Claim Missing Document
Check
Articles

THE HIERARCHY OF NEEDS REFLECTED IN MICHAEL OHER’S CHARACTER IN THE BLIND SIDE MOVIE Sari, Linda; Natsir, M.; Valiantien, Nita Maya
Ilmu Budaya (Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya) Vol 1, No 4 (2017): Edisi Oktober 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.733 KB) | DOI: 10.30872/ilmubudaya.v1i4.767

Abstract

ABSTRACT This study is aimed to find how Michael Oher fulfilled his needs and to convey Michael Oher’s character when all his needs have been fulfilled and his dominant character in the movie of The Blind Side. The method that is used by the writer is descriptive qualitative. The data of this study were analyzed with the hierarchy of needs theory by Abraham Maslow. The writer analyzed the dialogue also narration that reflected the needs of the main character and also the changes of his character. The result of this study shows Oher could fulfill all of his needs from the lowest stage that begins with physiological needs, safety needs, love and belonging needs, self-esteem needs, and the last is self-actualization needs. Regarding to all of his needs that had been already fulfilled, his character also changed from a silent boy to a confident character who could express himself in sport and became one of the players that had a big influenced to the team. Last, for the dominant character that appeared in Oher was the protective character which was found in two different needs based on Maslow’s. Keywords: hierarchy of needs, character, characterization, The Blind Side movie  ABSTRAK Kajian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Michael Oher memenuhi kebutuhan hidupnya dan menemukan bagaimana karakter Michael Oher ketika segala kebutuhan hidupnya sudah terpenuhi. Juga, kajian ini bertujuan untuk mengungkap karakternya yang dominan. Metode yang digunakan penulis adalah deskriptif kualitatif. Data penelitian ini dianalisa dengan teori Hierarchy of Needs dari Abraham Maslow. Penulis menganalisa dialog dan juga narasi yang mencerminkan kebutuhan hidup karakter utama dan perubahan karakternya. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Oher mampu  memenuhi kebutuhan mulai dari kebutuhan fisiologis, kemanan, sosial, harga diri, dan kebutuhan pencapaian. Berkaitan dengan semua kebutuhan yang sudah terpenuhi, karakternya juga berubah dari lelaki yang pendiam menjadi karakter yang percaya diri dan bisa mengekspresikan dirinya dalam olahraga dan juga menjadi salah satu pemain yang memiliki pengaruh besar bagi timnya. Terakhir, untuk karakter dominan yang terlihat di Oher adalah karakter yang protektif dan di temukan didalam dua kebutuhan berbeda berdasarkan teori dari Maslow.  Kata kunci: hierarchy of needs, karakter, pemeranan, film The Blind Side
AN ANALYSIS OF ILLOCUTIONARY ACT AND PERLOCUTIONARY ACT OF JUDY HOPPS' UTTERANCES IN ZOOTOPIA MOVIE (2016) Nadeak, Magdalena Febriwati; Sunggingwati, Dyah; Valiantien, Nita Maya
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 1, No 4 (2017): Edisi Oktober 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.319 KB) | DOI: 10.30872/jbssb.v1i4.713

Abstract

ABSTRACT In this research, the researcher focused on finding the types of illocutionary act, the context of illocutionary act and whether Judy Hopps’ utterances affected the hearers performing the perlocutionary act in Zootopia movie. The researcher used two theories by George Yule and Dell Hymes in order to answer the three research questions; what types of illocutioay acts performed by Judy Hopps’ utterances, what the contexts of ilocutionay acts found in Judy Hopps’ utterances and how successful the illocutionary acts of Judy Hopps’ utterances affected the hearers performing the perlocutionary acts in Zootopia movie. Illocutionary act is performing an act by saying something. There were five types of illocutionary act, such as: representatives, directives, commissives, expressives and declarations. Zootopia movie is a story about a little rabbit; named Judy Hopps as the main character in Zootopia movie. She is an idealistic, cheery, and optimistic and then she wants to be a police officer in Zootopia city. Using descriptive qualitative method, the data of this research were gathered from the utterances containing the types and the context of illocutionary act also whether Judy Hopps’ utterances affected the hearers performing the perlocutionary act in the conversation of Zootopia movie. The results showed that there were thirteen utterances in the form of representative which can be categorized into statements of fact, assert, conclusion, inform, affirm, and report. Thirteen directive utterances in the form of commands, orders, insist, ask, entreat, request. Commissives appeared in the form of commit, promising, refuse, wishing and threatening. Expressives which appear in the form of complimenting, deploring, greeting, mocking, thanking, praising, apologizing, and leave-taking. The last type of illocutionary act was declaration which appeared in the form of approving. Keywords: Zootopia movie, types of illocutionary act, the context of illocutionary act, the perlocutionary act  ABSTRAK Dalam penelitian ini, peneliti fokus mengetahui jenis-jenis tindak ilokusi, konteks tindak ilokusi dan apakah ungkapan-ungkapan Judy Hopps mempengaruhi pendengar menampilkan efek dari tindak ilokusi tersebut di film Zootopia. Peneliti menggunakan dua teori dari George Yule dan Dell Hynes untuk menjawab tiga rumusan-rumusan masalah, yaitu: apa saja jenis-jenis tindak ilokusi yang ditampilkan dari ungkapan-ungkapan Judy Hopps; apa saja konteks-konteks yang di temukan pada ungkapan-ungkapan Judy Hopps dan bagaimana sukses atau tidak suksesnya tindak ilokusi pada ungkapan-ungkapan Judy Hopps yang mempengaruhi pendengar dalam menampilkan efek dari tindak ilokusi tersebut dari ungkapan Judy Hopps. Tindak ilokusi adalah melakukan suatu tindakan dengan mengatakan sesuatu. Ada lima jenis-jenis tindak ilokusi, yaitu: representative, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Film Zootopia adalah kisah tentang seekor kelinci, dia adalah Judy Hopps sebagai pemeran utama dalam film Zootopia. Dia adalah seekor kelinci yang idealistik, riang, optimis, dan kemudian dia ingin menjadi seorang polisi di kota Zootopia. Menggunakan metode deskriptif kualitatif, data penelitian ini dikumpulkan dari ungkapan-ungkapan yang berisi jenis tindak ilokusi, konteks tindak ilokusi dan ungkapan-ungkapan Judy Hopps yang mempengaruhi pendengar menampilkan efek dari tindak ilokusi tersebut dari ucapan Judy Hoops. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga belas ungkapan dalam bentuk representative yang dapat dikategorikan kedalam menyatakan suatu fakta, menuntut, kesimpulan, memberitahukan, menegaskan, dan melaporkan. Tiga belas ungkapan direktif dalam bentuk memerintah, pemesanan, meminta dengan tegas, bertanya, memohon dengan sangat dan meminta. Komisif muncul dalam bentuk melakukan, member, harapan, menolak, berharap, dan mengancam. Ekpresif muncul dalam bentuk memuji, menyesalkan, salam, menghina, meminta maaf, dan berpisah. Jenis terakhir dari tindakan ilokusi adalah deklaratif yang muncul dalam bentuk mengakui.  Kata kunci: film Zootopia, jenis-jenis tindak ilokusi, konteks, efek
AN ANALYSIS OF RACHEL BERRY’S CHARACTER IN GLEE SEASON 2 USING MASLOW’S THE HIERARCHY OF NEEDS THEORY Nurhajar, Ayu Sukma; Sunggingwati, Dyah; Valiantien, Nita Maya
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 2, No 3 (2018): Edisi Juli 2018
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.537 KB) | DOI: 10.30872/jbssb.v2i3.1149

Abstract

ABSTRACT Literary work today is not limited by written form such as novel and short story. Film can be considered as literary work as well due to its narrative device. Glee is an American series which takes social issues in each episode. This study is intended to analyse Rachel Berry’s character based on how she satisfies the hierarchy of needs and to show the characteristics of self-actualized person that she exhibits. The data of this study are taken from the dialogues and narrations from the series. This study uses Maslow’s the hierarchy of needs theory. The data are analysed using qualitative descriptive method. The results of this study show that Rachel Berry is a self-actualizer. Rachel Berry has satisfied the four lower level of needs (physiological needs, safety and security needs, love and belongingness needs, and esteem needs) before she reaches the pinnacle of the hierarchy of needs. Rachel Berry shows some characteristics of self-actualizer, which include an acceptance of her strengths and weaknesses, depends on herself for her satisfaction, has moments of peak experiences, has sympathy and empathy as well as is willing to help others, tends to select friends with similar quality as her own and has creativeness. Keywords: Glee, character, the Hierarchy of Needs Theory, self-actualization, self-actualized person  ABSTRAK Karya sastra hari ini tidak terbatas pada karya tertulis seperti novel atau cerita pendek. Film termasuk dalam karya sastra mengacu pada narasi yang digunakan. Glee adalah serial Amerika yang mengangkat isu-isu sosial pada setiap episodenya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa karakter Rachel Berry tentang bagaimana dia memenuhi segala kebutuhan dalam hierarki dan menunjukkan karakteristik dari seorang pengaktualisasi diri. Data-data diambil dari dialog dan narasi dalam serial Glee dan kemudian dianalisa menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan teori hierarki kebutuhan Maslow. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rachel Berry adalah seorang pengaktualisasi diri. Rachel telah memenuhi empat kebutuhan tingkat bawah dalam hierarki ( kebutuhan fisiologi, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan) sebelum dia mencapai kebutuhan puncak dalam hierarki. Rachel Berry menunjukkan beberapa karakteristik seorang pengaktualisasi diri, yaitu menerima kelebihan dan kekurangan dirinya, bergantung pada dirinya sendiri, memiliki saat-saat peak-experiences, memiliki simpati dan empati serta kemauan untuk menolong orang lain, cenderung memilih teman yang memiliki kualitas yang sama dengan dirinya, dan memiliki kreativitas. Kata kunci: Glee, karakter, teori hierarki kebutuhan Maslow, aktualisasi-diri
THE MOTIVATION OF STEFAN CHARACTER IN MALEFICENT FILM (2014) Natalia, Desi; Arifin, M. Bahri; Valiantien, Nita Maya
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 3, No 3 (2019): Juli 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.472 KB) | DOI: 10.5281/ilmubudaya.v3i3.2043

Abstract

The purposes of this research were to identify the five levels of human needs that appear on Stefan and to find the types of motivation which is used by Stefan to become a king in Maleficent film (2014). The design of this research was a qualitative research. The data of this research were the dialogue, duration, action, word, and picture based on the film. This research has two data sources which is the Maleficent film (2014), and the script of film itself. The data of this research was analyzed by using Abraham H. Maslow?s Hierarchy of human needs theory and the data categorized as Stefan?s Motivation to become a king was analyzed by using Christopher R. Reaske?s Motivation theory. The result of this showed the five of levels of need, they are physiological need, safety needs, love needs, esteem needs, and self-actualization that appear on Stefan, and three types of motivation that he used to become a king, they are hoping for reward, revenge, and love. Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengidentifikasi lima tingkat kebutuhan manusia yang muncul pada Stefan dan untuk mengetahui tipe-tipe dari motivasi yang Stefan gunakan untuk menjadi raja dalam film Maleficent (2014). Bentuk penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah percakapan, durasi, tindakan, kata dan gambar berdasarkan film. Penelitian ini mempunyai dua sumber data, yaitu, film Maleficent (2014) dan naskah film tersebut. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teori hirarki kebutuhan manusia oleh Abraham H. Maslow dan data yang dikategorikan sebagai motivasi Stefan menjadi raja dianalisis dengan menggunakan teori motivasi oleh Christopher R. Reaske. Hasil penelitian ini menunjukkan lima tingkat kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan, kebutuhan cinta, kebutuhan penghargaan, dan aktualisasi diri yang muncul pada Stefan, dan tiga tipe motivasi yang ia gunakan untuk menjadi raja, yaitu berharap imbalan, balas dendam, dan cinta.
MEANINGS INTERPRETATION IN THE 2010 DOO-WOPS & HOOLIGANS BRUNO MARS’ SONG ALBUM Rahmadhani, Fachreza; Natsir, M.; Valiantien, Nita Maya
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 3, No 2 (2019): April 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/ilmubudaya.v3i2.1514

Abstract

Songs could have impacts on the community. When Bruno Mars launched his first album the "Doo-Wops & Hooligans" in 2010, it became famous. It was, therefore, the intention of this piece of writing to find out about his fame from his song lyrics in an album. Compared to most Americans who tend to prefer jazz music to pop, Bruno Mars? style is a mixture of hip-hop and reggae. This study focused on the Bruno Mars? song lyrics that had been written on the album "Doo-Wops & Hooligans". Findings of the study revealed that most of the song lyrics were dominated by hyperbole indicating that the writer used a lot of exaggeration in his lyrics. Conclusions revealed that most of song lyrics describe a man-to-woman romantic relationship. Lagu-lagu bisa berdampak pada komunitas. Ketika Bruno Mars meluncurkan album pertamanya "Doo-Wops & Hooligans" pada 2010, itu menjadi terkenal. Karena itu, maksud dari tulisan ini adalah untuk mencari tahu tentang ketenarannya dari lirik lagunya di sebuah album. Dibandingkan dengan kebanyakan orang Amerika yang cenderung lebih suka musik pop daripada pop, gaya Bruno Mars adalah campuran antara hip-hop dan reggae. Penelitian ini berfokus pada lirik lagu Bruno Mars yang telah ditulis di album "Doo-Wops & Hooligans". Temuan dari penelitian ini mengungkapkan bahwa sebagian besar lirik lagu didominasi oleh hiperbola yang menunjukkan bahwa penulis menggunakan banyak berlebihan dalam liriknya. Kesimpulan mengungkapkan bahwa sebagian besar lirik lagu menggambarkan hubungan romantis pria-wanita.
GREG GAINE’S ADOLESCENCE IN ME AND EARL AND THE DYING GIRL NOVEL BY JESSE ANDREWS Rubianti, Rubianti; Natsir, M.; Valiantien, Nita Maya
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 3, No 1 (2019): Januari 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.7 KB) | DOI: 10.5281/ilmubudaya.v3i1.1713

Abstract

ABSTRACT The purposes of this study were to find out the form of Greg Gaine?s self-identity and the struggles that he faced during the self-identity finding process of adolescence. Erikson?s psychosocial development theory in the fifth stage about identity versus identity confusion was used to find out Greg Gaine?s self-identity and his struggles. This study used qualitative method during the process of data analysis regarding the matter that this study used words as its data taken from Me and Earl and The Dying Girl novel by Jesse Andrews. As the result, Greg Gaine?s self-identity was as a filmmaker. Greg experienced the identity confusion phase which caused him to keep refusing his identity as a filmmaker due to his childhood unpleasant experience, yet because of his massive failure to make a proper film for his friend, Rachel, it brought him to be able to develop the two virtues: fidelity and devotion. After Greg was able to develop the two virtues, he was certain to admit and devoted a filmmaker as his self-identity. During his adolescence period, Greg faced two struggles of finding his self-identity, the struggles towards his close friends, Earl Jackson and Rachel Kushner. His relationship with Earl and Rachel turned out as his struggles in finding out his self-identity as a filmmaker was because their existence (Earl and Rachel) determined the most influence on Greg?s decision in admitting his self-identity as a filmmaker and helped him in getting through the adolescence period. Keywords: adolescence, psychosocial development, self-identity, identity confusion, fidelity  ABSTRAK Studi ini bertujuan untuk menemukan bentuk identitas diri karakter Greg Gaine dan rintangan-rintangannya selama proses menemukan identitas diri tersebut dimasa remaja. Teori perkembangan psikososial milik Erikson terutama pada tahap kelima mengenai identitas dan keraguan identitas dipakai dalam menemukan bentuk identitas diri karakter Greg Gaine beserta rintangan-rintangannya. Studi ini menggunakan metode kualitatif selama proses analisis data mengingat data yang dipakai oleh studi ini sendiri merupakan kata-kata dari novel Me and Earl and The Dying Girl karangan Jesse Andrews. Hasil dari studi ini menunjukkan identitas diri karakter Greg Gaine yaitu sebagai seorang pembuat film. Greg mengalamai fase keraguan identitas yang membuatnya selalu menolak identitasnya sebagai pembuat film. Hal ini berhubungan dengan pengalaman pahitnya saat masa kanak-kanak. Akan tetapi, Greg berhasil menumbuhkan perasaan untuk mengakui dan mewujudkan identitas dirinya sebagai pembuat film setelah kegagalannya dalam membuatkan film yang ?pantas? bagi teman dekatnya, Rachel. Setelah Greg memiliki kedua perasaan tersebut (mengakui dan mewujudkan identitas dirinya), ia pun tak ragu untuk benar-benar serius mewujudkan identitas dirinya sebagai pembuat film. Selama masa remajanya, Greg harus berhadapan dengan dua rintangan untuk menemukan identitas dirinya, kedua rintangan tersebut berasal dari dua orang teman terdekatnya, yaitu Earl Jackson dan Rachel Kushner. Hubungannya dengan Earl dan Rachel lah yang menjadi rintangan dalam pencarian identitas dirinya sebagai seorang pembuat film. Hal ini dikarenakan keberadaan mereka (Earl dan Rachel) memiliki pengaruh yang paling besar dalam menentukan keputusan Greg saat mengakui identitas dirinya sebagai pembuat film sekaligus membantu melewati masa remajanya.  Kata kunci: masa remaja, perkembangan psikososial, identitas diri, keraguan identitas, kebenaran
KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM CERPEN-CERPEN KARYA OKA RUSMINI Rokhmansyah, Alfian; Valiantien, Nita Maya; Giriani, Nella Putri
LITERA Vol 17, No 3: LITERA NOVEMBER 2018
Publisher : Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v17i3.16785

Abstract

Kekerasan yang dialami oleh perempuan umumnya terjadi akibat adanya budaya patriarki yang masih berakar di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap gambaran kehidupan perempuan Bali dalam cerpen-cerpen karya Oka Rusmini, khususnya yang berkaitan dengan kekerasan akibat kebudayaan patriarki. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan ancangan kritik sastra feminis untuk mendapatkan gambaran lebih detail mengenai kehidupan perempuan. Dalam penelitian ini, cerpen karya Oka Rusmini yang digunakan adalah cerpen Api Sita dan Pesta Tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh perempuan mengalami tindak kekerasan. Kekerasan yang dialami tokoh perempuan adalah kekerasan secara langsung dan kekerasan tidak langsung. Kekerasan tersebut dilakukan oleh tokoh laki-laki. Kekerasan yang dialami oleh tokoh perempuan terjadi karena adanya unsur patriarki, baik dari laki-laki pribumi maupun laki-laki asing (penjajah). Akibat adanya kekerasan yang diterima tokoh perempuan menyebabkan munculnya dampak pada diri tokoh perempuan tersebut, yaitu rasa benci terhadap kodratnya sebagai perempuan, dan keinginan yang meluap-luap untuk balas dendam.
ILLOCUTIONARY ACTS PERFORMED BY THE MAIN CHARACTER IN THE MATRIX MOVIE Nainggolan, Olleta Vichi; Arifin, M. Bahri; Valiantien, Nita Maya
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 4, No 3 (2020): Juli 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v4i3.3006

Abstract

ABSTRACTThe aims of this research were to find out the illocutionary acts performed by the main character in The Matrix movie and to identify the context underlying the illocutionary acts in the main character’s utterances. This research used Searle’s classification of illocutionary acts and Hasan and Halliday’s theory of context. There were 3 steps that applied on this research. The first was to select the utterances spoken by Neo as the main character in The Matrix movie which contain illocutionary acts and categorized them; then identified the context. The second step was to present the findings by using descriptive method. The last step was to draw the conclusion. There were four types of illocutionary acts found in the utterances spoken by Neo. The data were classified into representatives (24), directives (82), commissives (2), and expressives (5). However, the declaratives types of illocutionary acts were not found in the main character’s utterances because Neo had no power or authority to change the reality with his words in The Matrix movie. From the findings, directives were the dominant type of illocutionary acts in the main character’s utterances because he repeatedly expressed his utterances in direct way by questioning, ordering, begging and asking. The context of the utterances is described by identifying the field, tenor and mode of each utterance spoken by the main character in the movie.Key words: Speech Act, Illocutionary Acts, Utterance, Context
EMOTION OF DOMINANCE DEPICTED BY AMY ELLIOT DUNNE OF "GONE GIRL" FILM Andina, Maisyara; Sili, Surya; Valiantien, Nita Maya
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 4, No 3 (2020): Juli 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/ilmubudaya.v4i3.2891

Abstract

ABSTRACTThe purposes of this research were to find the dominance emotion and the ideal characteristics for woman based on radical libertarian feminism perspectives in the character of Amy Elliot Dunne of Gone Girl film. This research was categorized as descriptive qualitative research and used content analysis approach. The researchers used Gone Girl (2012) film and its film script as the sources of data. The data were taken from the narrations, monologues and dialogues of Amy and other characters that indicating Amy’s dominance emotion and her characteristics and compared with the ideal characteristics for woman based on radical libertarian feminism perspectives using Marston D.I.S.C. theory and radical libertarian feminism theory. The findings reveal that Amy indeed posseses dominance emotion that makes her as an androgyny to overcome her bad experiences and her characteristics fulfill the ideal characteristics for woman according to radical libertarian feminists. The film showed that Amy presented a woman who no longer became the inferior group in the society and can be free in the male-ruled realm by having status, education, and money which are the purposes of radical libertarian feminism. However, the researchers came to the conclusion that she does not fit to be a role model of radical libertarian feminism as she originally created as a villain character of the film that she presented her bad behavior at some point through the film. ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk menenemukan emosi dominan dan karakteristik-karakteristik ideal untuk wanita berdasarkan pandangan para feminis radikal libertarian di dalam karakter Amy Elliot Dunne dari film Gone Girl. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kualitatif deskriptif dan menggunakan pendekatan analisa konten. Peneliti menggunakan film Gone Girl (2012) dan naskah filmnya sebagai sumber dari data. Data didapat dari narasi, monolog dan dialog dari Amy dan karakter-karakter lain yang mengindikasikan emosi dominan dari Amy dan hubungan karakternya dengan karakter ideal wanita berdasarkan pandangan feminis radikal libertarian menggunakan teori D.I.S.C Marston dan teori feminis radikal libertarian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Amy benar memiliki emosi dominan  yang membuatnya sebagai seorang androgini, hal itu untuk melawan pengalaman-pengalaman buruknya, dan karakteristiknya tersebut membuatnya memenuhi kriteria ideal untuk wanita menurut feminis radikal libertarian. Film Gone Girl menampilkan Amy sebagai wanita yang bukan merupakan golongan inferior di masyarakat dan juga ia sebagai wanita yang merdeka di dalam dunia yang didominasi pria dengan memiliki status, berpendidikan, dan harta yang merupakan tujuan dari feminis radikal libertarian. Akan tetapi, peneliti mengambil kesimpulan bahwa karakter Amy tidak layak untuk dijadikan sebagai panutan yang mewakili feminis radikal libertarian dikarenakan Amy pada dasarnya diciptakan sebagai tokoh jahat dalam film yang menampilkan perilaku menyimpangnya  sampai pada poin tertentu di dalam film.   
A PHENOMENOLOGICAL ANALYSIS OF LENA HALOWAY’S EXPERIENCE IN LAUREN OLIVER’S DELIRIUM NOVEL Pitaloka, Epifani Putri; Natsir, M.; Valiantien, Nita Maya
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v6i1.5203

Abstract

ABSTRACTThis research reports a phenomenological analysis in Lena Haloway’s experience following the traumatic events. Phenomenology describes the meaning of experience as the essence of a phenomenon, and explores the perspective to learn from the experience of others. It gives reflection to the issues important to the research. Delirium novel portrays the character of Lena Haloway who has experienced tremendous amount of loss in her life and she also has experienced the struggle living under the totalitarian government that seems to dictate her decisions. That traumatic experience affects her perspective of the world she lives in. This research uses qualitative-descriptive method and purposes to examine the phenomenological concepts of Lena Haloway’s experiences and how they are affects her perspective represents in Delirium novel by using Husserl’s Phenomenology and Heidegger’s Hermeneutic theories. The result reveals that Lena experienced all five phenomenological concepts of experience; those are intentionality, noema, noesis, intersubjectivity, and intuition. It also shows that those experiences affect her perspective. All the results represent through Lena’s narration, actions, and feelings as the first person narrator.Key words: phenomenology, hermeneutic, experience, affect, perspective ABSTRAKPenelitian ini melaporkan analisis fenomenologis dalam pengalaman Lena Haloway setelah mengalami peristiwa traumatis. Fenomenologi menggambarkan makna pengalaman sebagai esensi dari suatu fenomena dan menggali perspektif untuk belajar dari pengalaman orang lain. Ini memberikan gambaran pada masalah penting untuk penelitian ini. Novel Delirium menggambarkan karakter bernama Lena Haloway yang mengalami banyak kehilangan dalam hidupnya dan ia juga mengalami sulitnya hidup di bawah pemerintahan totaliter yang mengatur keputusannya. Pengalaman traumatis tersebut memengaruhi perspektifnya terhadap dunia yang ia tinggali. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dan bertujuan untuk mengkaji konsep fenomenologi dalam pengalaman Lena Haloway dan bagaimana pengalaman tersebut memengaruhi perspektifnya tentang hidup yang tergambar dalam novel Delirium dengan menggunakan teori fenomenologi oleh Husserl dan teori hermeneutika oleh Heidegger. Hasil mengungkapkan bahwa Lena mengalami kelima konsep fenomenologi, yaitu kesengajaan, noema, noesis, intersubyektivitas, dan intuisi. Hal tersebut juga menunjukan bahwa pengalaman tersebut telah memengaruhi perspektifnya. Data dikumpulkan melalui narasi, tindakan, dan perasaan Lena dalam sudut pandang orang pertama.Kata kunci: fenomenologi, hermeneutika, pengalaman, pengaruh, perspektif
Co-Authors Abigail Flavia Dominilla Akbar Yunadi Alamsyah Alamsyah - Alaydrus, Syarifah Fairuz Shafira Alfian Rokhmansyah Andina, Maisyara Annisa Fitri, Annisa Aprilia, Wiwin Aries Utomo Arifin, M Bahri Asmara, Tusri Juni Chris Asanti, Chris Christian Barli D, Dahri Dahri Dahlan, Dahri Daynikita Merisabel DESI NATALIA, DESI Dewi Sari, Dewi Dyah Sunggingwati Eka Sudirman Eko Ridho Alreza Ema Kartina Fadillah, Alif Fatimah M Giriani, Nella Putri Hajrah, Siti Hanum, Irma Surayya Herdiana Rahayuningsih Hilal, Hikmatul Fajar Syamsu Hilal, Hikmatul Fajar Syamsul Imelda Intan Safitri Indah Sari Lubis, Indah Sari Irni Jiwalno Jiwalno Jonathan Irene Sartika Dewi Max Julan, Dezelin Brigitha Khairun Nisa Kharisma, Angel Lifu, Atika Rosita Lifu M, Nur Jannatul M. Natsir M. Natsir M. Natsir M. Natsir Makin, Yohanes Klaudius Bala Marlborizky Dyah Maharanie Wahyono Mawuntu, Arvianda Zefania Muhammad Alim Akbar Nasir Muhammad Natsir Muhammad Natsir Munti, Ayu Haritsa Musthofa, Dwi Nadeak, Magdalena Febriwati Nainggolan, Olleta Vichi Nasrul Ullah Ni'mah, Sofia Nisah, Septiana Hairul Noor Rachmawaty Nor Rahmah Nurhajar, Ayu Sukma Nurhasanah Putri Wiyani Nurrahma, Virza Mei Utami NURUL AZIZAH Perdana, Yanuarius Rangga Pitaloka, Epifani Putri Rahayu, Famala Eka Sanhadi Rahmadhani, Fachreza Regzi Sri Haryanti Ririn Setyowati Ririn Setyowati Ristyabudi, Nasywaa Diva Rizkianty, Lana Rasita Safa Rosianah Rosianah Rubianti, Rubianti Saferi Yohana Samria Sunaryo Sari Rabbiyani Sari, Linda Satyawati Surya, Satyawati Setya Ariani Setyoko, Aris Sili, Surya Singgih Daru Kuncara Siti Noor Latifah Siti Rohani Sli, Surya Sulistyo Dwi Antoko Sumual, Merciana S. Supiansyah, Selvia Surahman, Dian Purnama Surya Sili Surya Sili Tri Puspa Juwita Tri Wulandari Wahyu Sartika Andriana Widuri, Dwi Sinta Ayu Widya Atillah Yofi Irvan Vivian Zahratin Nor Zamruddin, Mardliya Pratiwi