Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

KARAKTERISASI JENIS KALUS DARI EKSPLAN DAUN LADA (Piper nigrum L.) PADA MEDIUM MS (MURASHIGE & SKOOG) DENGAN PENAMBAHAN NAA DAN BERBAGAI KONSENTRASI SITOKININ Fadhilla Ramadhona; Titin Supriatun Sadeli; Tia Setiawati
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 12, No 1 (2014): BIOTIKA JUNI 2014
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bjib.v12i1.10069

Abstract

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH DAN AIR KELAPA TERHADAP MIKROPROPAGASI ANGGREK Phalaenopsis sp. Mohamad Nurzaman; Irma Wahyuningsih; Tia Setiawati
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 14, No 1 (2016): BIOTIKA JUNI 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bjib.v14i1.14413

Abstract

Penelitian mengenai mikropropagasi anggrek Phaaenopsis sp. dengan penambahan zat pengatur tumbuh dan air kelapa pada media Vacin and Went (VW) telah dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang terdiri dari dua tahap. Penelitian tahap pertama adalah multiplikasi tunas menggunakan rancangan acak lengkap faktor tunggal yang terdiri dari 16 perlakuan kombinasi konsentrasi BAP dan air kelapa dengan dua ulangan, penelitian tahap kedua adalah induksi perakaran menggunakan rancangan acak lengkap faktor tunggal yang terdiri dari empat konsentrasi NAA dengan lima ulangan. Data dianalisis menggunakan Analisis Variansi (Anava) dan uji lanjut Duncan pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi BAP 4 ppm dan air kelapa 100 ml/l memberikan hasil terbaik untuk waktu muncul tunas yaitu pada 2,5 HST, perlakuan kombinasi BAP 2 ppm dan air kelapa 200 ml/l memberikan hasil terbaik untuk jumlah tunas sebanyak 6,5 tunas, dan perlakuan kombinasi BAP 4 ppm dan air kelapa 150 ml/l memberikan hasil terbaik untuk panjang tunas yaitu 1,35 cm. Waktu muncul akar tercepat diperoleh dari perlakuan NAA 3,5 ppm yaitu 3 HST, jumlah akar terbanyak diperoleh dari perlakuan NAA 2 ppm yaitu 2,8 akar, dan akar terpanjang diperoleh dari perlakuan NAA 3,5 ppm yaitu 0,32 cm.
PENGARUH WAKTU PERENDAMAN GIBERELIN TERHADAP PERTUMBUHAN KUNYIT (Curcuma domestica Val) YANG DITANAM PADA CAMPURAN MEDIA SEKAM DAN KOTORAN BURUNG MERPATI Amala Lastari Utami; Titin Supriatun Sadeli; Tia Setiawati
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 13, No 2 (2015): BIOTIKA DESEMBER 2015
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bjib.v13i2.10110

Abstract

PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI OBAT OLEH MASYARAKAT KAMPUNG ARENG KABUPATEN BANDUNG BARAT Asep Zainal Mutaqin; Mohamad Nurzaman; Tia Setiawati; Ruly Budiono; Azifah An’amillah; Johan Iskandar
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 14, No 1 (2016): BIOTIKA JUNI 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bjib.v14i1.14411

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mendokumentasikan pengetahuan masyarakat Kampung Areng Desa Wangunsari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Propinsi Jawa Barat mengenai jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kualitatif bersifat deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipatif dan wawancara semi struktur terhadap informan kunci. Penentuan informan dilakukan dengan teknik snowball sampling. Hasil wawancara menunjukkan bahwa terdapat 63 spesies tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Kampung Areng. Tumbuhan-tumbuhan obat tersebut diperoleh masyarakat dari kebon tegal, kebon, dan pekarangan. Masyarakat mengolah tumbuhan obat dengan berbagai cara, di antaranya adalah dengan cara direbus, dicincau (diperas), dibuat ramuan, ditempel, dibalur, dan dimakan langsung.
KEKERABATAN FENETIK KERABAT LIAR UBI JALAR [Ipomoea trifida (H.B.K.) G.Don] ASAL CITATAH JAWA BARAT BERDASARKAN KARAKTER STRUKTUR LUAR POLEN Nisa Hurin; Budi Irawan; Tia Setiawati
Zuriat Vol 22, No 1 (2011)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v22i1.6846

Abstract

Kekerabatan fenetik kerabat liar ubi jalar Ipomoea trifida H.K. G.Don asal Citatah Jawa Barat telah dilakukan berdasarkan karakter struktur luar polen yaitu bentuk, ukuran, tipe apertur, serta ornamentasi eksin dari 30 aksesi I.trifida. Berdasarkan pengamatan preparasi polen dengan menggunakan metode Erdtman (1966) diketahui bentuk polen dari I.trifida yang diteliti adalah membulat (oblate spheroidal dan prolate spheroidal) dengan perbandingan P/E 7/8-8/8 & 8/8-8/7. Ukuran butir polen medium yaitu 25-50 µm, tipe apertur porus dan ornamentasi eksinnya echinet dengan variasi ujung echinet tumpul dan ujung echinet lancip. Pola kekerabatan dari karakter polen diatas dianalisis dengan program NTSYSpc version 2.0 menghasilkan dendogram yang membagi 30 aksesi I.trifida ke dalam 2 cabang. Cabang 1 terdiri dari 21 aksesi yaitu aksesi 69, 151, 166, 178, 94, 179, 108, 132, 111, 145, 147, 168, 214, 215, 158, 199, 201, 216, 212, 170, 171 dan cabang 2 terdiri dari aksesi 109, 167, 187, 180, 209, 177, 196, 197 dan 113. Hasil dari Principal Component Analysis (PCA) menunjukkan bahwa komponen pertama (PC1) menunjukkan persentase sebesar 43,84% dari variasi yaitu kerapatan echinet polen, jumlah apertur, panjang sumbu ekuator dan sumbu polar. Komponen kedua (PC2) sebesar 24,27% yaitu bentuk ornamentasi eksin dan bentuk polen dan  komponen ketiga (PC3) yaitu panjang ornamentasi eksin sebesar 14,75%, sehingga PC1-PC3 sudah dapat menjelaskan 82,87 % dari total 100 % proporsi variasi karakter yang terjadi. Hasil grafik biplot (PCA) membagi 30 aksesi menjadi 2 kuadran.
RESPON PERTUMBUHAN STEK CABANG BAMBU AMPEL KUNING (Bambusa vulgaris Schard.Ex Wendl.var. Striata) DENGAN PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH NAA (Naphthalein Acetic Acid) DAN Rootone F Tia Setiawati; Noviyanti Soleha; Mohamad Nurzaman
Jurnal Pro-Life Vol. 5 No. 3 (2018): November
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/jpvol6Iss2pp102

Abstract

Yellow ampel bamboo is one type of bamboo that has economic value. One effort that can be done for maintaining the existence of bamboo population so that its can be sustainably used through the cultivation of branch cuttings. The success growth of branch cutting can improve with using plant growth regulator (PGR), such as NAA and Rootone F. The aim of this study was to get the best kind and concentration of PGR that can promote the growth of ampel yellow bamboobranch cutting. This study used experimental methods with a completely randomized design (CRD) two factors. The first factor wasthe kind of PGR which consists of two levels: z1 = NAA and z2 = Rootone F. The second factor was the concentration of PGR which consists of six levels: k1 = 0 ppm, k2 = 100 ppm, 200 ppm = k3, k4 = 300 ppm, 400 ppm = k5, and k6 = 500 ppm. Data were analyzed using ANOVA (α = 5%) and to know the difference between treatments used Tukey test (α= 5%). The results showed that the Rootone F had a better effect than NAA on the growth of yellow bamboo branch cutting. Concentration of 200 ppm was the best concentration to the growth for branch cuttings of yellow ampel bamboo. Interaction Rootone F and concentration 200 ppm showed the best result to the growth for branch cuttings ampel bamboo.Keywords :branch cutting, ampel yellow bamboo, NAA, Rootone F
Pemberian Asam Humat untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Kandungan Total Flavonoid Sawi Hijau (Brassica juncea L.) pada Perbedaan Kadar Salinitas Tia Setiawati; Tentani Buhti Amadea; Mohamad Nurzaman; Nining Ratningsih
Jurnal Pro-Life Vol. 8 No. 3 (2021): November
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/jpvol6Iss2pp102

Abstract

Salt affects plant growth due to increased soil osmotic pressure and plant nutrients disturbance. Most plants are susceptible to high salinity which can cause physiological and biochemical interference. This research was conducted to obtain a possible salinity level for mustard greens (Brassica juncea L.) to grow well and the best humic acid dosage to reduce salinity damages and to gain high total flavonoid content. This research used Randomized Block Design method with two factors and four replications. The factors are salinity levels (control, 50, 75, and 100 mM) and humic acid dosage (control, 2, 4, and 8 g/kg). In the parameters which had interactions between the two treatments, the highest results were obtained with a combination of 100 mM salinity and 12 g humic acid, such as plant height (33.35 cm), leaf area (379.66 cm2), fresh weight (22.41 g) and dry weight (1.54 g). The highest results on leaf number (8.5 leaves) and total flavonoid content (0.074 mgQE/g sample) were obtained with 100 mM salinity. Humic acid dose of 12 g gave the highest result on leaf number (8.69 leaves) and total flavonoid content (0.095 mgQE/g sample).
Induksi Kalus Krisan (Chrysanthemum morifolium Ramat.) dengan Penambahan Berbagai Kombinasi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Tia Setiawati; Alma Ayalla; Anandira Witri
EduMatSains : Jurnal Pendidikan, Matematika dan Sains Vol 3 No 2 (2019): Januari
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/edumatsains.v3i2.884

Abstract

Chrysanthemum is an ornamental plant that contains many secondary metabolites such as flavonoids and various volatile compounds that have the potential as medicinal ingredients. Production of secondary metabolites from plants can be carried out in vitro through callus culture. The purpose of this study was to determine the effect of Plant Growth Regulators (PGR) combination on callus formation from explants of leaves and stems of Chrysanthemum plantlets in Murashige & Skoog (MS) media. The study was conducted using a Completely Randomized Design (CRD) with a single factor in the form of 10 combinations of 2,4-D + kinetin for callus induction from stem explants and 12 combinations of NAA + BAP for callus induction from leaf explants. Observations were conducted on two months after planting. Observation data were analyzed descriptively. The results showed that callus formation occurred both from stem and leaf explants in all treatment combinations.In the group of stem explant, a combination of 3 `ppm 2,4-D + 2 ppm kinetin resulted in the highest average of callus size, wet weight, and dry weight, ie 13 (clay models); 1.186 grams; 0.316 grams respectively with a compact texture and light green, brownish dark green.Pada kelompok ekpslan daun, kombinasi 1 ppm NAA + 1 ppm BAP rata-rata ukuran, berat basah dan berat kering kalus tertinggi berturut-turut sebesar 17 (skala clay models); 1,3921 gram dan 0,1024 gram dengan tekstur kompak dan berwarna hijau muda.In the leaf explant group, a combination of 1 ppm NAA + 1 ppm BAP, the highest average of size, fresh weight and dry weight of callus at 17 (clay models); 1,3921 grams and 0.1024 grams with compact texture and light green color. Keywords: Chrysanthemum morifolium, calli, NAA, BAP, kinetin
Kerapatan Stomata dan Kadar Klorofil Tumbuhan Clausena Excavata berdasarkan Perbedaan Intensitas Cahaya Ruly Budiono; Dini Sugarti; Mohamad Nurzaman; Tia Setiawati; Titin Supriatun; Asep Zainal Mutaqin
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2016: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (748.752 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kerapatan stomata dan kadar klorofil tumbuhan Clausena excavata atau ki baceta berdasarkan intensitas cahaya di Cagar Alam Bojonglarang Jayanti Kabupaten Cianjur. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode survey dan untuk analisis sampel menggunakan spektrofotometer. Pengambilan sampel daun dengan intensitas cahaya 0-500 lux, 500-1000 lux dan 1000-1500 lux dilakukan dengan tiga kali pengulangan. Sampel daun diambil sebanyak 6 helai kemudian dilakukan pengamatan kerapatan stomata dan ekstraksi untuk pengukuran kadar klorofil. Hasil penelitian menunjukan bahwa kerapatan stomata pada intensitas cahaya 0-500 lux sebesar 149,4/mm², pada intensitas cahaya 500-1000 lux sebesar 156,5/mm², dan pada intensitas cahaya 1000-1500 lux sebesar 166,5/mm². Dari hasil pengukuran kadar klorofil didapatkan bahwa total kadar klorofil pada intensitas 0-500 lux adalah sebesar 25,44 mg/L, pada intensitas 500-1000 lux sebesar 47,70 mg/L, dan pada intensitas 1000-1500 lux sebesar 52,45 mg/L
Kadar Klorofil pada Beberapa Tumbuhan Obat di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung Mohamad Nurzaman; Pudji Meilinda; Ruly Budiono; Tia Setiawati; Asep Zainal Mutaqin
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2016: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (848.257 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar klorofil dari tumbuhan–tumbuhan obat di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode survey. Sampel dianalisis menggunakan spektrofotometer. Penelitian dilakukan pada lima titik lokasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa ditemukan 15 jenis tumbuhan obat dari 15 famili yang berbeda, yaitu Cananga odorata (Annonaceae), Cinnamomum parthenoxylon (Lauraceae), Cordyline fruticosa (Liliacaee), Datura metel (Solanaceae), Gossampynus heptaphylla (Bombacaceae), Intsia bijuga (Fabaceae), Ixora javinca (Rubiaceae), Lagerstromia speciosa (Lythraceae), Lantana camara (Verbenaceae), Melastoma candidum (Melastomaceae), Pileatrinervia (Urticaceae), Psidium guajava (Myrtaceae), Rhoeo discolor (Commelinaceae), Stercullia Oblongata(Streculiaceae), dan Styrax benzoin (Sytraceae). Jenis yang memiliki kadar klorofil tertinggi adalah Lantana camara dari famili verbenaceae, yaitu sebesar 50,52mg/L. Sedangkan Stercullia Oblongata dari famili Streculiaceae memiliki kadar klorofil terendah dengan nilai sebesar 3,96 mg/L.