Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

KARAKTERISASI CHITOSAN DAN CHITOSAN POLYMER MEDIUM DARI CANGKANG KEPITING BATU Eko Cahyono; Stevy Imelda Murniati Wodi; Jumardi Tondais
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jit.v6i1.343

Abstract

Kepiting batu (Grapsus albolineatus) merupakan spesies yang banyak ditemukan di pantai berbatu dan eksoskeletonnya adalah salah sumber potensial chitin-chitosan. Chitosan adalah polimer bersifat polikationik dengan chitosan polymer medium (CPM) yang memiliki molekul lebih sederhana sebagai salah satu turunannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan mutu chitosan dan chitosan polymer medium dari cangkang kepiting batu. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental. Hasil analisis membuktikan bahwa cangkang kepiting memiliki komposisi 4.17±0.08 air, 54.4±2.78 abu, 6.28±0.05 lemak, 23.48±0.01 protein, 11.70±2.93 kaborhidrat. Karakterisasi chitosan memperlihatkan rendemen sebesar 10±0.70%, kadar air 8.10±0.14%, abu 19.39±0.55%, lemak 6.26±0.37%, protein 8.24±0.34%, karbodidrat 50.03±0.04%, derajat putih 60.61±0.86% , viscositas 7.30±0.42 cps dan derajat deasetilasi 55.92±1.30%. Untuk chitosan polymer medium, rendemennya mencapai 98.33±0.40% dan derajat deasetilasinya sebesar 60.22±0.24%. Chitosan dan chitosan polymer medium dari cangkang kepiting batu (Grapsus albolineatus) masih memenuhi standar yang ditetapkan SNI. Stone crab (Grapsus albolineatus) is a species commonly found in rocky beaches. Its exoskeleton is a good source of chitin and/or chitosan. Chitosan represents a polycationic polymer with chitosan polymer medium (CPM) having simpler molecular formula than chitosan as chitosan’s derivative. The objective of this research was to determine the quality of chitosan and chitosan polymer medium from rock crab’s shells. Experimental method was used in this study with characterization of the crab’s shells showing a composition of 4.17±0.08%, water, 54.4±2.78% ash, 6.28±0.05% fat, 23.48±0.01% protein and 11.70±2.93% carbohydrate. Similar characterization on chitosan revealed a composition of 10±0.70% rendemen, 8.10±0.14% water, 19.39±0.55% ash, 6.26±0.37% fat, 8.24±0.34% protein, 50.03±0.04% charabohydrate, 60.61±0.86% white degree, 7.30±0.42 cps viscosity and 55.92±1.30% degrees of deacetylation. Although chitosan contained similar composition of white degree (60%) and deactylation (60%0 to chitoxan polymer medium, CPM had higher composition of rendemen (98.33±0.40%) than chitosan (10±0.70%). In conclusion, this study shows that chitosan and chitosan polymer medium of G. albolineatus met our national standard (SNI).
KAJIAN TOTAL BAKTERI DAN KADAR HISTAMIN TUNA PASCA TANGKAP DI PERAIRAN SANGIHE Stevy Imelda Wodi; Eko Cahyono
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 7 No 1 (2021): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jit.v7i1.385

Abstract

Tuna yang berkualitas sangat ditentukan oleh penanganan pasca tangkap, yang kita akui aspek-aspek pasca tangkap ini belum merata dikuasai oleh masyarakat nelayan di Kepulauan Sangihe, sehingga mengakibatkan permasalahan keamanan pangan terutama kadar histamin yang melampaui batas. Histamin terbentuk akibat adanya kesalahan selama proses penanganan dan pengolahan. Tingginya temperatur adalah penyebab utama terbentuknya histamin. Histamin dapat menyebabkan keracunan pada orang yang mengkonsumsinya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan total bakteri dan kadar histamin tuna pasca tangkap di perairan Sangihe. Parameter uji dalam penelitian ini meliputi pengambilan dan preparasi sampel, Uji total bakteri, dan kadar histamin pada tuna segar. Analisis histamin menggunakan metode Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Hasil penelitian menunjukan bahwa TPC pada ketiga lokasi, yaitu Kauhis 9,7 x 104 cfu/g Santiago 2,8 x 104 cfu/g masih memenuhi standar SNI untuk tuna segar yaitu 5,0 x 105 cfu/g, sedangkan pada pasar Towo 8,2 x 105 cfu/g telah melewati batas standar. Kadar histamin dari ketiga lokasi masih dikategorikan sangat aman < 5 ppm dari standar yaitu 100 ppm. Quality tuna is very much determined by post-capture handling, which we admit that these post-catch aspects have not been evenly controlled by the fishing community in the Sangihe Islands, resulting in food safety problems, especially histamine levels that exceed the limit. Histamine is formed due to errors during the handling and processing process. The high temperature is the main cause of the formation of histamine. Histamine can cause poisoning in people who take it. This study aims to determine the total bacteria and histamine levels of post-caught tuna in Sangihe waters. The test parameters in this study include sample collection and preparation, total bacterial test, and histamine levels in fresh tuna. Histamine analysis used the Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) method. The results showed that the TPC in the three locations, namely Kauhis 9.7 x 104 CFU / g Santiago 2.8 x 104 CFU / g still met the SNI standard for fresh tuna, namely 5.0 x 105 CFU / g, while in the Towo 8 market, 2 x 105 CFU / g has exceeded the standard limit. The histamine levels from the three locations were still categorized as very safe < 5 ppm from the standard, namely 100 ppm.
IbM Kelompok Nelayan Lindongan I dan Lindongan Ii Desa Tawoali: Frets Jonas Rieuwpassa; Eko Cahyono; Stevy Imelda M. Wodi
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 1 (2017): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (845.848 KB)

Abstract

Metode pelaksanaan kegiatan ini meliputi tahapan Survei, mengindentifikasi masalah yang ditemui oleh masyarakat nelayan Desa Tawoali dan melakukan pelatihan dan penyuluhan kepada masyarakat nelayan. Selanjutnya diberikan bantuan kepada masyarakat untuk mempermudah kegiatan penanganan di atas kapal dan tahapan terakhir adalah monitoring dan evaluasi pasca pelaksanaan kegiatan pengabdian. Pencapaian hasil kegiatan ini adalah 1) Masyarakat nelayan Desa Tawoali mampu melakukan teknik penanganan yang baik dan benar 2) masyarakat nelayan Desa Tawoali mampu melakukan cara pengesan yang baik dan benar 3) masyarakat nelayan Desa Tawoali mampu melakukan penerapan sanitasi higienis selamam penanganan ikan.
PENGUATAN PROGRAM KBK MELALUI PENERAPAN IPTEK BIDANG PERIKANAN TERPADU DI SMK NEGERI 1 TABUKAN UTARA Conny Juliana Surudani; Eko Cahyono
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 2 (2018): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.362 KB)

Abstract

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Neneri 1 Tabukan Utara merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan yang berfokus pada Kelautan. Sebagai salah satu pendidikan formal siswa saswa harus diekali dengan IPTEK yang sesuau dengan perkembangan jaman. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang sangat pesat mengakibatkan banyak perubahan disegala bidang. Perkembangan tersebut melahirkan masalah dan tuntutan yang baru. Metode pelaksanaan kegiatan ini meliputi tahapan survey, dilakukan untuk mengetahui berbagai persoalan pada kelompok. Penyuluhan, pemberian materi terkait perkembangn IPTEK. Tahapan monitoring dan evaluasi, dilakukan pendampingan berupa monitoring dan evaluasi dari pelaksanaan pasca kegiatan pengabdian. Pencapaian hasil kegiatan ini adalah 1) memahami peranan teknologi Sistem Informasi perinan 2) memahapi pemanfaatan limbah hasil perikanan sebagai produk ekonomis 3) memahami cara mengoperasian alat tangkat hand line 4) Mampu manfaatan wadah kecil sebagi nilai tambah estetika.
PENINGKATAN KUALITAS HASIL TANGKAPAN MELALUI PENERAPAN SISTEM RANTAI DINGIN DI KELURAHAN SANTIAGO Stevy Imelda Murniati Wodi; Frets Jonas Rieuwpassa; Eko Cahyono
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 2 (2018): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.356 KB)

Abstract

Masyarakat Kelurahan Santiago Kecamatan Tahuna Kepulauan Sangihe merupakan daerah yang penduduknya mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan. Kurangnya pengetahuan tentang penanganan hasil perikanan secara efektif dan efisien membuat hasil tangkapan masyarakat nelayan kelurahan Santiago mengalami penurunan kualitas dan itu sangat berpengaruh pada penurunan harga jual. Akibatnya pendapatan dan tingkat kesejahteraan menurun. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat nelayan dalam menemukan pemecahan masalah di kelurahan Santiago Kecamatan Tahuna Kepulauan Sangihe. Nelayan harus dibekali dengan pengetahuan bagaimana menangani hasil-hasil tangkapan agar memperolah nilai jual yang relatif tinggi. Salah satu usaha agar produk hasil tangkapan tetap berkualitas adalah penanganan dengan sistem rantai dingin (Cold Chain System) mulai dari pasca panen sampai pada konsumen. Metode yang dilakukan yaitu pelatihan melalui ceramah dan diskusi memberikan pandangan kepada masyarakat akan pentingnya penanganan pasca tangkap untuk mempertahankan mutu dalam keadaan dingin sehingga tidak mudah busuk.
PENINGKATAN KETERAMPILAN PENGOLAH AMPLANG IKAN DI DESA KENDAHE KEPULAUAN SANGIHE Eko Cahyono; Jefri A. Mandeno; Frets Jonas Rieuwpassa
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 2 (2018): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.911 KB)

Abstract

Kelompok pengolah Soa dan kelompok pengolah Sahabe berada di Desa Kendahe Kecamatan Kendahe Kabupaten Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara. Kelompok mitra pernah mengolah amplang ikan berbahan dasar ikan Tenggiri. Permasalahannya muncul pada saat bahan baku amplang ikan (ikan tenggiri) sulit ditemukan. Oleh karena itu perlu adanya alternatif dari bahan baku lain. Permasalahn lainnya adalah kemasan amplang ikan yang digunakan oleh mitra belum layak karena kemasan yang digunakan hanyakemasan plastik biasa. Metode pelaksanaan kegiatan ini meliputi tahapan survey, dilakukan untuk mengetahui berbagai persoalan kelompok pengolahan amplang Soa dan kelompok pengolahan amplang Sahabe. Penyuluhan, pengolaha amplang ikan dilakukan kepada kelompok pengolahan ikan Soa dan kelompok pengolahan Sahabe.Tahapan pelatihan, dilakukan pelatihan pengolahan cara berproduksi yang baik dan benar untuk memberikan pemahaman kepada pengolahan amplang ikan dalam meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan serta pemberian bantuan alat pengolahan. Tahapan monitoring dan evaluasi, dilakukan pendampingan berupa monitoring dan evaluasi dari pelaksanaan pasca kegiatan pengabdian. Pencapaian hasil kegiatan ini adalah 1) kelompok pengolahan Soa dan Sahabe memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang pengolahan amplang ikan dan diversifikasi hasil perikanan lainnya 2) kelompok pengolahan Soa dan Sahabe cukup menerapkan Good Manufacturing Practice dan sanitasi dan hygeine dalam mengolah produk sehingga diperoleh produk yang sesuai standar nasional indonesia 3) kelompok pengolahan Soa dan Sahabe mendapat pengetahuan dan ketrampilan dalam proses pengemasan secara vacum namun belum mampu mengaplikasikannya 4) kelompok pengolahan Soa dan Sahabe belum mampu melakukan kewirausahaan secara mandiri.
Analisis Mutu Bakso Ikan Home Industri dan Komersil Di Babakan Raya Bogor Stevy Imelda Murniati Wodi; Eko Cahyono; Nurfaida Kota
Jurnal FishtecH Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/fishtech.v8i1.7912

Abstract

Fish balls is a food product that popular and favored by children or adult. Fish balls usually produced as a home industry or commercial product. The aims of this research are to figure out the quality of the home industry or commercial fish ball at Babakan Raya Bogor. This research using a descriptive method. The best score for home industry category, water content analysis for sample A (51.20%), ash analysis for sample A (2.13%), for commercial category, the best fat content is for sample A (0.27%), protein content is for sample A (12.52%) and for carbohydrate by difference is for sample A (18.62%). 
Aktivitas Antibakteri Kitosan dari Tulang Rawan Cumi-Cumi (Loligo sp.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Laode Muhamad Hazairin Nadia; La Ode Huli; Waode Nilda Arifiana Effendy; Frets Jonas Rieuwpassa; Imra Imra; Nurhikma Nurhikma; Eko Cahyono
Jurnal FishtecH Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/fishtech.v10i2.14386

Abstract

Squid (Loligo sp.) is one of fisheries commodities export in Indonesia. Squid has cartilage that can be utilized in the food and non-food sectors. The inner skin of the squid cartilage contains chemical compounds are chitin and chitosan. The objectives of this research are to produce chitosan from squid cartilage and tested the antibacterial effectiveness of chitosan in bacteria Staphylococcus aureus and Escherichia coli. The research method was carried out in twophase; the manufacturing phase of chitosan from squid cartilage and the testing phase for the antibacterial activity of chitosan. The results of the first phase of this study indicate that the chitosan produced meets the quality standards of chitosan with water content 7.82% (bk), ash content 0.57% (bk), nitrogen content 3.18% (bk) and degree of deacetylation 87.43%. Further more the results obtained in the second phase showed that the higher of chitosan concentration, the greater of inhibition zone in the tested bacteria. The best antibacterial activity was found at 0.8% chitosan concentration, with an inhibition zone of 12.8 ± 0.06 mm in E. coli and 11.1 ± 0.12 mm in S. aureus. At a concentration of 0.8% showed a greater inhibitory value when compared to 70% alcohol.
Ekstraksi dan Karakterisasi Gelatin Tulang Tuna Pada Berbagai Konsentrasi Enzim Papain Eko Cahyono; Rostiati Rahmatu; Samliok Ndobe; Asriaty Mantung
Jurnal FishtecH Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/fishtech.v7i2.6594

Abstract

Gelatin adalah sejenis protein yang dapat diekstraksi dari tulang dan kulit ikan maupun hewan lainnya. Gelatin bersifat mudah larut dalam air, pada suhu ±71 ºC gelatin akan tercampur secara homogen. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi enzim papain dalam perendaman tulang ikan tuna. Analisis data dilakukan menggunakan analisis ragam (Anova) dengan uji-F. Hasil analisis menunjukkan rendemen gelatin tertinggi 1.50% pada konsentrasi enzim papain 16% dan rendemen gelatin teredah sebesar 1.39% pada konsentrasi enzim papain 24%. Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa konsentrasi enzim papain sebesar 16% v/w dapat meningkatkan rendemen gelatin yang dihasilkan.
Ekstraksi Flavour dari Tepung Ikan Layang (Decapterus sp.) Menggunakan Enzim Protease Biduri (Calotropis gigantea) Jumardi Tondais; David Engelbert Sombo; Bella Anjelika Lalenoh; Mappiratu Mappiratu; Adrian Adrian; Eko Cahyono
Jurnal FishtecH Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/fishtech.v9i1.11481

Abstract

The development of science and technology has resulted in many mononatrium glutamate (MSG) flavorings which can have side effects for human health. The development of natural flavors needs to be done to reduce side effects for human health. Betell plant sap can be used as a source of protease enzymes that have the potential as active agents in flavor production. Flavors can be obtained from animal protein such as flying fish. The purpose of this study was to determine the best treatment of the enzyme biduri in producing flavored flying fish. This study uses a factorial completely randomized design (RALF) method with concentrations of 1.5%, 2.0%, and 2.5% slurry proteases with a hydrolysis duration of 30, 60, and 90 minutes. The results obtained indicate that the best water content at a concentration of 1.5% hydrolysis time is 90 minutes (47,84%), dissolved protein in concentration 2.5% hydrolysis time 60 minutes (86,83%), total amino acids in concentration 1.5% hydrolysis time 90 minutes (3,11%), and organoleptic value in concentration 1.5%.