Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENAFSIRAN KATA HANIF DALAM AL-QUR’AN Ridhoul Wahidi
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 1 No 1 (2013)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.632 KB) | DOI: 10.32520/syhd.v1i1.61

Abstract

Kata  hanif  banyak  disebut  dalam  al-Qur’an  dan  membutuhkan pemahaman  konferehensif,  sehingga  nantinya  dapat  memberikan  sumbangsih keilmuan  dalam  bidang  studi  al-Qur’an  secara  umum  dan  tafsir  secara khusus. Tulisan  ini  akan  mengungkap  penafsiran  para  ulama  tentang  kata  hanif  di beberapa  tempat  dalam  al-Qur’an  dan  dapat  mengarungi  khazanah  keluasan ilmu-ilmu al-Qur’an.
ISTERI BERPUASA PERLU IZIN SUAMI Ridhoul Wahidi
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 1 No 2 (2013)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (416.753 KB) | DOI: 10.32520/syhd.v1i2.65

Abstract

Islam  adalah  agama  rahmatan  li  al-alamin.  Oleh  karenanya,  secara ideal,  Islam  membuka  kesempatan  dan  peran  yang  sama  bagi  laki-laki  maupun perempuan  untuk  berprestasi  dalam  berbagai  bidang  lapangan  kehidupan.Banyak ayat al-Qur’an yang menyebutkan masalah ini, di  antaranya adalah QS. ali Imran: 195, al-Nisa: 124. Al-Qur’an menyatakan bahwa manusia ideal adalah individu  yang  bertakwa  dan  hal  ini  berlaku  bagi  laki-laki  maupun  perempuan. Ketika  kita  mendapatkan  sebuah  hadis  yang  menjelaskan  bahwa  seorang  isteri ingin  melaksanakan ibadah puasa harus izin kepada suami terlebih dahulu, hal ini  seakan-akan  bertentangan  dengan  ayat  al-Qur’an  yang  mana  laki-laki maupun perempuan yang berbuat baik, maka ia sama halnya di hadapan Allah. Juga  hadis  ini  seakan-akan  mendeskreditkan  perempuan,  yang  mana  otoritas tertinggi ada pada suami. Apakah suami juga harus berlaku demikian yakni minta izin terlebih dahulu kepada isteri jika ia mau berpuasa?
Konsep-Konsep Dasar Pendidikan Islam Terpadu Ridhoul Wahidi
Al-Afkar : Jurnal Keislaman & Peradaban Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (686.991 KB) | DOI: 10.28944/afkar.v2i1.89

Abstract

Pendidikan Islam terpadu merupakan tipe atau model pendidikan yang utuh menyeluruh (syumul), integral, bukan parsial. Konsep-konsep Pendidikan Islam terpadu dibagi menjadi dua aspek besar. Aspek internal meliputi bidang aqidah dan pendidikan hati. Aspek berikutnya adalah eksternal yang meliputi akhlak, jasmani dan rohani, sosial, intelektual, dan seks. Konsep-konsep tersebut menjadi dasar pendidikan Islam terpadu yang kemudian dapat dikembangkan dan dipadukan demi terwujudnya pendidikan yang integral sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan Sunnah Rasul dan tercapainya baldatun tayyibatun ghofur
Konsep Nasionalisme Perspektif Syaikh Abdul Latief Syakur Ridhoul Wahidi
Religia Vol 22 No 2: Oktober 2019
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/religia.v22i2.2191

Abstract

Dalam bernegara nasionalisme merupakan ruh bagi setiap warga negara. Sikap-sikap cinta tanah air, bela negara dan persatuan menjadi hal tidak terpisahakan guna memperkuat ketahanan bangsa. Syaikh Abdul Latief Syakur sebagai tokoh lokal yang hidup zaman penjajahan, ingin membebaskan pengaruh ketertundukan masyarakat kepada penjajah melalui karya tafsirnya, yakni Tafsīr Yā Ayyuha Al-Lażīna Āmanū. Kajian ini menggunakan pendekatan teks dan kontekstual. Spirit-spirit nasionalisme yang muncul dari kajian ini pertama adalah nilai-nilai perjuangan dan kemajuan bangsa dan tanah air, kedua, prinsip bela negara, ketiga mengedepankan nilai-nilai persatuan, dan keempat adalah nilai-nilai etika. Keempat spirit ini masih sangat relevan saat ini ditengah memudarnya usaha perjuangan dan kemajuan bangsa dan tanah air, prinsip bela Negara, nilai-nilai persatuan, dan prinsip etika dalam hidup bermasyarakat. Nilai-nilai subtantif nasionalisme Syaikh Abdul Latief Syakur dalam tafsirnya menjadi nilai pembeda paza zamannya yang dapat diaplikasikan pada konteks kekinian. nasionalisme, Tafsīr Yā Ayyuha Al-Lażīna Āmanū, Syaikh Abdul Latief Syakur
Hierarki Bahasa dalam Tafsir Al-Ibriz li Ma‘rifah Tafsir Al-Qur’an al-‘Aziz Karya K. H. Bisri Musthofa Ridhoul Wahidi
SUHUF Vol 8 No 1 (2015)
Publisher : Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22548/shf.v8i1.18

Abstract

This paper examines the hierarchy of language in Ibrīz li Ma’rifah at-Tafsīr al-Qur’ān al-‘Azīz. The hierarchy of language in the local interpretation of the Qur’an by Musthofa Bisri can be used as a new method in the interpretation of the Qur’an particularly for the local interpretation of the Qur’an of the Archipelago. In this case, there are four levels of language in the hierarchy in the interpretation of Al-Ibriz. The first is called the the Ngoko (rough language). The second is called Madya or regular or intermediate language, the third is called Kromo or polite language, and the the fourth is called Kromo Inggil or the most polite language. The Ngoko, Kromo, and Kromo Inggil are the languages used at the time of dia-logue based on social strata. For example between the the high and the low such as the dialogue between the God (Allah) and the Prophets, the Maria (Maryam) and the angel, the Prophet Isa and his people. At the regular or intermediate level, Bisri Musthofa interprets the verses by using the regular or intermediate language regular language which means that Bisri uses the language that has been widely used by the Javanese people, either in the form of explanation of the verses or the dialogue such as the dialogue of the people of the heaven/paradise and that of the hell.
Konsep Nasionalisme Perspektif Syaikh Abdul Latief Syakur Ridhoul Wahidi
Religia Vol 22 No 2: Oktober 2019
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/religia.v22i2.2191

Abstract

Dalam bernegara nasionalisme merupakan ruh bagi setiap warga negara. Sikap-sikap cinta tanah air, bela negara dan persatuan menjadi hal tidak terpisahakan guna memperkuat ketahanan bangsa. Syaikh Abdul Latief Syakur sebagai tokoh lokal yang hidup zaman penjajahan, ingin membebaskan pengaruh ketertundukan masyarakat kepada penjajah melalui karya tafsirnya, yakni Tafsīr Yā Ayyuha Al-Lażīna Āmanū. Kajian ini menggunakan pendekatan teks dan kontekstual. Spirit-spirit nasionalisme yang muncul dari kajian ini pertama adalah nilai-nilai perjuangan dan kemajuan bangsa dan tanah air, kedua, prinsip bela negara, ketiga mengedepankan nilai-nilai persatuan, dan keempat adalah nilai-nilai etika. Keempat spirit ini masih sangat relevan saat ini ditengah memudarnya usaha perjuangan dan kemajuan bangsa dan tanah air, prinsip bela Negara, nilai-nilai persatuan, dan prinsip etika dalam hidup bermasyarakat. Nilai-nilai subtantif nasionalisme Syaikh Abdul Latief Syakur dalam tafsirnya menjadi nilai pembeda paza zamannya yang dapat diaplikasikan pada konteks kekinian. nasionalisme, Tafsīr Yā Ayyuha Al-Lażīna Āmanū, Syaikh Abdul Latief Syakur
Characteristics of Manuscripts Dictionary of Mu'jam Al-Qur'an Collection of Research and Development Center for Lectures and Religious Treasures Ministry of Religion of the Republic of Indonesia Ridhoul Wahidi; Wahidi, Ridhoul; Nur Kholis; M. Nurkhalis. AM
Jurnal Lektur Keagamaan Vol 22 No 1 (2024): Jurnal Lektur Keagamaan Vol. 22 No. 1 Tahun 2024
Publisher : Center for Research and Development of Religious Literature and Heritage, Agency for Research and Development and Training, Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31291/jlka.v22i1.1214

Abstract

This article examines the manuscript of the Kamus Mu’jam al-Qur’an, which is a collection of mosques in the Popongan, Klaten Pashantren Complex and has been informed from conventional to digital by the Pushlitbang Lektur and Khazanah Religion Ministry of Religion RI. This manuscript not only serves as a source of religious texts, but also has certain characteristics that reflect the history, traditions, and values contained therein. The purpose of this research is to study the specific characteristics of this manuscript. The research method used in this research is philology with two approaches namely codicology and textology. The results and findings in this study are first, from the codicological aspect. The manuscript is in good condition and still readable. In the script there are surah names, verse numbers, and verse keywords. In this manuscript there's no pages on every sheet. This manuscript is written in Arabic. This script is threaded. Consists of 1 booklet with a total of 37 pages. The paper size is 21x17 cm while the text size is irregular. But it is not written according to a good or perfect writing method. As for the majority of script writing using black, green, and red ink is used on certain signs. This manuscript has eight keywords: al-Asrār, dīnu yusr, ihsān, abrār, sulh, ‘ilm, ‘adamu taqlid, and al-‘amal. Second, from a textological aspect. The manuscript contains several scholia, among which are the scholia correction of errors, keywords, descriptions of letters, different ink colors in the manuscript, reading marks, Wakaf marks and corrupt texts. This research is expected to provide a new insight into the importance of the Kamus Mu’jam al-Qur’an as a source of knowledge and understanding of religion, as well as its contribution to the development of the study of the Quran in Indonesia.
Pelatihan Khatib, Imam, dan Bilal Pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Tembilahan Ridhoul Wahidi; Amaruddin; Junaidi; Sofyan Sulaiman; Syafril; Nasrullah; Fiddian Khairudin; Murni, Dewi
CEMARA: Jurnal Pengabdian Masyarakat Multidisiplin Vol 3 No 1 (2025): CEMARA: Jurnal Pengabdian Masyarakat Multidisiplin
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Indragiri (UNISI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61672/cemara.v3i1.3089

Abstract

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tembilahan mengalami defisit sumber daya manusia terampil dalam layanan keagamaan Islam, yang secara signifikan membatasi efektivitas program pembinaan spiritual bagi warga binaan. Untuk mengatasi tantangan ini, sebuah intervensi pelatihan komprehensif bagi kandidat khatib, imam, dan bilal dirancang guna meningkatkan kapasitas keagamaan internal dan menciptakan ekosistem rehabilitasi berbasis nilai-nilai spiritual. Program intensif selama tiga bulan melibatkan 25 peserta terpilih melalui kurikulum terstruktur yang mencakup kompetensi inti: teknik khutbah, manajemen salat berjemaah, fikih ibadah penunjang, serta strategi pengelolaan kegiatan keislaman. Evaluasi pascapelatihan mengungkapkan peningkatan kapasitas teknis pada 80% peserta, tercermin dari penguasaan materi inti dan kemampuan implementasi praktis. Dampak sistemik terobservasi melalui peningkatan keikutsertaan dalam aktivitas ibadah kolektif sebesar 45%, penurunan insiden pelanggaran disiplin sebesar 30%, dan inisiasi kelompok pembina rohani mandiri yang berfungsi sebagai mitra operasional pemasyarakatan. Temuan ini menunjukkan bahwa model pelatihan berbasis pemberdayaan tidak hanya menjawab kebutuhan teknis-operasional pelayanan keagamaan, tetapi juga berfungsi sebagai katalis transformasi perilaku melalui internalisasi nilai-nilai prososial. Studi merekomendasikan replikasi terukur model ini di lembaga pemasyarakatan lain dengan adaptasi kontekstual pada desain kurikulum, khususnya integrasi psikologi koreksional, resolusi konflik, dan pendekatan trauma-informed dalam modul pelatihan, guna memperkuat dimensi rehabilitatif sistem pemasyarakatan nasional secara holistik.