Articles
Metode Sintetik dengan Token Economy Guna Meningkatkan Kemampuan Speechreading Anak Tunagrahita Dengan Gangguan Pendengaran
Nirtafitri Trianisa;
Tjut Rifameutia;
Eva Septiana
Jurnal Online Psikogenesis Vol 4, No 1 (2016): Juni
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (376.314 KB)
|
DOI: 10.24854/jps.v4i1.517
Salah satu kemampuan yang perlu dikembangkan pada anak tuna ganda yang masih dapat memanfaatkan sisa pendengarannya untuk berkomunikasi adalah speechreading, yaitu kemampuan untuk memahami lawan bicara dengan melihat gerak bibir, ekspresi wajah serta gestur tubuh lawan bicaranya. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah penggunaan pendekatan sintetik bahasa disertai dengan token economy dapat meningkatkan kemampuan speechreading pada subjek D yang merupakan siswa tuna grahita dengan gangguan pendengaran. Setiap kali menunjuk dengan tepat pada langkah kelima dan pengujian, subjek diberikan token yang nantinya akan ditukarkan dengan reinforcer. Penelitian dilakukan terhadap seorang anak tuna grahita dengan gangguan pendengaran dengan jenis kelamin laki-laki berusia 12 tahun yang duduk di kelas 4 SD inklusi. Desain penelitian single subject tipe A-B-A’. Peningkatan kemampuan speechreading dilihat dari perbandingan antara hasil tes kemampuan speechreading sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode sintetik dengan token economy dapat meningkatkan kemampuan speechreading pada subjek D yang merupakan siswa tuna grahita dengan gangguan pendengaran. Subjek mampu menunjuk kartu dengan tepat sebanyak 100% dari 5 kata yang diujikan pada sesi 1 dan sebanyak 80% dari 5 kata yang diujikan pada sesi 2. Kata kunci: Disabilitas, speechreading, metode sintetik, token ekonomi
Peran Moderasi Adaptasi Akademik pada Hubungan antara Performa Akademik dan Kecurangan Akademik Mahasiswa Universitas Indonesia Saat PJJ
Muhammad Imam Shiddiq;
Eva Septiana
Jurnal Online Psikogenesis Vol 9, No 2 (2021): Desember
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24854/jps.v9i2.1801
Fenomena kecurangan akademik di jenjang pendidikan tinggi seperti Universitas Indonesia kenyataannya masih terjadi dengan adanya data yang menunjukkan bahwa Mahasiswa Universitas Indonesia melakukan kecurangan akademik karena berbagai faktor seperti nilai/performa akademik dan beradaptasi dengan sistem akademik perguruan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek moderasi adaptasi akademik pada hubungan antara performa akademik dengan kecurangan akademik pada 350 mahasiswa program sarjana pada 14 fakultas di Universitas Indonesia selama menjalani masa pembelajaran jarak jauh (PJJ). Penelitian ini dilaksanakan secara daring dengan menggunakan Kuesioner Kecurangan Akademik, Indeks Prestasi Semester saat diberlakukannya PJJ (Genap TA. 2019/2020), dan Academic Adjustment Questionnaire. Hasil analisis Pearson Correlation dan regresi PROCESS Model 1 Hayes menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara variable performa akademik dan variable kecurangan akademik, serta variable adaptasi akademik memiliki efek yang signifikan dalam menguatkan hubungan kedua variabel sebelumnya. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat umum mengenai kecurangan akademik di Universitas Indonesia dan pengembangan penelitian terkait topik pendidikan tinggi di Indonesia.
Identitas Moral sebagai Moderator Pengaruh antara Moral Disengagement dengan Kecurangan
Eva Septiana;
Ishaq Mahmudil Hakim
Jurnal Online Psikogenesis Vol 9, No 2 (2021): Desember
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24854/jps.v9i2.1417
Kecurangan merupakan fenomena negatif yang terjadi di berbagai konteks. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan apakah kecurangan dapat dipengaruhi oleh moral disengagement dan pengaruh tersebut dapat dimoderasi oleh identitas moral. Sebanyak 213 orang mahasiswa dari 7 universitas di Indonesia mengikuti penelitian ini. Peneliti mengukur kecurangan dengan Tugas Matriks Angka yang pernah digunakan oleh Bloodgood, Turnley, dan Mudrack (2008); Gino, Ayal, dan Ariely (2009). Moral disengagement diukur menggunakan adaptasi dari Moral Disengagement Scale yang dirancang oleh Detert, Treviño, dan Sweitzer (2008). Identitas moral diukur dengan adaptasi dari Moral Identity Questionnaire yang dikembangkan Black dan Reynolds (2016). Penelitian ini menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan moral disengagement terhadap kecurangan (odds ratio = 1,111; n = 213; p 0,05; two-tailed). Peneliti menduga salah satu penyebab hasil tidak terdapat pengaruh signifikan moral disengagement terhadap kecurangan karena variabel moral disengagement sangat bergantung pada variabel lain. Lebih lanjut, identitas moral tidak memoderasi pengaruh moral disengagement terhadap kecurangan (odds ratio = -1,140; p 0,05; two-tailed). Hasil ini diduga karena adanya dampak dari peran yang dijalani oleh partisipan. Pada penelitian ini, ada kemungkinan partisipan menganggap dirinya menjalani peran sebagai mahasiswa sehingga mereka tidak melakukan kecurangan. Kesimpulannya tinggi rendahnya tingkat moral disengagement seseorang tidak berdampak pada tingkat kecurangan yang terjadi. Sementara itu, hasil analisis interaksi antara moral disengagement dan identitas moral tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Dengan kata lain, identitas moral tidak memoderasi pengaruh moral disengagement terhadap kecurangan. Perlu dilakukannya konstruksi alat ukur moral disengagement dan identitas moral pada situasi dan konteks yang diinginkan untuk meningkatkan ketepatan data.
Hubungan Antara Emosi Moral Authentic Pride, Hubris Pride dengan Kecurangan Akademik pada Mahasiswa
Nurnahdiyah Nurnahdiyah;
Rose Mini Agoes Salim;
Eva Septiana
Jurnal Online Psikogenesis Vol 5, No 1 (2017): Juni
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (195.494 KB)
|
DOI: 10.24854/jps.v5i1.489
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara authentic pride, hubris pride dengan kecurangan akademik pada mahasiswa. Pride merupakan salah satu dari emosi moral yang berperan dalam mempengaruhi hubungan antara standar moral dan perilaku moral (Tangney, Stuewig dan Mashek, 2007). Pride memiliki dua faset yaitu authentic pride dan hubris pride. Menurut Tracy dan Robins (2007) kedua faset memiliki perbedaan berdasarkan atribusi penyebab dari sebuah pencapaian. Atribusi authentic pride berasal dari penyebab yang bersifat internal, tidak stabil dan terkontrol seperti usaha dan kerja keras. Sedangkan atribusi hubris pride berasal dari penyebab yang bersifat internal, stabil dan tidak terkontrol seperti bakat dan intelegensi. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan secara online dan offline. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara authentic pride, hubris pride dengan kecurangan akademik.
Psikoedukasi Pengetahuan Menanamkan Respek pada Anak untuk Guru TK X
Alifa Astari Hendriana;
Eva Septiana
Provitae: Jurnal Psikologi Pendidikan Vol 15, No 1 (2022): Provitae
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/provitae.v15i1.18374
Not all of “X” preschool teachers apply the habit of saying please, sorry, thank you (TOMAT) in their daily life including in the school environment. Other than that, “X” preschool teachers also found not having enough knowledge on how to instill the habit on students in school. Therefore, the purpose of this study is to know the effectivity of psychoeducation to increase teacher’s knowledge on how to instill utterance TOMAT in children aged 5-6 with the total of participant included in this study is seven teachers (n=7). Effectivity of psychoeducation can be known through comparing scores between before and after psychoeducation is given. Wilcoxon Signed Ranks Test is used as method to test effectivity where significant results (p<0,05) is found on both pre-test – post-test 1 and post-test 1 – post-test 2. This result indicating that psychoeducation used in this study is effective to increase teacher’s knowledge on how to instill utterance of TOMAT in children aged 5-6. The psychoeducation can still affecting teacher’s knowledge even after 3 weeks it ended. Limitation of this study is that some participants already have enough knowledge on the habit of saying TOMAT therefore even after psychoeducation is given, the increase in their knowledge score is not too much. This study implicates that the increase of teacher’s knowledge can be done through psychoeducation that is suitable with the need or the difficulty the teachers have.
Kontribusi Regulasi Emosi Orang Tua Terhadap Regulasi Diri Remaja melalui Peran Mediasi Pola Asuh Orang Tua
Gistilisanda Fauzin Hundra;
Eva Septiana
Provitae: Jurnal Psikologi Pendidikan Vol 13, No 2 (2020): Provitae: Jurnal Psikologi Pendidikan
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/provitae.v13i2.9648
The results of the KPAI survey from 2011 to 2016 included 12,202 cases of Indonesian children and adolescents involved in risk behaviour. Jabodetabek is the area with the most cases of children and adolescents involved in risk behaviour, namely 5,160 cases. Adolescent self-regulation becomes a protective factor against risk behaviour. Parenting and parents' emotional regulation abilities become the main protective factors towards adolescent risk behaviours and adolescent self-regulation abilities. Based on that explanation, this study aims to examine the mediating role of parenting towards the contribution of parents' emotional regulation strategies to adolescent self-regulation. Data analysis of this study used multiple regression with the Hayes template model, namely model four with using one mediator variable. The sample of this study consisted of 157 pairs of study participants namely fathers, mothers, and adolescents obtained from 73 Tebet Middle School, 3 Bogor High School, and Depok 8 Middle School by using accidental sampling method. There are three measuring instruments in this study, namely The Adolescent Self-Regulatory Inventory (ASRI) to measure teenage participant self-regulation, Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) to measure parents' emotional regulation, and Parenting Style Four Factor Questionnaire (PSFFQ) to measure parenting. Based on the results of multiple regression analysis on adolescent participants showed that there is a mediating role of paternal authoritative parenting on contribution of the paternal emotion regulation (reappraisal and suppression) to adolescent self-regulation abilities, then there is a mediating role of maternal authoritarian parenting on contributing of maternal emotion regulation (reappraisal) to adolescent self-regulation abilities.
PERAN ACHIEVEMENT GOAL ORIENTATION DAN NORMA SUBJEKTIF DALAM MEMPREDIKSI KECURANGAN AKADEMIK SELAMA BELAJAR DARI RUMAH
Azka Amalina;
Eva Septiana
Journal of Psychological Science and Profession Vol 5, No 3 (2021): Jurnal Psikologi Sains dan Profesi (Journal of Psychological Science and Profess
Publisher : Universitas Padjadjaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (602.542 KB)
|
DOI: 10.24198/jpsp.v5i3.36145
Sejak adanya pandemi COVID-19, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menginstruksikan sekolah untuk menerapkan sistem Belajar Dari Rumah (BDR). Pembelajaran dan penilaian yang tidak dilakukan secara langsung tidak terlepas dari adanya isu kecurangan akademik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran dari faktor kecurangan akademik, yaitu achievement goal orientation dan norma subjektif dalam memprediksi kecurangan akademik yang dilakukan peserta didik jenjang pendidikan menengah atas selama BDR. Partisipan pada penelitian ini terdiri dari 183 orang peserta didik jenjang pendidikan menengah atas yang melaksanakan BDR. Partisipan dipilih dengan convenience sampling dan snowball sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Academic Dishonesty Scale, Achievement Goal Questionnaire, dan bagian Norma Subjektif dari The Perception and Attitudes toward Cheating among Engineering Students Survey, version 2 yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia serta disesuaikan dengan pembelajaran BDR dan populasi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe achievement goal orientation dan norma subjektif secara bersama-sama signifikan dalam memprediksi kecurangan akademik, namun jika dilihat lebih lanjut, hanya norma subjektif yang secara signifikan memprediksi kecurangan akademik. Sementara itu, tipe achievement goal orientation tidak memiliki peran yang signifikan dalam memprediksi kecurangan akademik. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam melakukan kecurangan akademik, siswa jenjang pendidikan menengah atas lebih dipengaruhi oleh persepsinya terhadap teman sebaya dibandingkan dengan tujuan belajarnya. Oleh karena itu, dalam melakukan penanganan dan pencegahan terkait kecurangan akademik selama BDR, perlu dilakukan intervensi yang bersifat sistemik dibandingkan dengan intervensi individual.
ACADEMIC SELF-EFFICACY DAN TAKUT GAGAL - MANA YANG LEBIH BERPENGARUH TERHADAP KECURANGAN AKADEMIK?
David Paulus;
Eva Septiana
Journal of Psychological Science and Profession Vol 5, No 3 (2021): Jurnal Psikologi Sains dan Profesi (Journal of Psychological Science and Profess
Publisher : Universitas Padjadjaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (501.333 KB)
|
DOI: 10.24198/jpsp.v5i3.31926
Salah satu proses evaluasi yang dilakukan untuk menentukan kelulusan siswa SMA di Indonesia adalah melalui Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah Berbasis Nasional (USBN). UN maupun USBN tidak terlepas dari berbagai kecurangan akademik. Dari berbagai penelitian terdahulu, sebagian besar siswa pernah melakukan kecurangan akademik dalam berbagai bentuk. Terdapat banyak faktor yang memengaruhi perilaku kecurangan akademik, di antaranya adalah academic self-efficacy dan takut akan kegagalan. Academic self-efficacy memiliki hubungan negatif dengan kecurangan akademik dan di sisi lain, takut akan kegagalan memiliki hubungan positif dengan perilaku kecurangan akademik. Beberapa penelitian menunjukkan keduanya merupakan faktor dominan dalam perilaku kecurangan akademik sehingga salah satu tujuan penelitian ini adalah ingin melihat pengaruh kedua variabel terhadap kecurangan akademik ketika keduanya dalam kategori tinggi. Populasi partisipan penelitian merupakan siswa SMA kelas 12. Pengumpulan data menggunakan kuesioner daring dengan teknik convenience sampling. Partisipan dalam penelitian berjumlah 875 siswa dari 146 sekolah, 56 kota dan 22 provinsi di Indonesia. Analisis dilakukan dengan uji multiple regression dan factorial anova. Hasil penelitian menunjukkan academic self-efficacy dan takut akan kegagalan memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku kecurangan akademik. Makin tinggi academic self-efficacy dan makin rendah takut akan kegagalan berpengaruh terhadap kecurangan akademik yang makin rendah dan begitu pula sebaliknya. Namun demikian, kecurangan akademik berada dalam kategori tinggi jika derajat takut akan kegagalan tinggi meskipun dengan academic self-efficacy yang tinggi. Pengaruh keduanya terhadap kecurangan akademik dapat memberikan umpan balik kepada stakeholder untuk meningkatkan academic self- efficacy dan menurunkan takut akan kegagalan dalam upaya mengurangi perilaku kecurangan akademik yang terjadi.
Efforts to Overcome Career Confusion for High School Students by Increasing Career Involvement through CIP Individual Career Counseling
Hasna Hafizhah Salma;
Eva Septiana
Bisma The Journal of Counseling Vol. 6 No. 3 (2022): Bisma The Journal of Counseling
Publisher : Department of Guidance and Counseling, FIP, Undiksha
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23887/bisma.v6i3.57821
School counselors can help high school students who have career problems with career guidance or counseling. So far, previous research has mostly proven the effectiveness of career group counseling. Meanwhile, individual counseling is rarely seen for its effectiveness, even though it is possible to do it by considering unique personal characteristics. The purpose of this research is to look at the effectiveness of individual career counseling with the CIP approach to increasing career involvement to overcome the problem of career confusion for high school students. This research is an experimental research with a single subject. Data collection was carried out using career engagement questionnaires, interviews, and observations during the counseling process. Data analysis uses visual techniques. The results show that individual counseling can solve the problem of career indecision by increasing career engagement. The implications of this research can be applied to school counselors at the high school level.
TOLERANSI BERAGAMA PADA SISWA SMA: HUBUNGAN ANTARA INTELLECTUAL HUMILITY DAN TOLERANSI BERAGAMA
Soraya Arifianti;
Eva Septiana
JURNAL PSIKOLOGI INSIGHT Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.17509/insight.v5i1.34246
AbstractNowadays, various surveys have found a tendency of religious intolerance in educational institutions, especially high schools. The tendency of religious intolerance includes practices, views, and opinions. This indication is feared to develop into radical tendencies and actions. Recent research also shows the significance of intellectual humility as a virtue to promote positive attitudes such as religious tolerance. This study aims to determine the relationship between intellectual humility (IH) with religious tolerance in high school students. The research approach used is quantitative with the correlation method. The number of participants in the study was 365 students who were determined through convenient sampling. Instruments used in this study are Religious Tolerance Measurement and Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS). The results showed that there was a significant positive correlation between IH and religious tolerance, r (.13). These results indicate that the level of correlation that occurs between Intellectual Humility and students' religious tolerance is low. This means that even though the two variables are related, the increase in the IH score in students only slightly increases the value of religious tolerance in students. AbstrakDewasa ini, berbagai survei menemukan kecenderungan intoleransi beragama di institusi pendidikan, terutama SMA. Kecenderungan intoleransi beragama tersebut meliputi praktik, pandangan, dan opini. Jika dibiarkan, indikasi tersebut dikhawatirkan berkembang menjadi sikap dan aksi radikal. Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa intellectual humility mempengaruhi toleransi beragama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intellectual humility (IH) dengan toleransi beragama pada siswa SMA. Pendekatan penelitian yang dipergunakan adalah kuantitatif dengan metode korelasi. Partisipan penelitian berjumlah 365 orang siswa yang ditentukan melalui convenient sampling. Alat ukur yang digunakan Religious Tolerance Measurement dan Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara IH dan toleransi beragama sebesar 0.13. Hasil ini menunjukkan bahwa pada dasarnya tingkat korelasi yang terjadi antara Intellectual Humility dan toleransi beragama siswa rendah. Artinya, meskipun kedua variabel tersebut berhubungan, kenaikan nilai IH pada siswa hanya sedikit menaikkan nilai toleransi beragama pada siswa.