Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

TRADISI NYANGKREB DI DUSUN SUKARAJA DESA ANDAPRAJA KECAMATAN RAJADESA KABUPATEN CIAMIS (Suatu Tinjauan Sejarah Kebudayaan Dari Tahun 1972-2007) Wijayanti, Yeni; Kartika, Ratna
Jurnal Artefak Vol 2, No 1 (2014): Maret (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.537 KB) | DOI: 10.25157/ja.v2i1.1052

Abstract

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Tradisi Nyangkreb adalah suatu tradisi menjelang panen padi yang dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan pada Dewi Sri yang merupakan Dewi Padi dan asal mula tumbuh-tumbuhan. Tradisi ini sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang telah diperoleh, tradisi ini juga sebagai doa keselamatan agar mendapat hasil yang lebih baik di masa yang akan datang. Prosesi ini dilakukan oleh seorang punduh biasanya dilakukan pada sore hari pada pukul 3 atau 4 sore. Para petani menyediakan beberapa syarat-syarat atau sesaji untuk acara Nyangkreb tersebut. Dalam upaya melestarikan tradisi nyangkreb ini, dilakukan dengan upaya pemahaman terhadap nilai-nilai budaya bangsa. Salah satu upaya dalam melestarikan Tradisi Nyangkreb ini adalah dengan menggelar acara yang memberikan perkenalan kreativitas seniman/budayawan Sunda yang menampilkan beragam tradisi Sunda termasuk Tradisi Nyangkreb sebagai upaya untuk mendekatkan diri dengan alam, dorongan dari aparat pemerintah juga bisa dilakukan dengan memberikan himbauan kepada masyarakat untuk lebih menjaga dan melestarikan Tradisi Nyangkreb. Makna dan nilai yang terkandung dalam tradisi ini terdapat makna yang begitu besar bagi masyarakat, antara lain mempererat tali silaturahmi, menjaga dan melestarikan tradisi turun temurun dari leluhur dan sebagai ungkapan syukur atas berkah yang didapat.Kata Kunci: Tradisi, Nyangkreb dan Tradisi SundaABSTRACTThe result of this research indicated that Nyangkreb tradition is a tradition of the rice harvest was intended as a form of homage to the goddess Dewi Sri who is the origin of rice and herbs. This tradition as an expression of gratitude for the harvest that has been obtained, this tradition as well as a prayer for safety in order to obtain better results in the future. The procession is carried out by a Punduh usually done in the afternoon at 3 or 4 in the afternoon. Farmers provide some of the terms or offerings for the Nyangkreb event. In an effort to preserve the tradition of this nyangkreb, carried out with the effort of understanding of the cultural values of the nation. One effort in preserving this tradition is to hold Nyangkreb event gives an introduction creativity of artists/cultural Sunda featuring a variety of traditions including Nyangkreb tradition in an attempt to get closer to nature, the encouragement of government officials can also be done by giving local communities to more maintain and preserve the tradition Nyangkreb. Meanings and values contained in this tradition are so great meaning for the community, among others tighten the relationship, maintain and preserve the tradition handed down from ancestors and as an expression of gratitude for the blessings that come by.Kata Kunci: Tradition, Nyangkreb and Sundanese Traditions
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL TRADISI SUROAN DI LANGENSARI KOTA BANJAR Aisyah, Della Puspita; Wijayanti, Yeni; Budiman, Agus
J-KIP (Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Vol 6, No 2 (2025): JUNI
Publisher : Faculty of Teacher Training and Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/j-kip.v6i2.15860

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai kearifan lokal Tradisi Suroan dan mengetahui pelaksanaan Tradisi Suroan di Langensari Kota Banjar. Metode yang digunakan ialah metode sejarah atau historis. Pengumpulan data menggunakan studi literatur, observasi dan wawancara dengan Camat Langensari, Ketua MUI Kecamatan Langensari, Kasi Pelayanan Desa Langensari, Penggiat Budaya, Staff Bidang Kebudayaan Pengadministrasian Seni dan Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Banjar. Hasil penelitian ini menunjukkan Prosesi Tradisi Suroan dan nilai-nilai kearifan lokal Tradisi Suroan di Langensari Kota Banjar. Prosesi Tradisi Suroan di Desa Langensari Kota Banjar diawali sejak Pagi hari dengan pergi menuju lokasi yang sudah ditentukan panitia. Selanjutnya melakukan arak-arakan dengan membawa tumpeng dan hasil bumi. Lalu setibanya di alun-alun masyarakat berkumpul untuk melakukan pembukaan Tradisi Suroan yang di buka oleh tokoh masyarakat dan sambutan-sambutan dari pemerintah setempat. Selanjutnya tokoh agama akan melakukan tawasul, dilanjutkan dengan tausiah, pembagian satunan akan yatim piatu, terakhir ditutup dengan doa. Setelah kegiatan ini selesai masyarakat memakan tumpeng dan hasil bumi bersama-sama. Di akhir kegiatan Tradisi Suroan terdapat sesi hiburan yang biasanya menampilkan aktrasi seni kuda lumping dan juga wayang kulit. Adapun nilai-nilai kearifan lokal diantaranya nilai religi, nilai sosial, nilai seni, nilai ekonomi, nilai budaya, nilai toleransi, nilai pendidikan, nilai moral, dan nilai estetika.
TATA LETAK PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN GALUH MASA R.A.A KUSUMADININGRAT TAHUN 1839-1886 Andriyani, Risna; Wijayanti, Yeni; Sondarika, Wulan
J-KIP (Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Vol 2, No 1 (2021): FEBRUARI
Publisher : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/j-kip.v2i1.4767

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tata letak pusat pemerintahan Kabupaten Galuh masa R.A.A Kusumadiningrat tahun 1839-1886. Metode penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan metode sejarah yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi dan Historiografi. Heuristik dilakukan dengan teknik wawancara dan literatur. Kritik yang terdiri dari kritik eksternal dan kritik internal. Interpretasi dilakukan dengan menggabungkan fakta dan Historiografi. Hasil dari penelitian ini yaitu Kondisi Kabupaten Galuh Abad ke-19 masa pemerintah Hindia Belanda yang memiliki perubahan dalam kehidupan masyarakat Galuh dalam bidang ekonomi, bidang politik, sosial budaya, pendidikan dan agama. Tata Letak Kabupaten Galuh masa R.A.A Kusumadiningrat memiliki kota kolonial, yang terdapat gabungan antara tata kota pribumi dengan tata kolonial. Tata Kota pribumi terdapat bangunan masjid, keratin dan alun-alun. Sedangkan Tata Kota Kolonial terdapat kantor pos, gedung asisten residen.