Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

SUPLEMENTASI DOCOSAHEXAENOIC ACID (DHA) SEBAGAI USAHA PREVENTIF IBU HAMIL DENGAN RISIKO PREEKLAMPSIA Clara Asifa; Rodiani Rodiani
Jurnal Kesehatan Vol 14 No 1 (2021): JURNAL KESEHATAN
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/kesehatan.v14i1.15442

Abstract

Hypertension in pregnancy is one of the main cause of maternal death in the world. Hypertensive disorders in pregnancy, including preeclampsia, have a broad spectrum of conditions associated with maternal and fetal morbidity and mortality. Preeclampsia is a syndrome characterized by new onset of hypertension at ≥20 weeks of gestation, in pregnant women who were previously normotensive and accompanied by proteinuria. This paper aims to determine the effectiveness of docosahexaenoic acid (DHA) in pregnant women to prevent the risk of preeclampsia. This research method is to review the articles published in the last 10 years with the keywords preeclampsia, therapy, preventive, and docosahexaenoic acid (DHA). The data show that administration of docosahexaenoic acid (DHA) can reduce the risk of preeclampsia with minimal side effects for both maternal and the fetus. DHA on the other hand is still insignificant in preventing preeclampsia in high-risk pregnant women and prescribing the high dose of DHA is not recommended for pregnant women. DHA will be more effective in preventing preeclampsia if given in early pregnancy, especially in the first trimester of pregnancy
Talasemia pada Kehamilan Rodiani Rodiani; Agam Anggoro
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 1, No 3 (2017): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v1i3.1724

Abstract

Talasemia merupakan defek genetik yang mengakibatkan berkurang atau tidak adanya sama sekali sintesis satu atau lebih rantai globin. Talasemia ditandai anemia mikrositik hipokrom dengan berbagai derajat keparahan. Talasemia dapat ditemukan hampir di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi talasemia di tiap daerah berbeda-beda, dengan rerata prevalensi sebesar 0,1%. Penderita talasemia umumnya datang dengan keluhan pucat, tidak nafsu makan dan perut membesar. Pada ibu hamil yang menderita talasemia, gejala anemia dapat lebih buruk dimana kebutuhan transfusi akan meningkat dan kadar hemoglobin harus tetap terjaga ≥ 10 g/dl, terutama pada talasemia β mayor. Selain itu, perludilakukan observasi fungsi jantung pasien dan ultrasonografi (USG) serial untuk mengetahui kondisi janin . Bagi penderita talasemia penting untuk melakukan skrining sebelum atau saat kehamilan. Skrining pada penderita talasemia bertujuan untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas karena talasemia. Talasemia merupakan penyakit genetik yang diturunkan secara autosomall resesif dimana semua perubahan genetik yang terjadi diturunkan dari ibu maupun ayah. Sehingga selainmenangani gejala dari sang ibu, janin yang dikandung oleh sang ibu pun perlu dipertimbangkan. Perencanaan kehamilan, penanganan dan pemeriksaan selama kehamilan sangat penting bagi wanita dengan talasemia agar dapat ditangani dengan sebaik mungkin.Kata Kunci: kehamilan, kelainan genetik, talasemia
Prinsip Kerja Ultrasonografi Doppler pada Kehamilan Rodiani Rodiani
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 3, No 1 (2019): JK Unila
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v3i1.2224

Abstract

Pemeriksaan ultrasonografi telah dikenal dan dilakukan sejak tahun 1970-an, namun hingga saat ini belum ada pengaturan yang jelas mengenai tata cara pemakaiannya, termasuk juga dalam hal indikasi dari pemeriksaan ultrasonografi pada kehamilan salah satunya pemeriksaan ultrasonografi Doppler. Ultrasonografi Doppler merupakan alat yang sama dengan ultrasonografi biasa, namun pada ultrasonografi biasa hanya dapat menampilkan gambar dari pantulan gelombang suara dari organ yang diperiksa, sedangkan ultrasonografi Doppler memiliki efek Doppler. Dengan memanfaatkan efek Doppler, ultrasonografi tersebut dapat mendeteksi arah aliran darah dan juga kecepatan relatif aliran darah tersebut. Pada kehamilan, ultrasonografi Doppler dapat mengevaluasi status kesehatan janin dalam kandungan dengan menilai aliran pembuluh darah di otak dan jantung janin yang sudah terbentuk. Pemeriksaan tersebut juga dapat menilai apakah janin mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi. Dengan ultrasonografi Doppler juga dapat melihat kelainan berupa gangguan pertumbuhan janin dengan melihat aliran darah dari tali pusat ke plasenta dan kondisi-kondisi janin lainnya.Kata Kunci: kehamilan , prinsip kerja, ultrasonografi doppler
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH PLUM (Prunus domestica L.) TERHADAP BERAT BADAN FETUS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) Galur Sprague-dawley PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) HAMIL YANG DIBERI PAPARAN ALKOHOL Arinda Rifana Nabillah; Rodiani Rodiani
Medula Vol 13 No 5 (2023): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v13i5.771

Abstract

Alcohol is a source of free radicals that come out from outside of the body. Alcohol consumed during pregnancy can cause various teratological effects on the fetus, one of which is low birth weight (LBW). Plum as a food that contains a lot of antioxidants can prevents oxidative stress caused by alcohol. The purpose of this study was to determine the effect of giving plum (Prunus domestica L.) extract on the fetal body weight of white rats (Rattus norvegicus) Sprague-Dawley strain in pregnant white rats (Rattus norvegicus) induced by alcohol. This study used Post-test Only Control Group Design using 30 pregnant rats divided into 5 groups. The KP group was a group of rats that was not given alcohol or plum extract. The KN group was exposed to 0.27 ml/day of alcohol for days 6-15 of pregnancy. The P1group was exposed to 15% alcohol 0.27 ml/day for days 6-15 of pregnancy and plum extract 40mg/day for 21 days of pregnancy. The P2 group was exposed to 15% alcohol 0.27 ml/day for days 6-15 of pregnancy and plum extract 80 mg/day for 21 days of pregnancy. The P3 group was exposed to 15% alcohol 0.27 ml/day for days 6-15 of pregnancy and plum extract 160 mg/day for 21 days of pregnancy. Data were analyzed using One-Way ANOVA and Post Hoc-LSD tests. The One-Way ANOVA test result showed the value of p = 0.000 (p <0.05). The result of Post Hoc-LSD test showed that there are significant avegare differences in some groups except between KN and P1; P2 and P3.  Plum (Prunus domestica L.) extract had an effect on fetal body weight of white rats (Rattus norvegicus) Sprague-Dawley strain in pregnant white rats (Rattus norvegicus) induced by alcohol.
Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Plum (Prunus domestica L.) Terhadap Panjang Badan Fetus Tikus Putih (Rattus novergicus) Galur Sprague Dawley Pada Tikus Putih (Rattus novergicus) Hamil Yang Dipapar Alkohol Dewi Tri Atmaningsih; Rodiani Rodiani
Medula Vol 13 No 6 (2023): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v13i6.827

Abstract

Alcohol consumption during pregnancy cause fetal alcohol syndrome and increases oxidative stress. Plum contains polyphenols as an antioxidant which can prevent oxidative stress by affecting the activity of osteoblasts and osteoclasts. This study aims to determine the effect of plum extract (Prunus domestica L.) on body length of fetal white rats (Rattus norvegicus) Sprague Dawley strain in pregnant white rats exposed by alcohol. This research used 30 white female rats of Sprague Dawley strain which divided into 5 groups. The positive control (KP) not given treatment, the negative control (KN) was given alcohol 0,27 ml/day on the 6th-15th day of pregnancy, the treatment group (P1, P2, P3) was given alcohol 0,27 ml/day and plum extract with respective dose 0f 40, 80, 160 mg orally for 21 days of gestation. Then the fetus was taken surgically on 21 days of gestation. This research showed that the average length of KP=41,34; KN=38,67; P1=39,22; P2=39,65; and P3=40,02 in mm. Then, the data were tested by One Way Anova test and resulting p value<0,05 and F count>F table for all data, then it followed by post hoc LSD test and the results showed p value<0,05 on measurements of body length except on KN-P1, P1-P2, dan P2-P3. There was effect of plum extract (Prunus domestica L.) on body length of fetal white rats (Rattus norvegicus) Sprague Dawley strain in pregnant white rats exposed by alcohol.
Multigravida Hamil 35 Minggu dengan Asma pada Kehamilan Desti Wulan Handayani; Rodiani Rodiani
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 3 No. 1 (2016): Jurnal Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemen seluler. Inflamasi kronis dapat menyebabkan hiperresponsif saluran napas yang dapat menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak nafas, dada terasa berat, dan batuk terutama pada malam hari atau dini hari yangumumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan. Wanita usia 31 tahun datang ke Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Abdul Moeloek Provinsi Lampung dengan keluhan sesak napas yang timbul jika cuaca dingin dan debu, bertambah berat pada malam hari dan saat berbaring terlentang. Pada pemeriksaan fisikditemukan suara napas vesikuler dengan ekspirasi memanjang yang disertai suara mengi. Pada pemeriksaan obstetri dan USG abdomen ditemukan bahwa pasien sedang dalam keadaan hamil janin tunggal hidup dengan usia kehamilan sesuai dengan 35 minggu 3 hari. Pasien didiagnosis dengan G1P1A0 hamil 35 minggu dengan asthma bronkiale janin tunggal hidup presentasi kepala dan terapi direncanakan secara konservatif, dengan memberikan O2 2-3 L/menit, IVFD RL 20 tpm, inj. dexamethason 5 mg/12 jam, salbutamol nebulizer /8 jam, membatasi aktivitas/tirah baring, dan melakukan observasi tanda vital ibu, denyut jantung janin, tanda-tanda inpartu. Pasien dirawat selama tiga hari dan diperbolehkan pulang setelah gejala asma menghilang dan mendapatkan edukasi. [J Agromed Unila 2016. 3(1):1-6]Kata kunci: asma, kehamilan sesak napas,
P2A0 Post Partum Hemorrhagic Post Partum Et Causa Inversio Uteri, Syok Hemoragik dan Anemia Berat Rodiani Rodiani; Susianti Susianti; Gemayangsura Gemayangsura
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 4 No. 1 (2017): Jurnal Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi setelah persalinan pervaginam melebihi 500 mL atau lebih dari 1000 mL pada seksio sesaria. Perdarahan post partum dapat disebabkan berbagai faktor salah satunya adalah tissue contohnya inversio uteri yaing didefinisikan sebagai fundus uteri masuk ke kavum uteri bahkan ke liang vagina. Perdarahan post partum dapat menyebabkan syok selain itu dapat menyebabkan anemia. Ny. T,  P2A0, 26 tahun, datang dengan keluhan pendarahan dari kemaluan setelah melahirkan, nyeri perut dan kemaluan Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, keadaan umum tampak sakit berat, tekanan darah 80/40 mmHg, nadi 130x/m, pernapasan 28x/m, dan suhu 36,5oC. Kedua konjungtiva mata anemis dan tidak ikterik, KGB pada leher tidak membesar, mammae tampak simetris dan membesar, areola hiperpigmentasi, paru-paru dan jantung dalam batas normal. Pada status obstetrik didapatkan kesan abdomen cembung, FUT tidak teraba, kontraksi (-), perdarahan (+). Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan massa di liang vagina, fluor (-), fluksus (+), darah tidak aktif. Pemeriksaan penunjang didapatkan Hb: 4.1 g/dl, leukosit: 25.500/mm3, Ht 12%, trombosit: 205.000 /mm3. Diagnosis pasien ini P2A0 post partum spontan dengan HPP  ec inversio uteri  dengan syok hemoragik dan anemia berat.Penatalaksanaan, yaitu  observasi  tanda vital ibu dan pendarahan, O2 10L/menit, resusitasi cairan  IVFD 2 line RL 20 tetes per menit, drip 20 IU oxytocin dalam 500cc RL 20 tetes per menit Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam IV, asam traneksamat 500 mg/ 8 jam IV,. Pada pasien ini direncanakan tindakan reposisi manual uterus dalam narkose dan transfusi PRC sampai  Hb mencapai >8 g/dL. Kata Kunci:, anemia, inversio, perdarahan post partum, uteri, syok
Multigravida Hamil 36 Minggu dengan Gemeli dan Peripartum Kardiomiopati Rodiani Rodiani; Gheavani Legowo
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 4 No. 1 (2017): Jurnal Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kardiomiopati peripartum (PPCM) adalah bentuk kegagalan jantung yang terjadi pada wanita hamil terutama dalam beberapa bulan terakhir kehamilan atau puerperium dini. Karakteristik dari kardiomiopati peripartum adalah menurunnya fraksi ejeksi ventrikel kiri dan berhubungan dengan gagal jantung kongestif, meningkatkan resiko aritmia, tromboemboli dan henti jantung mendadak. Pasien dengan preeklamsia dapat memperburuk keadaan klinis dari gagal jantung. Wanita mutigravida dengan usia kehamilan 36 minggu datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Ahmad Yani, Metro dengan keluhan sesak sejak 3 hari yang lalu, pasien juga mengeluhkan nyeri kepala serta bengkak pada kaki. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 160/100 mmHg, frekuensi pernapasan 32 x/menit dan pada perkusi jantung ditemukan batas jantung melebar, serta perkusi paru redup dengan auskultasi paru didapatkan suara wheezing dan ronkhi pada kedua lapang paru. Pada pemeriksaan obstetri dan USG abdomen ditemukan bahwa pasien sedang dalam keadaan hamil janin gemeli hidup dengan usia kehamilan sesuai dengan 36 minggu. Pada hasil urinalisis didapatkan protein +2, Pemeriksaan EKG didapatkan sinus takikardi dan hipertrofi ventrikel kiri. Pasien di diagnosis dengan G2P1A0 usia kehamilan 36 minggu, janin gemeli hidup intrauterine presentasi kepala dengan Peripartum Kardiomiopati. Terapi farmakologis berupa: pemberian O2 NRM 2 liter/menit, IVFD RL 10 tpm, inj. Dexametason 2x10 mg, nifedipin 10 mg/6 jam, MgSO4 sesuai protap, serta terminasi kehamilan dengan section caesaria. Kardiomiopati peripartum adalah bentuk kegagalan jantung pada wanita hamil dan penatalaksanaannya berupa terapi konsevatif dan aktif.Kata kunci: gemeli, multigravida, peripartum kardiomiopati
Konsumsi Suplementasi Selenium untuk Mengurangi Kejadian Preeklampsia Wivan Havilian Djohan; Rodiani Rodiani
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 4 No. 2 (2017): Jurnal Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Preeklampsia merupakan salah satu penyulit dalam kehamilan yang menyebabkan sakit berat, kecacatan jangka panjang, serta kematian pada ibu, janin dan neonatus. Tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan (30%), hipertensi dalam kehamilan (25%), dan infeksi (12%). Mineral esensial Selenium (Se) yang bekerja melalui selenoprotein/selenoenzim memiliki kapasitas untuk mengurangi risiko preeklampsia. Sebuah korelasi positif antara status Se dan kejadian pre-eklampsia telah ditunjukkan dalam sebuah studi epidemiologi terhadap empat puluh lima negara dalam penelitian sebelumnya, bahwa status Se rendah padawanita Oxford dengan kehamilan normal (non-pre-eklampsia) (konsentrasi median serum Se 48,5 mg/l pada 33 minggu). Pada studi kasus-kontrol berikutnya di lokasi yang sama, ditemukan bahwa konsentrasi Se di kuku jari kaki (diletakkan di bawah dari 3 sampai 12 bulan sebelumnya) wanita dengan preeklampsia secara signifikan lebih rendah daripada kontrol yang sesuai (P ¼ 001). Dalam kelompok pra-eklampsia, status Se yang lebih rendah secara signifikan terkait (P ¼ 0 029) dengan ekspresi penyakit yang lebih parah, yang diukur dengan pengiriman sebelum 32 minggu. Serum/plasma Se dan plasma konsentrasi glutathione peroxidase (GPx) telah ditemukan secara signifikan lebih rendah pada preeklampsia daripada normal kehamilan, sementara secara signifikan menurunkan kadar selenoenzim, GPx dan thioredoxin reductase telah ditemukan di plasenta dari wanita preeklampsia. Butuh serangkaian pemeriksaan yang kompleks agar dapat meramalkan suatu kejadian preeklampsia dengan lebih baik. Kata Kunci: preeklampsia, selenium, suplementasi.
Recurrent Pregnancy Loss Rodiani Rodiani; Bella Yanita
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 5 No. 02 (2018): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu komplikasi dari kehamilan adalah abortus atau kematian janin. Kejadian abortus sebanyak tiga kali atau lebih secara berturut-turut dapat didefinisikan sebagai recurrent miscarriage (RM). Kematian janin yang terjadi pada usia gestasi lebih dari 20 minggu disebut sebagai recurrent pregnancy loss (RPL). Dua terminologi ini seringkali dianggap sama. Insidensi RM atau RPL diperkirakan mencapai 4,5% dari total kehamilan di seluruh dunia. Etiologi RPL yang paling banyak ditemukan antara lain kelainan anatomi, genetik, hormonal, infeksi dan psikologis. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menegakkan diagnosis recurrent pregnancy loss, meliputi pemeriksaan radiologis (ultrasonografi, histerosalfingografi) dan pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan hormonal, kariotipe genetik, kultur, biopsi). Anjuran terapi yang diberikan dapat disesuaikan dengan etiologi yang ditemukan. Pada kasus RPL akibat infeksi maka diberikan antimikroba sesuai bakteri yang ditemukan dalam kultur. Pada kelainan anatomi maka dapat dilakukan tindakan pembedahan. Pada sindrom antifosfolipid dapat diberikan kombinasi aspirin dosis rendah dan heparin berat molekul rendah. Kelainan hormonal dapat diterapi sesuai dengan jenis hormon yang mengalami gangguan. Selain itu, dukungan psikologis merupakan hal yang sangat penting dan harus diberikan pada pasien dan pasangan. Prognosis relatif recurrent pregnancy loss dapat dibagi menjadi tiga (baik, sedang, buruk) dan disesuaikan dengan kriteria klinis.Kata Kunci: abortus berulang, obesitas, recurrent pregnancy loss, sindrom antifosfolipid