya. Pemerintah membuat program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) untuk mengatasi hal ini, tetapi tidak semua sekolah mampu dan melaksankannya. Keterbatasan guru seni berjalan linier dengan media penunjang pada Mata Pelajaran Seni Budaya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bermusik pada siswa SMK Negeri 8 Samarinda. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Optimalisasi pengembangan alat-alat bekas berupa galon air dan ember mampu digunakan untuk media pembelajaran, khusnya pada materi seni pertunjukan. Metode yang digunakan diimplementasikan melalui 4 cara, yaitu: (1) Pengenalan Teori Musik Barat; (2) Pencarian alat non-musik; (3) Pengaplikasian Teori Musik Barat di alat non-musik; dan (4) Penggabungan alat non-musik dengan alat musik (Pianika). Siswa mulai tertarik dengan Mata Pelajaran Seni Budaya meskipun sekolah tidak memiliki media pemberlajaran yang mampu menunjang dengan baik. Optimalisasi pengembangan alat-alat bekas (non-musik) mampu memberikan pertunjukan yang diapresiasi oleh pihak SMK Negeri 8 Samarinda. Hal ini terbukti dari banyaknya arena pertunjukan yang diberikan untuk sebelas siswa untuk tampilKata kunci: Alat-alat Bekas; Mata Pelajaran Seni dan Budaya; Optimalisasi
Linearitas Wujud Tradisi Lisan terhadap Lagu Bedandeng Suku Kutai di Kecamatan Tenggarong Kresna Syuhada Rawanggalih; Yofi Irvan Vivian; Zamrud Whidas Pratama
Jurnal Mebang: Kajian Budaya Musik dan Pendidikan Musik Vol. 3 No. 1 (2023)
Publisher : Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/mebang.v3i1.54

Abstract

Bedandeng is one of the traditional vocals found in the Kutai tribe in Tenggarong District and is sung while working (in the fields) and putting children to sleep. Currently, many young people from the Kutai tribe are not familiar with the Bedandeng song because it is rarely performed, so they do not know its musical characteristics and the context in which it is spoken. Bedandeng song research uses qualitative methods with a descriptive analysis approach to determine musical forms and (non-musical) speech contexts. There are four Bedandeng lyrics which adjust the function, place, and activities of the singer (wailing, advising, and putting the child to sleep). The four lyrics of Bedandeng have musical characteristics by Jean Ferris which include phrases (antecedents and consequents), melodies (C – D – Eb – F – G – Ab), themes (adjusting the place and activities of the singer), scale (C scale Original Minor), and uses melismatic and syllabic concepts in each of its lyrics. Context of speech is also found in Bedandeng's fourth lyrics, namely culture, situation, social, and ideology. The songs in the four Bedandeng lyrics have a linearity that is related to the musical characteristics and speech context (oral tradition) in the lyrics conveyed by the singer.
RELASI KARAKTERISTIK MUSIKAL TERHADAP TANDA PADA IKLAN DJARUM 76 TEMA ANJING Yofi Irvan Vivian; Ririn Setyowati; Nita Maya Valiantien
Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan teknologi membawa dampak positif bagi produsen dalam memasarkan produknya ke calon konsumen. Hal ini terlihat dari iklan yang hadir pada televisi, salah satunya iklan rokok. Iklan rokok tidak diperkenankan mempertunjukan barang jualannya karena mengikut i PeraturanPemerintahRepublik Indonesia, Nomor 108, Tahun 2012. Fokus penelitian ini adalah iklan Rokok 76 tema Anjing. Iklan ini tidak mempertunjukan rokoknya tetapi menghadirkan sebuah sosok Om Jin dan Perempuan. Banyak tanda yang memberikan makna dari adegannya, baik ekspresi maupun tuturan yang dihasilkan. Peneliti membagi tiga bagian pada musik backsound yang digunakan pada iklan Rokok Djarum 76 tema Anjing.