Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

HIERARCHICAL 3D MODELING IN COMPLEX CARBONATE RESERVOIR by COMBINING DETERMINISTIC AND STOCHASTIC APPROACH Natasia, Nanda; Alfadli, Muhammad Kurniawan
Bulletin of Scientific Contribution Vol 17, No 2 (2019): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (647.238 KB) | DOI: 10.24198/bsc.v17i2.23128

Abstract

ABSTRACTThis paper shows how to model the 3d complex carbonate reservoir by combining deterministic and stochastic method. 3d facies model is the most important step in building reservoir static model because the distribution of another properties will depends on this model. a good facies model is needed in building a good model. The nature complexity of carbonate facies  itself makes the modeling are even more chalangging. Deterministic geological interpretation is  modelled by trend modeling while the rock type distribution is distributed inside each facies stochastically. This field is divided into five zones. These zones represent depositional cycle occurred within carbonate formation. The facies is divided into four facies; Reef, Lagoon, Platform, and slope. a reservoir rock type was done by using RT distributions.  According to Geological concept, reservoir quality distributions have different trend either vertical or horizontal. Horizontally, a good reservoir should be located in Reef facies and the poor reservoir quality should be located in slope facies. Vertically, reservoir quality should get better from bottom to top in every reservoir zoneKeywords: Pore types, Diagenetic prosses, Carbonate Reservoir
GEOMETRI AKUIFER BERDASARKAN DATA GEOLISTRIK DAN SUMUR PEMBORAN DI DAERAH JASINGA, KECAMATAN JASINGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Mohammad, Febriwan; Mardiana, Undang; Yuniardi, Yuyun; Alfadli, Muhammad Kurniawan
Bulletin of Scientific Contribution Vol 15, No 3 (2017): Bulletin of Scientific Contribution:GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (598.522 KB) | DOI: 10.24198/bsc.v15i3.14700

Abstract

SARI            Daerah penelitian secara geografis terletak pada  106° 26’ 45” BT sampai 106° 29’ 15” BT dan -6° 26’ 00” LS sampai  -6° 28’ 30” LS. Secara administratif daerah penelitian berada di Desa Cikopomayak dan sekitarnya, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Daerah penelitian terbagi menjadi 2 satuan batuan yaitu Satuan Batulanau dan Intrusi Andesit. Pengukuran geolistrik dan sumur pemboran digunakan untuk mengetahui kondisi geologi bawah permukaan secara vertikal maupun lateral. Daerah penelitian memiliki tiga kelompok nilai resistivitas dan litologi, yaitu batuan dengan nilai resistivitas rendah (0 – 60 Ω.m) dengan litologi batulempung – serpih dan batulanau, resistivitas menengah (61 – 130 Ω.m) dengan litologi batulempung pasiran, batupasir sedang, dan batupasir kasar, dan resistivitas tinggi (131 – 180 Ω.m) dengan litologi batupasir halus, batulempung pasiran, dan andesit. Keberadaan lapisan akuifer dibuktikan dengan adanya lapisan batupasir sedang – batupasir kasar pada kedalaman 10 dan kedalaman 20 meter dari sumur pemboran. Dari korelasi data geolistrik dan sumur pemboran,  dibuat penampang sistem akuifer yang melewati daerah penelitian yang selanjutnya di modelkan ke dalam diagram pagar geometri akuifer. Berdasarkan model geometri akuifer, daerah penelitian terbagi menjadi tiga jenis akuifer yaitu, akuifer bebas, akuifer semi tertekan, dan akuifer tertekan.Kata Kunci : geolistrik, sumur pemboran, geometri akuifer. ABSTRACTThe research area is geographically located at 106° 26’ 45” East up to 106° 29’ 15” East and 6° 26’ 00” South up to  6° 28’ 30” South. Administratively, area of research is in the Cikopomayak, Jasinga, Bogor District, West Java Province.  The research area is  divided into two rock units, Siltstone Unit and Andesite Intrusion. Georesistivity method and well drilling used to study subsurface geology. The research area have three kind of resistivity and lithology value, that is low resistivity (0 – 60 Ω.m) with shale and siltstone lithology, medium resistivity (61 – 130 Ω.m) with sandy clay and sandstone lithology, and high resistivity (131 – 180 Ω.m) with sandstone, sandy clay, and andesit lithology.  Presence of aquifer layer proved by sandstone in well drilling at depth of 10 – 20 meters. From the georesistivity and well drilling data correlation, made a cross section of aquifer system in the research area, then modelled to fence diagram. According to geometric model of aquifer, the research area divided to three aquifer configurations, unconfined aquifer, semi confined aquifer, and confined aquifer.Keyword : resistivity, geometry aquifer
Interpretasi Kondisi Geologi Bawah Permukaan Berdasarkan Data Geofisika Magnetotellurik Daerah Blora, Provinsi Jawa Tengah YUNIARDI, YUYUN; Mardiana, Undang; Nur, Andi Agus; Mohammad, Febriwan; Alfadli, Muhammad Kurniawan
Bulletin of Scientific Contribution Vol 19, No 3 (2021): Bulletins of Scientific Contribution : Geology
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bsc.v19i3.37879

Abstract

Daerah penelitian berada di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, termasuk kedalam zona Rembang Cekungan Jawa Timur bagian Utara, dan tersusun lima Formasi yaitu; Formasi Tambakromo, Formasi Selorejo, Formasi Mundu, Formasi Ledok, Formasi Wonocolo, namun penentuan batas-batas Formasi pada daerah penelitian belum ada yang dapat menjelaskan dan gambaran struktur bawah permukaan masih kurang, oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi tambahan mengenai penentukan batas-batas formasi serta stuktur geologi bawah permukaan yang akan diperoleh dari hasil interpretasi korelasi data lapangan dengan menggunakan metoda geofisika  Magnetotellurik. Hasil  Pengukuran Magnetotellurik pada 40 titik, berdasarkan nilai resistiviti terdapat 5 zona keterpengaruhan struktur, yaitu: zona 1, pada titik pengukuran 35-36; zona 2, pada titik pengukuran 27-33; zona 3 pada titik pengukuran 16-17; zona 4 pada titik pengukuran 9-10; dan zona 5 pada titik pengukuran1-2 permodelan berdasarkan nilai-nilai resisitiviti berdasarkan kedalaman, terdapat 5 batasformasi, yaitu: 1)Formasi Wonocolo, Ledok, Mundu, Selorejo, Tambakromo dan Alluvium, 2) Formasi Wonocolo dan Ngrayong, 3) Formasi Tuban, 4) Formasi Kujung, dan 5) Formasi Ngimbang dan Batuan dasar. Struktur Geologi yang berkembang berupa lipatan, antiklin pada titik 26-36, dan titik 02, sinklin di tengah titik-titik pengukuran, Sesar Normal yang bersifat tumbuh pada titik antara MT26-MT27dan pada titik 30, yang masuk kedalam zona struktur 2, dan sesar normal pada titik MT 09 masuk kedalam zona 02. Sesar Naik pada titik MT 02 pada zona 05.
GAS IN PLACE PREDICTION OF COAL BED METHANE EXPLORATION WITH PROXIMATE DATA, PIT “HMG”, WEST BANKO, SOUTH SUMATRA GANI, REZA MOHAMMAD GANJAR; Arbi, Hafsanjani; Firmansyah, Yusi; Nurdrajat, .; Alfadli, Muhammad Kurniawan
Bulletin of Scientific Contribution Vol 16, No 2 (2018): Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.388 KB) | DOI: 10.24198/bsc.v16i2.18556

Abstract

The energy demand are increase everyday, but the supply insufficiently if only depends on conventional energy. Coal bed methane exploration are one of the unconventional energy that can fulfill energy demand. The main aspect of coal bed methane exploration are the reserve of gas in place. In this research are use conventional data to approach a prediction and calculation of gas in place at PIT “HMG”, West Banko, Tanjung Enim, South Sumatra. Based on the analysis shows that the gas content are increase as the deeper of seam, and the total gas in place are 235.30 MMcf, with Seam C has the highest value 72.47 MMcf.
Potensi Airtanah Berdasarkan Nilai Resistivitas Batuan di Kelurahan Cangkorah, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat Mohammad, Febriwan; Mardiana, Undang; Yuniardi, Yuyun; Firmansyah, Yusi; Alfadli, Muhammad Kurniawan
Bulletin of Scientific Contribution Vol 14, No 2 (2016): Bulletin of Scientific Contribution
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1321.29 KB) | DOI: 10.24198/bsc.v14i2.9799

Abstract

Groundwater is water that contain under the soil or rock which located in subsurface layer. The resistivity method or geoelectricity using electrical properties of subsurface materials to obtain the anomalies. Aquisition data did with 2 line of 2-D resistivity and 10 point of 1-D resistivity. The result from 1-D resistivity are divided into three classification : First classification had range between 1 – 5 Wm which indicate the  rock with low resistivity and shallow. This layer interpretated as clay from Saguling Lake sedimentation and this layer act as aquiklud layer. The second classification with range between 6 – 20 Wm indicated as medium resistivity and act as aquitard. The third classification  with range more than 20 Wm indicated as high resistivity and act as aquifer with low productivity. From the 2-D resistivity survey, such as : Low resistivity range assosiated with shaly tuff lithology and sandy tuff, depth of the low resistivity range about 0 – 40 meters, Medium resistivity range had depth about 10 – 70 meters, act as aquifer due to have well porosity properties. High resistivity range depth is more than 70 meters until 100 meters assosiated with massif layer, bad porosity, and did not have rock pore, the lithology is collaboration between massif breccia with igneous component. Keyword : Geoelectricity, Resistivity, Batujajar, Groundwater, Aquifer Air tanah merupakan air yang terdapat di dalam lapisan tanah atau batuan yang terletak di bawah permukaan tanah. Metode resistivitas (resistivity) atau geolistrik memanfaatkan sifat kelistrikan material bawah permukaan untuk mendapatkan anomali. Pengukuran dilakukan sebanyak 2 lintasan geolistrik 2-D dan 10 titik pengukuran 1-D. Dari hasil pengukuran metode 1-D diperoleh 3 paket batuan yaitu : Paket lapisan batuan 1 dengan nilai tahanan jenis berkisar antara 1 – 5 Wm yang mengindikasikan batuan dengan resistivitas amat rendah dan dangkal. Lapisan ini diduga berupa lempung dari endapan danau Saguling. Lapisan ini diduga berperan sebagai akiklud. Paket lapisan batuan 2  dengan nilai tahanan jenis antara 6 hingga 20 Wm mengindikasikan batuan dengan resistivitas menengah dan bersifat sebagai akitar . Paket lapisan batuan 3 dengan nilai tahanan jenis antara lebih dari  20 Wm mengindikasikan batuan dengan resistivitas yang tinggi dan dapat berperan sebagai akifer dengan produktivitas rendah. Dan dari hasil geolistrik 2-D, yaitu : Rentang resisitivitas rendah kemungkinan berasosiasi dengan batuan dengan litologi tuf lempungan dan tuf pasiran memiliki kedalaman bervariasi antara 0-40 meter, Rentang resistivitas menengah memiliki kedalaman bervariasi sekitar 10-70 meter. Porositas paket batuan ini diperkirakan baik, dan dapat berperan sebagai akifer, Rentang resisitivitas tinggi ini berasosiasi dengan rentang kedalaman yang bervariasi mulai dari 70 meter hingga kedalaman lebih dari 100 meter berasosiasi dengan Lapisan keras, massif, porositas buruk dan tidak dapat menyimpan air di antara pori-pori batuannya, berupa perpaduan antara breksi padu dengan komponen batuan beku. Kata kunci : Geolistrik, Resistivitas, Batujajar, Airtanah, Akifer
DEPOSITIONAL ENVINRONMENT AND PALEOCURRENT THE MIDDLE OF WARUKIN FORMATION BASED ON SEISMIC AND WELL LOG DATA IN NORTH-EAST PART BARITO BASIN, SOUTH KALIMANTAN Yuniardi, Yuyun; Mardiana, Undang; Mohammad, Febriwan; Nur, Andi Agus; Alfadli, Muhammad Kurniawan
Bulletin of Scientific Contribution Vol 18, No 3 (2020): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bsc.v18i3.31550

Abstract

Explorations in the Barito basin has started nearly 100 years and was marked by the discoveryof the Tanjung Field in 1938 (Maso at all 1993). The middle of Warukin Formation is one of thereservoir formation in the Barito basin of North-Northeast. Barito Basin is located betweenSundaland in the west and Meratus in the east (Satyana, Awang.1994). An understanding of thedepositional environment and paleo-current will be very useful for the exploration and fielddevelopment optimization of oil and gas. The data used in this researcher seismic 3D data and well data. From the existing data createdseismic facies maps and correlation maps well with the markers used datum is the Top FormationMiddle Warukin. Downlap termination pattern found on the seismic line 75H - 37 at the lower limit indicates thetime of formation of this facies occur sea level rise. Configuring the parallel reflection pattern -subparallel and divergent indicate the depositional environment is shelf / platform or deltaplatform (Serra, O, 1990). Coarsening upward to fining upward pattern relatively evolved fromwireline log analysis, in which a pattern is formed on the shore face transgressive delta thenserrated pattern formed in the shelf. Based on the seismic data and log data as well as supportingdata from the regional geology of the Barito Basin, it can be interpreted that the study area isformed on the delta depositional environment - shelf. Paleo-current study area can be determined based on seismic facies maps and regionalconditions Barito Basin. Of seismic facies maps can be interpreted Paleo-current direction isrelative to the south - west with relative sediment supply from the north - east.
KARAKTERISTIK ENDAPAN VULKANIK SUB DAS CIGOMBONG LERENG TIMUR GUNUNG SALAK MUTAQIN, DEDEN ZAENUDIN; Mohammad, Febriwan; Mardiana, Undang; Yuniardi, Yuyun; Alfadli, Muhammad Kurniawan
Bulletin of Scientific Contribution Vol 17, No 2 (2019): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2557.95 KB) | DOI: 10.24198/bsc.v17i2.22569

Abstract

ABSTRAKMetode stratigrafi yang digunakan pada batuan vulkanik serupa dengan mempelajari stratigrafi pada batuan sedimen, yaitu membuat korelasi, urutan secara vertikal berdasarkan waktu, menentuakan perubahan fasies dan sejenisnya. Penelitian Stratigrafi rinci mengenai daerah vulkanik masih jarang dilakukan. Hal ini biasanya dikarenakan oleh kondisi lapangan yang sulit ditempuh. Penelitian ini berlokasi di Sub DAS Cigombong Lereng Timur Gunung Salak untuk mengetahui perubahan litologi baik secara lateral maupun vertikal. Permasalahan dipecahan dengan Observasi lapangan. Data lapangan berupa lintasan-lintasan stratigrafi berdasarkan daerah cekungan pengaliran. Berdasarkan fasies vulknik dari keseluruhan analisis , terdapat 6 kelompok fasies dari muda ke tua yaitu endpan aliran laharik gunung salak, endapan aliran lava 2 gunung salak, endapan aliran lava 1 gunung salak, endapan aliran piroklastik scoria 3 gunung salak endapan aliran lava 1 gunung salak, endapan aliran piroklastik scoria 2 berasosiasi dengan endapan Seruakan gunung salak, dan endapan aliran lava 1 gunung salak, endapan aliran piroklastik scoria 1 pra gunung salak.Kata kunci: Cigombong, Fasies Gunung Api, Salak, VulkanikABSTRACTStratigraphy in volcanic area have similar treatment with sedimentary rock study process, i.e. make correlations, order vertically based on time, determine changes in facies and the like. Detailed stratigraphic research on volcanic areas is rarely done. This is usually caused by field conditions that are difficult to go through. This research is located in the Cigombong East Slope Sub-watershed of Mount Salak to determine lithological changes both laterally and vertically. The problem is solved by field observations. Field data in the form of stratigraphic trajectories based on drainage basins. Based on the Vulcanic facies of the whole analysis, there are 6 facies groups from young to old, namely Salak mountain flow depletions, Salak flow 2, Salak flow 1, pyroclastic flow, scoria 3 Salak mountain deposition, lava flow 1 Salak mountain, scoria pyroclastic flow sediment 2 associated with Salak mountain excavation, Salak mountain lava flow 1, pyroclastic flow precipitate 1 Salak mountain.Keyword: Cigombong, Volcanic Facies, Mt. Salak, Volcanic.
Studi Awal Potensi Bahan Galian Pada Daerah Kabupaten Belitung Timur, Indonesia Natasia, Nanda; Barkah, Muhammad Nursiyam; Saputra, Dian Hari; Alfadli, Muhammad Kurniawan
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY Vol 14, No 2 (2016): Bulletin of Scientific Contribution
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1736.891 KB) | DOI: 10.24198/bsc geology.v14i2.9801

Abstract

The mining development is influences the economy growth and support to increases the society prosperity. East Belitung be able to execute the mining development which have some potential mining resources such tin, galena, iron ore, bauxite, granite, quartz sand, and kaolin. The research method is field observation to find out the geological condition and the mining material resources along with GIS analysis for representation the geomorphology and geology in East Belitung. East Belitung geomorphology consist of plains and hills with elevation more than 600 msl. The plain area is used for tin exploration and oil palm plantation, while the hill area for protected forest. East Belitung geology consist of alluvium, carbon sand, Tajam Formation, Kelapakampit Formation, Siantu Formation, Tanjungpandan Granite, Baginda Adalemite, Burungmandi Granodiorite, Batubesi Quartz Diorite. The geology structure in East Belitung are fold, fault and crack. Generally, the fold direction is NW-SE, the fault direction is NE-SE. Based on geochemical analysis and the distribution of mining material resources can be concluded that East Belitung area have large potential of mining material resources, it seen from galena, iron ore and bauxite materials that have intermediate until good quality. Besides that, from the delineation of potential distribution map shown the mining material have extensive distributions and can be optimization for regional development and society prosperity. Keywords : Mining Material, East Belitung, Delineation of Potential Distribution, Mining ABSTRAKPerkembangan area pertambangan sangat berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan membantu dalam peningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu daerah yang dapat melakukan pengembangan area pertambangan adalah Belitung Timur yang memiliki beberapa potensi bahan galian antara lain timah, galena, biji besi, bauksit, granit, pasir kuarsa, dan kaolin. Metode penelitian berupa pengamatan lapangan untuk mengetahui kondisi geologi dan sumberdaya bahan galian serta analisis GIS untuk mendapatkan gambaran geomorfologi dan geologi Kepulauan Belitung. Geomorfologi pada daerah Belitung Timur berupa pedataran dan perbukitan yang ketinggiannya berada diatas 600 mdpl. Pedataran lebih banyak dipergunakan untuk penambangan timah dan perkebunan sawit, sedangkan perbukitan dimanfaatkan untuk hutan lindung. Geologi pada daerah Belitung Timur terdiri dari Aluvium, Pasir berkarbon, Formasi Tajam, Formasi Kelapakampit, Formasi Siantu, Granit Tanjungpandan, Adalemit Baginda, Granodiorit Burungmandi, Diorit Kuarsa Batubesi. Struktur geologi yang berkembang pada kawasan ini adalah lipatan, sesar dan kekar .Arah sumbu lipatan umumnya Baratlaut-Tenggara, sedangkan sesar berarah Timurlaut-Baratdaya. Berdasarkan analisis geokimia dari sampel lapangan dan sebaran dari bahan galian yang ada dapat disimpulkan bahwa daerah kawasan Belitung Timur memiliki potensi bahan galian yang besar, terlihat dari kandungan bahan galian galena, biji besi, dan bauksit yang memiliki kadar menengah hingga tinggi. Selain itu, dari hasil deliniasi sebaran potensi memperlihatkan sebaran bahan galian berpotensi yang berada pada kawasan Belitung Timur sangat besar dan dapat dioptimalisasi agar berguna untuk pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kata kunci : Bahan Galian, Belitung Timur, Deliniasi Sebaran Potensi, Pertambangan.
POTENSI AKUIFER KAMPUS ARJASARI BERDASARKAN PENGAMATAN NILAI TAHAN JENIS BATUAN Mohamad, Febriwan; Mardiana, Undang; Yuniardi, Yuyun; Nur, Andi Agus; Alfadli, Muhammad Kurniawan
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY Vol 15, No 2 (2017): Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (643.285 KB) | DOI: 10.24198/bsc geology.v15i2.13383

Abstract

ABSTRACTGeoelectric measurement was done in order to obtain the presence, depth, thickness, quantity and distribution of aquifers in the study area. Geoelectric was done by applying 1-D Schlumberger configuration (DC sounding). Rock layer with a resistivity value ranges <20 μm indicates rocks with low resistance values, dominates the surface until 50 meters depth with varying thickness. This layer lithology thought to be composed of weathered soil, fine tuff and lapilli tuff. This layer is assumed to act as aquiclude, porous media that can store water but acts as barrier to the flow of groundwater. This lithology group can be filled by water during the rainy season, but in dry season contain very small amount of water. Rock layer with resistivity value ranges between 20 μm - 60 μm interpreted as coarse tuff intercalating with fine tuff, founded at 75 meters depths below the surface. Rock layers with high resistance values (> 60 μm), founded more than 75 meters in the north area, assumed to be volcanic breccia with tuff as matrix, and have small potential to act as aquifer. Keyword: Geoelectric, Schlumberger, Aquifer, Resistivity ABSTRAKPengukuran geolistrik yang dilakukan dalam upaya untuk mendapatkan kehadiran, kedalaman, ketebalan, jumlah dan penyebaran akuifer. Hasil  pengukuran geolistrik (Sounding) dengan konfigurasi Schlumberger Kelompok batuan dengan nilai tahanan jenis berkisar antara  <20 Wm yang mengindikasikan batuan dengan nilai tahanan jenis rendah mendominasi permukaan hingga kedalaman 50 meter dengan ketebalan bervariasi. Lapisan ini diduga memiliki litologi penyusun terdiri atas tanah lapukan, tuf halus dan tuf lapili. Lapisan ini diduga berperan sebagai akiklud, yaitu media berpori yang dapat menyimpan air tetapi tidak dapat mengalirkan airtanah yang dapat terisi oleh air pada musim hujan, namun pada musim kering tidak mengandung air. Lapisan batuan dengan nilai tahanan jenis antara 20 Wm - 60 Wm  diinterpretasi litologi tuf kasar berselingan dengan tuf halus, berada pada kedalaman mulai 75 meter di bawah permukaan. Lapisan batuan dengan nilai tahanan jenis tinggi (>60 Wm), mulai di kedalaman lebih dari 75 meter di bagian utara diperkirakan breksi vulkanik dengan matriks berupa tuf, dan memiliki potensi kecil sebagai akuifer. Kata Kunci: Geolistrik, Schlumberger, Akifer, Resistivitas
Determinasi Karakteristik Reservoir Formasi Talang Akar Berdasarkan Data Well Log dan Seismik Sub-Cekungan Palembang Selatan, Cekungan Sumatera Selatan Yuniardi, Yuyun; Mardiana, Undang; Mohammad, Febriwan; Nur, Andi Agus; Alfadli, Muhammad Kurniawan; Mutaqin, Deden Zaenudin
Bulletin of Scientific Contribution Vol 20, No 3 (2022): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bsc.v20i3.44360

Abstract

Penentuan Karakteristik reservoir merupakan suatu upaya untuk mengetahui kualitas reservoir dari suatu tubuh batuan dalam perkiraan prospek atau tidaknya lapisan reservoir tersebut. Penelitian ini dilakukan pada formasi Talang Akar yang masuk kedalam Sub-Cekungan Palembang Selatan, Cekungan Sumatera Selatan, dengan menggunakan data well, data seismik, data SWC dan data Mudlog. Formasi talang akar menunjukan lingkungan delta plain dimana zona reservoirnya yang merupakan bagian bawah dari formasi tersebut termasuk dalam lingkungan fluvial. Pada klasifikasi parasekuen formasi talang akar terdapat siklus regresi-transgresi yang membentuk pola pengendapan progradasi dan retrogradasidalam skala kecil dengan rincian Sumur X1, X2, dan X3 terdapat 4 parasekuen, sedangkan sumur X4 dan X5 berjumlah 5 parasekuen, secara kuantitatif, nilai-nilai perhitungan petrofisika menunjukan bahwa pada zona hidrokarbon mempunyai Sw berkisar 8-46%, porositas 13-30%, sedangkan zona air memiliki Sw 65-100 %, dan porositas 8-25%. Berdasarkan peta kontur struktur dan peta net san top zona C3, ke lima lapisan batupasirnya pada tiap sumur terletak pada antiklin, dimana arah pengendapan yang relative berarah Timur Laut – BaratDaya. Berdasarkan paparan diatas, pada langkah eksplorasinya telah ditentukan bahwa zona reservoir yang ekonomis pada daerah penelitian terdapat pada zona C3 sumur X5. Katakuci : Batupasir, Formasi Talang Akar, Parasekuen, Petrofisika, Prospek, Reservoir.