Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

Prediksi Transport Sedimen di Perairan Teluk Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe Kumaseh, Eunike; Tatontos, Yuliana Varala; Sarapil, Costantein Imanuel
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (734.043 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v9i3.26537

Abstract

ABSTRAK: Secara geografis, Teluk Tahuna diapit oleh 2 muara sungai yaitu Muara Sungai Tidore, yang dekat dengan Pelabuhan Nusantara Tahuna, dan Muara Sungai Towo’e. Hal ini memungkinkan terjadinya sedimentasi.Sehingga, perlu diketahui besarnya angkutan sedimen yang terjadi di perairan Teluk Tahuna.Metode penelitian yang digunakan yaitu membandingkan metode Engelund-Hansen dengan hasil pengukuran di lapangan. Pengambilan sedimen menggunakan sediment trap dan diukur selama 2 minggu sekali sebanyak 5 kali. Sedimen dibawa ke Laboratorium Mekanika Tanah untuk memperoleh ukuran diameter sedimen. Lokasi penelitian dibagi menjadi 3 stasiun, Stasiun 1 dekat muara sungai Tidore, Stasiun 2 pada bagian tengah perairan, dan Stasiun 3 dekat muara sungai Towoé. Hasil prediksi transport sedimen di Perairan Teluk Tahuna dengan metode Engelund-Hansen yaitu pada Stasiun 1 = 0,00000291(m3/m*s), Stasiun 2 = 0,00000697(m3/m*s), dan Stasiun 3 = 0,00000789(m3/m*s). Perhitungan transport sedimen yang paling tinggi adalah di Stasiun 3. Pengukuran laju sedimentasi yaitu pada Stasiun 1 sebesar 0,0000029 m3/hari, Stasiun 2 sebesar 0,0000053 m3/hari dan pada Stasiun 3 sebesar 0,0000072 m3/ hari. Rata – rata hasil pengukuran yang paling tinggi juga ada di Stasiun 3,yaitu dekat Muara Sungai Towoé. Hasil prediksi Metode Engelund-Hansen hampir sama dengan hasil pengukuran laju sedimen di lapangan. Metode Engelund-Hansen cocok digunakan untuk memprediksi transport sedimen di Perairan Teluk Tahuna. ABSTRACT: Geographically, Tahuna Bay has 2 river mouths, the Tidore river mouth, which is close to the Tahuna Harbor, and Towo'e river mouth. This allows sedimentation. So, it is necessary to know the calculation of sediment transport. The research method is comparing the Engelund-Hansen method with the results of measurements. Sediment rate measured by sediment trap and once in 2 weeks for 5 times. Sediments were taken to the Soil Mechanics Laboratory. The location was divided into 3 stations. The results of prediction of sediment transport in Tahuna Bay with the Engelund-Hansen method are Station 1  = 0,00000291 (m3/m*s), Station 2  = 0,00000697 (m3/m *s), and Station 3  = 0,00000789 (m3/m*s). The highest calculation of sediment transport is at Station 3. The average measurement of sedimentation rate at Station 1 of 0,0000029 m3/day, Station 2 of 0,0000053 m3/day and at Station 3 is 0,0000072 m3/day. The highest average measurement results are also at Station 3, which is near the Towoé River Estuary. The predicted results of the Engelund-Hansen Method are almost the same as those of the sediment rate measurements in the field. Engelund-Hansen Method can be used to predict the sediment transport in Tahuna bay.
POTRET MASYARAKAT NELAYAN PESISIR DI PULAU KALAMA KECAMATAN TATOARENG KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Sarapil, Costantein Imanuel; Mozes, Getruida Nita; Kumaseh, Eunike Irene; Ikhtiagung, Ganjar Ndaru; Puspaputri, Erlin; Dalonto, Meldianus Swandris
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 8, No 2 (2020): Oktober 2020
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.8.2.2020.30647

Abstract

AbstractThis study aims to describe the socio-economic conditions of the fishing community in Kalama Island, District of Tatoareng, Regency of Sangihe islands. The method used in this research is descriptive method. This method is used to look for the elements, characteristics, properties of a phenomenon. This method begins with collecting data, analyzing data and interpreting it in the form of text or images. The social situation of fisher in Kalama Island has a high sense of solidarity. People who help each other. The low level of education of fisher, where most have elementary school education. The economic situation of fisher is also uncertain, depending on weather conditions. The profit earned by fisher is IDR 700,000 - IDR 1,700,000 per day. However, this profit does not guarantee the welfare of fisher, because the catch is uncertain and the fisher's lifestyle is wasteful. The government can pay more attention to the welfare of fisher on small islands and develop the potential of Kalama Island.Keywords: socio – economic condition; fisher; coastal; Kalama Island AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan di Pulau Kalama, Kecamatan Tatoareng Kabupaten Kepulauan Sangihe. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat suatu fenomena. Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data, menganalisis data dan menginterpretasikannya ke dalam bentuk teks atau gambar. Keadaan sosial nelayan di Pulau Kalama mempunyai rasa solidaritas yang tinggi. Masyarakat yang saling membantu satu dengan lainnya. Tingkat pendidikan nelayan yang rendah, dimana sebagian besar mempunyai pendidikan SD. Keadaan ekonomi nelayan juga tidak menentu, bergantung pada kondisi cuaca. Keuntungan yang diperoleh nelayan sebesar Rp 700.000 – Rp 1.700.000,- per hari. Namun, besarnya keuntungan ini tidak menjamin kesejahteraan nelayan, karena hasil tangkapan yang tidak menentu serta pola hidup nelayan yang boros. Pemerintah dapat lebih memperhatikan kesejahteraan nelayan di pulau kecil dan mengembangkan potensi Pulau Kalama.Kata kunci: kondisi sosial ekonomi; nelayan; pesisir; pulau kalama
KONDISI SOSIAL EKONOMI NELAYAN PENANGKAP IKAN JULUNG-JULUNG DI WILAYAH PESISIR KAMPUNG PALARENG KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Costantein Imanuel Sarapil; Eunike Irene Kumaseh; Ganjar Ndaru Ikhtiagung; Putri Lahungkasiang; Erlin Puspaputri
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 9 No 3 (2020): Volume 9 Nomor 3, Oktober 2020
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v10i3.947

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi nelayan serta menganalisis usaha penangkapan ikan julung-julung dengan soma giop di Kampung Palareng. Kegiatan usaha penangkapan ikan yang sudah berlangsung lama, sehingga menarik untuk diketahui apakah usaha tersebut memberi keuntungan bagi nelayan di Kampung Palareng. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Dimana penelitian kualitatif menggunakan fenomena sosial menjadi pusat perhatian. Sedangkan penelitian kuantitatif menggunakan analisa dan perhitungan. Hasil penelitian disajikan secara deskriptif kualitatif, sementara untuk memperoleh nilai B/C, NPV dan PP menggunakan metode kuantitatif. Kondisi sosial nelayan di Kampung Palareng masih sangat kuat. Solidaritas yang tinggi bagi masyarakat dapat terlihat dalam kegiatan gotong royong maupun kegiatan sosial lainnya. Sebagian besar masyarakat mempunyai tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD). Pendapatan yang tegolong tinggi bagi para nelayan. Secara finansial, analisis kelayakan usaha penangkapan ikan julung-julung diperoleh hasil BCR sebesar 0,96 dimana B/C kurang dari 1, PP 1 tahun, dan NPV sebesar Rp -12.472.049 (NPV bernilai negatif). Secara Finansial, usaha penangkapan ikan julung-julung di Kampung Palareng tidak layak untuk diteruskan. Namun, usaha penangkapan ikan julung-julung memiliki makna sosial dan budaya yang tinggi bagi kehidupan masyarakat Kampung Palareng. Baik perempuan maupun laki-laki, tua dan muda, semua bekerja sama ikut perahu penangkap ikan julung-julung dan mengikuti kegiatan pengoperasian penangkapan ikan. Hasil tangkapan dibagi untuk semua yang mengikuti kegiatan penangkapan maupun bagi masyarakat secara keseluruhan. Nilai sosial budaya ini yang mempertahankan keberadaan usaha penangkapan ikan julung-julung di Kampung Palareng.
TINGKAT PENDAPATAN NELAYAN PENANGKAP IKAN KURISI SELAMA PANDEMI COVID-19 DI KAMPUNG PARA I KECAMATAN TATOARENG KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Costantein Imanuel Sarapil; Fitria Fresty Lungari; Eunike Irene Kumaseh; Ishak Bawias; Ganjar Ndaru Ikhtiagung; Erlin Puspaputri; Stefanus Kawowode
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 10 No 3 (2021): Volume 10 Nomor 3, Oktober 2021
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v10i3.1187

Abstract

This study aims to analyze at the income level of fishermen in Para I Village during the Covid-19 pandemic, and look at the marketing flow and marketing margins of Threadfin bream in Para I village. This research can be input to the Government in improving the welfare of fishermen amid Covid-19 pandemic. This research was conducted in Para I Village, Tatoareng District, Sangihe Islands Regency in March – May 2021. The methods used in this study were qualitative and quantitative ones. Data collection was carried out through direct observation and interviews with local fishermen, while maintaining health protocols. The income of threadfin bream fisherman per week in Para I Village ranges from IDR 500,000 - IDR 3,000,000 depending on weather condition. The marketing of threadfin bream and other demersal fish belongs to an efficient one. During the pandemic, fishermen's income decreased slightly because they could not bring their catch to be sold to Tahuna city or Dagho Fishing Port. However, there are also traders who come directly to buy fish on Para Island. Income decreased to IDR 500,000 per week during the pandemic. However, this condition only lasted for 2-3 months, but then their income returned to the normal. The strategy taken by fishermen to deal with the income decline during the pandemic is to process their catch into salted fish that can be sold or stored as food reserves for their households. The government can help organize Financial Management Training and education about business opportunities in the fisheries sector.
Produktifitas Hand Line untuk Penangkapan Ikan Tuna (Thunnus Albacares) di Fish Port General Santos Philipina Dekrist Kapai; Julius F. Wuaten; Costantein I. Sarapil
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 1 No 2 (2015): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.27 KB) | DOI: 10.5281/jit.v1i2.61

Abstract

Ikan tuna (Thunnus spp) merupakan komoditas pangan yang sangat digemari dan dicari di pasar dunia. Cara untuk meningkatkan produksi tuna ialah melalui peningkatan unit upaya atau penggunaan alat tangkap dan jumlah armada. Dalam perikanan tangkap, ada beberapa jenis alat tangkap yang dapat digunakan untuk menangkap ikan tuna yaitu alat tangkap long line, purse seine, troling line, pole and line, gill net, hand line, dll. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas alat tangkap pancing tuna dan pemancing (ABK) berdasarkan hasil tangkapan dan mengetahui jumlah hasil tangkapan ikan tuna berdasarkan daerah penangkapan (fishing ground) ikan tuna yang didaratkan di Fish Port General Santos, Philipina. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Objek yang diambil ialah nelayan-nelayan penangkap ikan tuna dengan menggunakan alat tangkap hand line. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukan bahwa produktifitas per trip hand line tuna yang didaratkan Fish Port General Santos Philipina berdasarkan pembahasan di atas maka hasil yangdidapat dalam satu kapal ialah 3, 59 ton. Sedangkan produktifitas pemancing per tripnya mendapatkan hasil sebanyak 6,40 ekor per pemancing. Berdasarkan daerah penangkapan (fishing ground) bahwa jumlah hasil tangkapan tuna hand line yang didaratkan di Fish Port General Santos Philipina sebagian besar berasal dari Perairan Indonesia.
Efektifitas Lama Benaman Somba (Soaking Time) terhadap Hasil Tangkapan Ikan di Perairan Kampung Kalongan Kabupaten Kepulauan Talaud Costantein I. Sarapil; Julius F. Wuaten; Bonar Pontolumiu
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 2 No 1 (2016): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.147 KB) | DOI: 10.5281/jit.v2i1.75

Abstract

Somba merupakan alat tangkap yang sangat efektif untuk menangkap ikan karang (demersal). Seiring dengan perkembangan teknologi, penggunaan alat tangkap somba sudah mulai menghilang dari tradisi para nelayan yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud dengan adanya alat tangkap modern yang mulai berkembang di kalangan nelayan. Dalam pengoperasiannya, alat tangkap somba merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan dan sangat efektif untuk menangkap ikan karang. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data lama benaman somba yang paling efektif untuk menangkap ikan karang dan mengetahui jenis-jenis ikan yang tertangkap dari pengoperasian alat tangkap somba. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi ilmiah yang bermanfaat untuk pengembangan teknologi pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metodeexperimental. Eksperimen adalah observasi di bawah kondisi buatan (artificial condition) dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti. (Nazir, 2003 dalam Anonimous, 2013). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengoperasikan 10 unit alat tangkap somba selama 30 hari dengan menghitung jumlah ikan yang masuk ke dalam somba dan mengidentifikasi hasil tangkapan ikan. Pengoperasian dilakukan pada pagi hari pukul 09.00 Wita saat air laut surut dengan kedalaman 0,5-1 meter. Analisis data dilakukan dengan cara menghitung jumlah total ikan yang masuk kedalam somba berdasarkanlama benaman (soaking time) somba yang di operasikan selama 30 hari dengan perlakuan lama benaman dibagi menjadi 4 fase waktu benaman yaitu fase I (1-7 hari ), fase II (8-15 hari ), fase III (16-22 hari),dan fase IV (23-30 hari) dibuat dalam bentuk grafik jumlah ikan yang ada dalam somba untuk menentukan lama benaman somba yang paling efektif menangkap ikan karang.
Analisis Aspek Teknis dan Aspek Ekonomis Pukat Cincin (Mini Purse Seine) yang Dioperasikan di Rumpon Joneidi Tamarol; Costantein I. Sarapil
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 3 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.604 KB) | DOI: 10.5281/jit.v3i1.95

Abstract

Pukat cincin berukuran kecil (mini purse seine) atau yang lebih dikenal dengan nama soma pajeko merupakan alat tangkap yang efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis terutama ikan pelagis kecil. Ukuran alat tangkap purse seine yang digunakan akan berpengaruh pula pada ukuran kapal, besarnya tenaga penggerak, jumlah anak buah kapal (masanae), peralatan bantu, lamanya trip dan kebutuhan bahan bakar; yang semuanya berimbas pada investasi modal dan biaya operasional di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah faktor teknis memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil tangkapan pukat cincin serta menentukan apakah aspek ekonomi memberikan keuntungan terhadap usaha penangkapan ikan pukat cincin. Penelitian ini dilakukan pada objek yang terbatas yaitu perikanan tangkap pelagis dengan alat tangkap pukat cincin. Pengambilan data meliputi ukuran perahu; ukuran alat tangkap; jumlah ABK; jumlah penggunaan BBM; musim penangkapan ikan; alat bantu penangkapan ikan yang digunakan; jumlah dan jenis ikan hasil tangkapan. Hasil penelitian menunjukan bahwa cuaca memberikan pengaruh yang jelas terhadap jumlah waktu melaut; adanya pembatasan jumlah tenaga kerja yang ditetapkanoleh nelayan pemilik seiring dengan penggunaan peralatan bantu (winch), Penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) meningkat ketika digunakan untuk menangkap ikan di rumpon jauh.
Manajemen Rumah Tangga Nelayan Penangkap Ikan Tuna (Thunnus Albacores) Studi Kasus di Pesisir Pantai Akembuala Kelurahan Santiago Kecamatan Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe Costantein I. Sarapil; Julius F. Wuaten
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 3 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (636.758 KB) | DOI: 10.5281/jit.v3i1.96

Abstract

Keberadaan ikan tuna sirip kuning (Thunnus Albacores) sebagai salah satu sumberdaya ikan pelagis di Perairan Sangihe yang merupakan hasil tangkapan utama dari nelayan di Akembuala tidak menjadikan masyarakat nelayan di daerah itu meningkat taraf hidupnya akan tetapi umumnya masih berstatus sebagai keluarga pra sejahtera atau dengan kata lain kelompok masyarakat yang berada di pesisir pantai Akembuala masih relatif miskin bila dilihat dari sektor ekonomi, sosial dan budaya (khususnya dari akses untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan dan penghidupan yang layak) dibandingkan dengan masyarakat yang ada di daerah lain dengan mata pencaharian yang sama. Penelitian ini bertujuan: 1) Memperoleh gambaran pola hidup dan kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat nelayan di Pesisir Akembuala Kelurahan Santiago; 2) Mendapatkan solusi manajemen keuangan nelayan dalam mengelola hasil penjualan ikan tuna pasca tangkap. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademik mengenai manajemen rumah tangga nelayan penangkap tuna dan faktor-faktor yang berpengaruh lainnya serta diharapkan dapat menjadi masukan bagi semua pihak yang berkepentingan dengan persoalan manajemen rumah tangga nelayan. Penelitian ini merupakan studi yang memakai jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk mendeskripsikan semua fenomena atau kejadian-kejadian yang terjadi di masyarakat nelayan penangkap tuna di Pesisir Pantai Akembuala, penelitian deskriptif ini akan mendalami semuakejadian yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku, presepsi, dan harapan kedepan, dan bagaimana manajemen keluarga mereka, dengan cara deskripsi kata-kata dan bahasa, pada konteks alamiah dengan memanfaatkan metode ilmiah.
PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP TRADISIONAL DALOMBO (JALA LEMPAR) DI PERAIRAN KAMPUNG BINEBAS KECAMATAN TABUKAN SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Costantein Sarapil; Yanita Kakampu; Eunike Kumaseh
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 4 No 1 (2018): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (441.238 KB)

Abstract

Kabupaten Kepulauan Sangihe memiliki potensi perikanan dengan total produksi mencapai 90 persen. Kampung Binebas merupakan salah satu kampung yang terletak di Kecamatan Tabukan Selatan. Hampir sebagian besar masyarakat di Kampung ini memanfaatkan laut sebagai sumber kebutuhan dan perekonomian keluarga. Di kampung ini terdapat berbagai jenis alat penangkapan ikan, salah-satunya yaitu alat tangkap Jala Lempar atau masyarakat biasa menyebutnya dengan Dalombo.Dalombo merupakan salah satu alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan karena alat tangkap ini dioperasikan di pinggiran pantai yang dangkal. Proses pengoperasian alat tangkap Dalombo di kampung Binebas menarik untuk dikaji karena menggunakan teknik tertentu oleh masyarakat setempat. Alat danbahan yang digunakan yaitu alat tulis menulis, kamera, meteran, perahu pelang, timbangan dan alat tangkap Dalombo. Metode yang digunakan adalah partisipasi aktif di lapangan. Metode pengumpulan data yaitu wawancara dengan nelayan yang ada di kampung Binebas, buku, internet dan literatur lainnya. Data dianalisis secara deskriptif.Proses pengoperasian alat tangkap Dalombo dimulai dengan pengaturan posisi jaring pada tangan. Jaring dibagi menjadi 3 bagian yang sama hingga ke tahap pelemparan jaring. Hauling dilakukan dengan menarik perlahan tali penghubung diikuti dengan badan jaring hingga semuanya terangkat ke dalam perahu. Daerah penangkapan ikan dilakukan di pinggiran pantai dan daerah bakau dengan kedalaman sekitar 0,5 – 3 m.
KAJIAN SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN PANCING ULUR (HAND LINE) PERORANGAN DI KECAMATAN TABUKAN UTARA KABUPATEN SANGIHE Joneidi Tamarol; Costantein I. Sarapil
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 4 No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.209 KB) | DOI: 10.5281/jit.v4i2.143

Abstract

Perlunya kajian sosial ekonomi terhadap Rumah Tangga Nelayan (RTN) pancing ulur yang dihubungkan dengan pendapatan nelayan. Penelitian ini mengkaji seberapa besar pendapatan rumah tangga nelayan dari aktifitas penangkapan ikan dan non penangkapan ikan, serta tingkat kesejahteraan nelayan pesisir. Secara geografis, Kecamatan Tabukan Utara terletak antara 30-450 LU dan 1250-1270 BT. Secara administratif, pemerintahan memiliki 24 kampung dengan jumlah penduduk sebanyak21.662 jiwa, dimana 1.418 jiwa atau 6,5 persen berprofesi sebagai nelayan. Wawancara dan pengisian kuisioner dilakukan terhadap identitas responden, aspek sosial dan ekonomi. Usia dan pengalaman melaut merupakan faktor sosial yang memberikan pengaruh besar pada pendapatan nelayan. Pendapatan nelayan dari usaha perikanan pada beberapa jenis alat tangkap masih memberikan pengaruh yang besar, sedangkan pengeluaran terutama dari konsumsi nelayan mensubtitusi beberpa bahan pokok untuk mengurangi biaya.