Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Mapalalian Agus Kastama Putra
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (Journal of Performing Arts) Vol 12, No 1 (2011): Juni 2011
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/resital.v12i1.456

Abstract

Komposisi “ Mapalalian” merupakan representasi dari sebuah aktifi tas permainan anak-anak di Bali yaitu Meduldulan.Di balik kesederhanaan permainan Medul-dulan terkandung nilai-nilai seperti belajar untuk menghormatisesama teman, bersifat sportif dan saling tenggang rasa. Di samping itu dalam permainan Medul-dulan terdapat pulasuasana kegembiraan, kelincahan, riang, gembira, senang, bersembunyi, serta berlarian. Hal-hal tersebut dicobadiolah melalui proses musikalisasi menjadi suatu bentuk komposisi musik etnis. Beberapa tahap yang dilalui dalampembuatan komposisi ini ialah eksplorasi, improvisasi, pembentukan, serta evaluasi. Instrumen yang dipilih sebagaimedia ungkap dalam komposisi ini adalah instrumen yang diambil dari Gong Kebyar, kendang Banyuwangi, sulingGambuh, Ongek-ongekan. Instrumen-instrumen tersebut dipilih karena memiliki karakter suara yang sesuai denganide garapan dalam komposisi ini.Kata Kunci: mapalalian, medul-medulan, komposisi musik.ABSTRACT” Mapalalian” Composition. This composition represents a children’s play activity in Bali called Medul-dulan.Behind its simplicity Medul-dulan game contains values such as learning to respect peers, sportsmanship and mutualtolerance. In addition, Medul-dulan game also presents the atmosphere of excitement, agility, cheerful, happiness, hidingand running. Those things were tried to be processed through the music and resulted in a form of ethnic musical composition.Some of the stages traversed in making this composition were exploration, improvisation, creation, and evaluation. Theinstruments selected as the showing media in this composition were partly taken from Gong Kebyar, Banyuwangi drums,Gambuh fl ute, and Ongek-ongekan. These instruments were selected due to their voice character which fi t the idea of thiscomposition.Keywords: mapalalian, medul-medulan, musical composition, Balinese music
“LACUR” Interpretasi Kemiskinan Ke dalam Bentuk Musikal Agus Kastama Putra; Rahayu Supanggah
Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 11, No 2 (2016)
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1115.792 KB) | DOI: 10.33153/dewaruci.v11i2.2559

Abstract

Artikel ini merupakan analisis dari penciptaan karya musik yang bertemakan “Lacur”. Kata “Lacur” dalam bahasa Bali dapat diartikan miskin. Karya yang bertemakan Lacur, merupakan karya yang ide dasarnya memusikalisasi kemiskinan yang terjadi pada masa ini. Ada tiga bentuk kemiskinan yang menjadi ide garapan dalam karya musik “Lacur”diantaranya: 1) Kemiskinan Pengetahuan diberi judul “Awidya” 2) Kemiskinan materi diberi judul “I ketunan” dan 3) Kemiskinan Moral yang berjudul “Awidya”. Adapun media ungkap yang digunakan dalam garapan ini ialah Gong Kebyar, Gamelan Joged Bumbung, dan Gamelan Semarandhana. Tujuan dari penciptaan karya yang bertemakan ”Lacur” harapannya ialah agar keadaan kemiskinan yang terjadi dapat ditanggulangi secara lebih dini serta tujuan lainnya adalah keinginan untuk memberi sumbangsih pemikiran terhadap pengolahan yang dapat dilakukan pada ansambel gamelan yang digunakan.Kata Kunci: “Lacur”, karya musik.ABSTRACTThis article is an analysis of the creation of music entitled “Lacur”. The word “Lacur” in Balinese language can be interpreted poor. “Lacur” in this article means a piece of music based on the musical of poverty that occurs today. There are three forms of poverty which is the basis of this article : 1) Knowledge entitled “Awidya”; 2) Material poverty entitled “I Ketunan” ; dan 3) Moral poverty entitled “Awidya”. Media used are Gong Kebyar, Gamelan Joged Bumbung, and Gamelan Semarandhana. The goal of this article is to reduce poverty early on. Beside that, it can contribute ideas to the processing that can be performed on gamelan ensemble used.keywords : “Lacur”, Creation of Music.
Kontemplasi Musik Tradisi di IKN Kalimantan Timur dalam Kontinuitas dan Perubahan Asril Gunawan; Yofi Irvan Vivian; Agus Kastama Putra
Jurnal Mebang: Kajian Budaya Musik dan Pendidikan Musik Vol. 2 No. 2 (2022)
Publisher : Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3934.598 KB) | DOI: 10.30872/mebang.v2i2.30

Abstract

East Kalimantan is a province rich in natural resources and the diversity of its traditional arts. The diversity of traditional art forms, particularly traditional music, can be observed in the Outback, Coastal, and Palace Music (Kedaton Kutai)—which is still being maintained—of course, cannot be separated from the continuity and changes that accompany it. This study aims to form a collective awareness of the community through a space of contemplation on the sustainable preservation of traditional music with the importance of involving practitioners, artists, communities, cultural observers, academics, and the government as a strengthening of the sustainable literacy movement. Strengthening literacy in traditional music includes documentation, archiving, and recording of WBTB, cultural dissemination, and regeneration processes. This research uses a qualitative approach through case studies. The study results indicate that literacy strengthening in IKN East Kalimantan related to development policies and culture must go hand in hand so that the continuity and change of arts and culture are more dynamic. Kalimantan Timur merupakan provinsi yang kaya akan sumber daya alam maupun keragaman seni tradisinya. Keragaman bentuk kesenian tradisi, khususnya musik tradisi, dapat diamati pada musik Pedalaman, Pesisir, dan musik Istana (Kedaton Kutai)—yang hingga kini masih terus dipertahankan—tentu tidak terlepas dengan adanya kontinuitas dan perubahan yang menyertainya. Penelitian ini bertujuan membentuk kesadaran kolektif masyarakat melalui ruang kontemplasi terhadap pelestarian musik tradisi yang berkelanjutan dengan pentingnya melibatkan praktisi, seniman, masyarakat, budayawan, akademisi dan pemerintah, sebagai penguatan gerakan literasi berkelanjutan. Penguatan literasi pada musik tradisi di antaranya: pendokumentasian, pengarsipan, dan pencatatan WBTB, diseminasi budaya dan proses regenerasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguatan literasi di IKN Kalimantan Timur terkait kebijakan pembangunan dan kebudayaan harus berjalan seiring, agar kontinuitas dan perubahan seni dan budaya di IKN lebih dinamis.
Kreativitas Tabuh Baleganjur Peradah Desa Kertabuana Putra, Agus Kastama; Pratama, Zamrud Whidas
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya Vol 8, No 3 (2024): Juli 2024
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v8i3.16132

Abstract

Tulisan ini berisikan tentang proses kreativitas Perhimpunan Pemuda Hindu Bali (Peradah)  Desa Kerta Buana  dalam mengkomposisi musik Baleganjur. Tujuan penulisan ini ialah sebagai dokumentasi budaya trutama berkaitan dengan  proses kreatifitas yang dilaksanakan oleh Peradah Desa Kerta Buana dalam mengkomposisi tabuh Baleganjur. Metode yang digunakah ialah metode kualintatif, serta pendekatan secara Etnografi, yaitu dengan menggali informasi melalui  proses wawancara, melihat kelapangan, mencari sumber informasi yang terkait. Pengumpulan data, menyiapkan rancangan pertanyaan, wawancara, dan observasi langsung kelapangan ketika Peradah Desa Kerta Buana melaksanakan kegiatan Pementasan adalah Langkah yang ditempuh dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini memperoleh informasi tentang kreatifitas yang dilakukan oleh Peradah Desa Kerta Buana dalam menggarap komposisi tabuh Baleganjur.  Pementasan tabuh Baleganjur yang dilaksanakan, selain menampilkan Baleganjur umum, Peradah desa Kerta Buana juga menampilkan garapan didalamnya.  Ditinjau dari sebuah pendekatan teori dari Mel Rhodes, yaitu Person, Process, Press, Produk, keempat hal tersebut berperan dalam proses kreatifitas penyajian tabuh Baleganjur yang ditampilkan oleh Peradah Desa Kerta Buana. Dalam Proses Kreatifitas penyajian karya tabuh Baleganjur, terdapat Penata tabuh yang berperan diantaranya, I Ketut Susila, I Made Tirta Yoga, dan I Made Bayu Anggara. Proses yang dilalui untuk menghadirkan sebuah sajian musik Baleganjur yaitu dengan rutinitas latihan yang cukup. Kreatifitas dalam sajian tabuh Baleganjur yang ditampilkan, sangat dipengaruhi oleh tujuan ditampilkannya tabuh Baleganjur  tersebut. Diantaranya digunakan dalam Pawai Budaya, sebagai musik tari  atau kegunaan lain  seperti kegiatan ritual keagamaan. Dari berbagai hal yang dilalui diatas maka dihasilkanlah tabuh Baleganjur yang dalam penyajiannya selalu ada kreatifitas baru didalamnya.
SEKA GONG CANDRA KIRANA DESA KERTA BUANA, KEC. TENGGARONG SEBERANG, KAB. KUTAI KARTANEGARA, PROV. KALIMANTAN TIMUR Agus Kastama Putra; Asril Gunawan
Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) 2021
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penulisan ini ialah untu mendokumentasikan salah satu Seka Gong yang ada di Kalimantan Timur tepatnya di Desa Kerta Buana Kec. Tenggarong Seberang, Kab. Kutai Kertanegara, Prov. Kaimantan Timur. penelitian ini, Selain sebagai sebuah dokumentasi budaya tulisan ini juga bertujuan untuk mencari tahu sejarah, fungsi, serta keberlanjutan Seka Gong Kebyar Candra Kirana.Adapun metode yang digunakan adalah metode Etnografi. Adapun pendekatan yang dilakukan untuk mengungkapkan berbagai sisi dari adanya Seka Gong Candra Kirana di Desa Kerta Buana adalah dengan pendekatan Etnomusikologi. Untuk mendapat gambaran dan menggali informasi yang mendalam, peneliti sebagai instrumen pengumpul data menyiapkan pertanyaan dan melakukan interview atau wawancara dan observasi lapangan.Dari hasil penelitian ini, diperoleh tentang sejarah terbentuknya Seka Gong Kebyar Candra Kirana, yang merupakan Seka Gong yang berdiri dikarenakan adanya kegiatan Transmigrasi yang terjadi pada tahun 1980 di Desa Kerta Buana. Fungsi dari adanya Seka Gong Candra Kirana ialah sebagai Penabuh Gamelan Gong Kebyar dalam berbagai kegiataan keagaman dan budaya yang ada di Desa Kerta Buana, Kalimantan Timur. Proses keberlanjutan Seka Gong Kebyar Candra Kirana dapat tetap berlangsung karena terdapat aturan adat yang mengatur tentang keberadaan Seka Gong di Desa Kerta Buana.
PENINGKATAN LITERASI SENI PADA REMAJA BALI DI KOTA BALIKPAPAN: Increasing Art Literacy on Balinese Teenagers in Balikpapan City Singgih Daru Kuncara; Zamrud Whidas Pratama; Purwanti; Agus Kastama Putra; Yohana, Saferi
Jurnal Ruhui Rahayu: Jurnal Pengabdian Masyarakat Ilmu Humaniora Vol 2 No 2 (2023)
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/ruhuirahayu.v2i2.98

Abstract

Abstract: This service activity aims to increase the knowledge of art literacy among teenagers in Balikpapan City as an effort to increase awareness related to cultural identity. Activities carried out in the form of music training and folklore documentation in the Balinese community at Giri Jaya Natha Temple, Balikpapan City. This activity is carried out through three stages; first, the preparation stage, field observation as an effort to determine the right training for Balinese youth groups in Balikpapan City. Second, the implementation stage by giving post-test, training, and pre-test. Third, the reporting stage by evaluating the results of post and pre-test. The result of written evaluation shows that 92% of teenagers have improved art literacy skills on the use and function of Balinese musical instruments. Keywords: Art literacy improvement, teenagers, temple   Abstrak: Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan literasi seni pada remaja di Kota Balikpapan sebagai upaya peningkatan kesadaran terkait budaya identitas. Kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan seni musik serta dokumentasi cerita rakyat pada komunitas masyarakat Bali di Pura Giri Jaya Natha Kota Balikpapan. Kegiatan ini dilaksanakan melalui tiga tahapan; pertama tahap persiapan, observasi lapangan sebagai upaya penentuan pelatihan yang tepat pada kelompok remaja Bali di Kota Balikpapan. Kedua tahap pelaksanaan dengan memberikan post- test, pelatihan, dan pre-test. Ketiga, tahapan pelaporan dengan mengevaluasi hasil post dan pre test. Hasil evaluasi secara tertulis menunjukkan bahwa 95% remaja mengalami peningkatan keterampilan literasi seni tentang penggunaan dan fungsi alat musik Bali.  Kata kunci: Peningkatan literasi seni, remaja, pura
Pelatihan Penulisan Informasi Ruang Publik Melalui Eksplorasi Lanskap Linguistik Rumah Ibadah dan Lingkungan di Pura Buana Agung Kota Bontang Utomo, Aries; Putra, Agus Kastama; Satria, Ridho Pratama
Alamtana: Jurnal Pengabdian Masyarakat UNW Mataram Vol 6 No 3 (2025): Edisi Desember 2025
Publisher : LPPM UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51673/jaltn.v6i3.2622

Abstract

This community service activity took the form of training in writing public space information through an exploration of the linguistic landscape of houses of worship and the environment at Pura Buana Agung, Bontang City. Mistakes were often found in the writing of information on information boards, both in the form of words and grammar used. The solution offered was to provide assistance in the form of information writing training through exploration activities in the house of worship environment. This activity used lecture, discussion, and practice methods. Based on the results of the activities carried out, participants participated very well and were able to provide additional contributions to writing information in public spaces. In addition, the public information boards found around Pura Buana Agung were predominantly in Indonesian compared to foreign or regional languages. It is recommended that further training be provided periodically for the sustainability and development of the program in writing information in public spaces, especially in houses of worship and the environment of Pura Buana Agung, Bontang City.
PEMANFAATAN BARANG BEKAS DALAM PEMBUATAN ALAT MUSIK TIUP: PENGABDIAN DI SMAN 1 SANGA-SANGA: Utilizing Used Goods in Making Wind Instruments: Community Service at SMAN 1 Sanga-Sanga Kiftiawati; Putra, Agus Kastama; Asanti, Chris; Pratiwi, Mardliya; Setiawati, Lisa
Jurnal Ruhui Rahayu: Jurnal Pengabdian Masyarakat Ilmu Humaniora Vol 1 No 1 (2022)
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/ruhuirahayu.v1i1.38

Abstract

Abstract: Garbage and used goods have become a serious problem in the world in the last fifty years. The largest group of waste producers are young people. Our community service activities start from the question, are there alternatives that can target the waste problem and young people? That's why our team's community service activities focus on the use of used goods for high school students. The purpose of this activity is to provide an alternative to the use of used goods into wind instruments. Community service activities were carried out at SMAN 1 Sanga-sanga, East Kalimantan in the form of a wind instrument making workshop. Based on the results of observations after the activity took place, students concluded that first, used goods can be used as interesting wind instruments; secondly, its manufacture is surprisingly easy to do; third, sound accuracy can be assisted with the Tuner application; fourth, high school students who are the subject of this community service activity understand that in creative hands, used goods can become useful goods; Fifth, students realize that the creation of wind instruments from used goods has economic value. A little creative touch in the form of paint or other ornaments, will make the musical instrument have an adequate selling value.  Keywords: waste; used goods; wind instruments; workshop; utilization of used goods.   Abstrak: Sampah dan barang bekas telah menjadi masalah yang serius di dunia dalam lima puluh tahun terakhir ini. Kelompok terbesar penghasil sampah adalah anak muda. Kegiatan pengabdian masyarakat yang kami lakukan berangkat dari pertanyaan, adakah alternatif yang dapat menyasar pada masalah sampah dan anak muda? Itu sebabnya, kegiatan pengabdian masyarakat tim kami berfokus pada pemanfaatan barang bekas pada pelajar SMA. Tujuan kegiatan ini adalah memberi alternatif pemanfaatan barang bekas menjadi alat musik tiup. Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan di SMAN 1 Sanga-sanga, Kalimantan Timur dalam bentuk lokakarya pembuatan alat musik tiup. Berdasarkan hasil observasi setelah kegiatan berlangsung, siswa menyimpulkan bahwa pertama, barang bekas bisa dimanfaatkan menjadi alat musik tiup yang menarik; kedua, pembuatannya ternyata mudah dilakukan; ketiga, akurasi bunyi dapat dibantu dengan aplikasi Tuner; keempat, siswa SMA yang menjadi subjek kegiatan pengmas ini memahami bahwa di tangan yang kreatif, barang bekas dapat menjadi barang yang bermanfaat; kelima, siswa menyadari bahwa kreasi alat musik tiup dari barang bekas memiliki nilai ekonomis. Sedikit sentuhan kreatif berupa cat atau ornamen lain, akan membuat alat musik tersebut memiliki nilai jual yang memadai. Kata kunci: sampah; barang bekas; alat musik tiup; lokakarya; pemanfaatan barang bekas.
PELATIHAN MUSIK BALEGANJUR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERMUSIK GENERASI MUDA DI PURA BUANA AGUNG BONTANG: Baleganjur Music Training to Improve the Musical Skills of the Young Generation at Buana Agung Bontang Temple Yofi Irvan Vivian; Putra, Agus Kastama; Yohana, Saferi
Jurnal Ruhui Rahayu: Jurnal Pengabdian Masyarakat Ilmu Humaniora Vol 3 No 2 (2024)
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/ruhuirahayu.v3i2.117

Abstract

Abstract: The baleganjur music training at Pura Buana Agung, Bontang, aims to improve the musical skills of the young generation of Balinese Hindus. This temple is the center of religious and cultural activities for the Hindu community living in Bontang. This activity was attended by 16 teenagers who were actively involved in the baleganjur ensemble training, which is a sacred form of traditional Balinese music. The training method included a pre-test to measure participants' initial knowledge, an interactive material session, and a post-test to assess increased understanding. The evaluation results showed a significant increase in participants' knowledge of baleganjur, with post-test scores higher than pre-test scores. This training not only develops musical skills, but also instills the values ​​of togetherness and discipline, in line with the principles of Balinese Hindu life. This activity contributes to strengthening cultural identity and supporting the preservation of traditional music amidst migration and social change. Thus, the existence of Pura Buana Agung has an important role in maintaining and advancing the richness of Balinese Hindu culture in Bontang, as well as connecting past and future generations.  Keywords: baleganjur music; skill improvement; young generation.   Abstrak: Pelatihan musik baleganjur di Pura Buana Agung, Bontang, bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bermusik generasi muda Hindu Bali. Pura ini menjadi pusat kegiatan keagamaan dan budaya bagi komunitas Hindu yang tinggal di Bontang. Kegiatan ini dihadiri oleh 16 remaja yang terlibat aktif dalam pelatihan ansambel baleganjur, yang merupakan bentuk musik tradisional Bali yang sakral. Metode pelatihan meliputi pre-test untuk mengukur pengetahuan awal peserta, sesi materi interaktif, dan post-test untuk menilai peningkatan pemahaman. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan signifikan dalam pengetahuan peserta tentang baleganjur, dengan nilai post-test yang lebih tinggi dibandingkan pre-test. Pelatihan ini tidak hanya mengembangkan keterampilan musik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan disiplin, sejalan dengan prinsip kehidupan umat Hindu Bali. Kegiatan ini berkontribusi pada penguatan identitas budaya dan mendukung pelestarian musik tradisional di tengah migrasi dan perubahan sosial. Dengan demikian, keberadaan Pura Buana Agung memiliki peran penting dalam mempertahankan dan memajukan kekayaan budaya Hindu Bali di Bontang, serta menghubungkan generasi masa lalu dan masa depan. Kata kunci: musik baleganjur; peningkatan keterampilan; generasi muda.
Deskripsi Upacara Odalan di Pura Payogan Agung Kutai Kalimantan Timur Putra, Agus Kastama; Surya, Satyawati
Jurnal Mebang: Kajian Budaya Musik dan Pendidikan Musik Vol. 1 No. 1 (2021)
Publisher : Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5525.654 KB) | DOI: 10.30872/mebang.v1i1.5

Abstract

The Odalan ceremony can be found in Hindu places of worship or temples in Bali, Java and Kalimantan. However, each region has its characteristics or specificities that are not found in other regions. It is an attraction for researchers to find out, explore, and discover the Odalan ceremony's uniqueness outside Bali, namely onKalimnantan. This study aims to describe the procedure or sequence of Odalan ceremonial activities, the cultural elements found in the Odalan ceremony, and the meaning of the Odalan ceremony's implementation. This research is descriptive qualitative research. The approach used is the ethnographic approach. The research object is the Odalan ceremony held at Pura Payogan Agung Kutai, East Kalimantan. This study's results indicate that the Odalan ceremony, which took place at Payogan Agung Kutai Temple, lasted for 71 days from 3 November 2019 to 12 January 2020. The sequence of activities started from the committee's formation, installing the attributes, cleaning the place for the ceremony until the Odalan Ceremony by carrying out prayers, Nyineb, until the committee's dissolution. The community was very enthusiastic in celebrating this ceremony, as evidenced by various parties' participation, both from Hindus themselves and the community around the temple. The Odalan ceremony was attended by Hindus from East Kalimantan, Bali, Java and Lombok. The Odalan or Piodalan ceremony is the anniversary of the birth of a Hindu holy place. In this case, the birthday of Pura Payogan Agung Kutai, East Kalimantan. Elements of Bali, Java, and Kalimantan (especially Dayak) culture, color the Odalan Ceremony at Pura Payogan Agung Kutai. The Odalan ceremony in each area is carried out according to local culture. Balinese, Javanese and Dayak cultural elements are reflected when presenting arts, offerings, tetabuhan, and dance.