Rudy Yuwono
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Published : 65 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH PENINGKATAN TEMPERATUR TERHADAP LEVEL DAYA TERIMA SMARTPHONE DENGAN PENAMBAHAN USER PADA JARINGAN WI-FI Hafis Pradana Putra; Rudy Yuwono; Dwi Fadila Kurniawan
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak - Ponsel cerdas (smartphone) adalah telepon genggam yang mempunyai kemampuan dengan pengunaan dan fungsi yang menyerupai komputer. Gelombang elektromagnetik berperan penting dalam proses penerimaan level daya oleh perangkat smartphone pada kondisi indoor dan outdoor, hal ini apakah berpengaruh terhadap temperatur udara di sekitar. Pada peneltian ini, dilakukan pengukuran level daya terima smartphone dengan penambahan user hingga 10 perangkat, serta pengukuran temperatur ketika terjadi akses. Wireless router sebagai access point dengan frekuensi 2.4 GHz ditempatkan di dalam kotak akrilik yang sudah dibuat dengan ukuran tertentu. Dari hasil pengukuran, kuat medan elektromagnetik antena router pada kondisi indoor dan outdoor yaitu 5.27⨯ W/m dan 1.343⨯ W/m.. Pengujian pada kondisi indoor terjadi penurunan kualitas level daya terima rata-rata smartphone saat 1 menit dan 5 menit sebesar 8.14x10-6 watt dan 4.65 x10-6 watt, dan peningkatan temperatur sebesar 0.3 oC dan 0.5 oC. Sedangkan, pengujian pada kondisi outdoor terjadi penurunan kualitas level daya terima rata-rata smartphone selama 1 menit dan 5 menit sebesar 3.089x10-6 watt dan 2.529x10-6 watt dan peningkatan temperatur sebesar 0.2 oC dan 0.3 oC. Kata kunci: Gelombang Elektromagnetik, Level Daya Terima, Smartphone, Temperatur, Wi-Fi. ABSTRACT Abstract - Smartphones is a mobile phones that has the ability to use and function resemble computers. Electromagnetic waves play an important role in the process of receiving power levels by smartphone devices in indoor and outdoor conditions, it does affect the air temperature around. In this study, the measurement of received power level smartphone with the addition of users up to 10 devices, and temperature measurement when the access occurs. Wireless router as an access point with a frequency of 2.4 GHz is placed inside an acrylic box that has been made with a certain size. From the measurement results, the electromagnetic field strength of the router antenna in indoor and outdoor conditions are 5.27⨯ W/m  and 1.343⨯ W/m. Measurement in the indoor conditions decreased the quality average received power level smartphone of 1 minute and 5 minutes are 8.14x10-6 watts and 4.65 x10-6 watts, and increased in room temperature are 0.3 oC and 0.5 oC. Meanwhile, Measurement in the outdoor conditions decreased the quality average received power level smartphone of 1 minute and 5 minutes are 3.089x10-6 watts and 2.529x10-6 watts and increased in room temperature are 0.2 oC and 0.3 oC. Keywords: Electromagnetic Waves, Received Power Level, Smartphone, Temperature, Wi-Fi.
RANCANG DAN BANGUN SMART ANTENNA SYSTEM PADA FREKUENSI 2.4 GHZ Wahyu Arrasyid., Arrasyid; Rudy Yuwono; Muhammad Fauzan Edy Purnomo
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 2, No 6 (2014)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.989 KB)

Abstract

Pada penelitian ini lebih khusus membahas dan mempelajari pada faktor posisi pola radiasi antena penerima, dimana jika posisi main lobe pola radiasi antena tepat mengarah ke sumber sinyal maka kualitas sinyal akan baik, dan sebaliknya jika posisi minor lobe pola radiasi antena yang mengarah ke sumber sinyal. Pada penelitian ini membahas bagaimana merancang sebuah sistem yang mampu mengarahkan posisi main lobe pola radiasi antena penerima dengan frekuensi kerja 2.4 GHz ke posisi sudut terbaik. Menggunakan microcontroller sebagai pengatur sistem keseluruhan, memanfaatkan sistem ADC (Analog to Digital Converter) untuk mengubah tegangan listrik DC (analog) ke sinyal digital sehingga memudahkan microcontroller mengolah data. Untuk mengubah tegangan AC dari antena penerima ke tegangan DC mengggunakan sebuah rangkaian rectifier. Hasil pengujian menunjukkan sistem ini masih belum bekerja sesuai dengan yang diinginkan, tegangan DC keluaran rectifier masih terdapat ripple yang mengganggu proses pengolahan data microcontroller. Tetapi secara fungsi sistem per blok, sesuai dengan yang telah direncanakan. Rectifier mampu mengubah tegangan AC menjadi DC pada frekuensi 2.4 GHz dengan nilai tegangan terbesar 5.7 volt. Microcontroller mampu membaca dan mengolah sinyal analog yang diterimanya.Kata kunci – smart antenna, rectenna.
RANCANG BANGUN PENYESUAI IMPEDANSI ANTARA ANTENNA DAN RECTIFIER (RECTENNA) PADA FREKUENSI 470-806 MHz M. Sudiro; Rudy Yuwono; Endah Budi Purnomowati
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada jurnal ini akan dibahas tentangperancangan dan pembuatan Penyesuai Impedansijenis mikrostrip. Penyesuai Impedansi yangdirancang memiliki dua port, port input dan portoutput. Penyesuai Impedansi dirancang untukdiaplikasikan pada rectena, yaitu antara antennadan rectifier pada frekuensi 470 – 806 MHz denganmenggunakan bahan substrat FR4 (kosntantadielektrik εr = 3,9) dan bahan konduktor tembaga.Perancangan dan simulasi penyesuai impedansidilakukan menggunakan program CST MicrowaveStudio 2014. Hasil simulasi Penyesuai Impedansipada rentang frekuensi 479 – 799 MHzmenunjukkan nilai S11 dan S22 ≤ -13 dB dengannilai minimum -19,937 dB dan nilai maksimum -53,542 dB; untuk nilai S12 dan S21 ≤ -0,1 dBdengan nilai maksimum -0,18824 dB dan nilaiminimum -0,0071232 dB. Tegangan keluaran darirectenna meningkat antara 1,9 – 10 mV, setalahdipasang penyesuai impedansi ini.Kata Kunci: Penyesuai Impedansi, mikrostrip,antena televisi, rectenna.
RANCANG BANGUN SISTEM PENGOLAH SINYAL REMOTE DISPLAY PADA MARINE RADAR MENGGUNAKAN MATLAB Sahirul Alam; Dwi Fadila Kurniawan; Rudy Yuwono
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (661.989 KB)

Abstract

Salah satu contoh marine radar adalah Furuno 1932 Mark-2, yang merupakan jenis radar pulsa X-band non-doppler. Kelemahan radar ini adalah tampilannya yang menggunakan monitor crt monokrom warna hijau. Pada paper ini akan dibahas mengenai pembuatan sistem display radar menggunakan Matlab dengan kelebihan dalam menampilkan target dengan gradasi warna berdasarkan kuat sinyal radar yang dipantulkannya. Tahapan pertama dalam mengolah sinyal radar adalah proses sampling untuk mendapatkan data sinyal radar dalam bentuk diskrit. Selanjutnya data diproses dengan program pengolah sinyal radar yang meliputi target mapping, gain control, dan clutter control hingga menjadi citra radar map. Hasil akhir citra radar map kemudian ditampilkan pada GUI display radar. Sistem display radar yang telah dibuat kemudian diuji dengan sinyal radar asli untuk menampilkan radar map dengan beberapa pengaturan, di antaranya pengaturan satuan dan jangkauan radar, gain control, dan clutter control. Radar map yang dihasilkan sistem display radar mirip dengan radar map pada display radar Furuno dan dengan gradasi warna. Kata Kunci – clutter control, display radar, GUI Matlab, pemrosesan sinyal.
ANALISIS PENGARUH PENINGKATAN GAIN, VSWR, DAN PENURUNAN RETURN LOSS TERHADAP SUHU LINGKUNGAN PADA ANTENA MIKROSTRIP ARRAY DENGAN FREKUENSI 2.4 GHZ Bagus Juliyanto; Rudy Yuwono; Dwi Fadila Kurniawan
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak – Pada penelitian ini akan dibahas tentang perancangan dan pembuatan lima buah antena mikrostrip, yaitu tiga buah antena mikrostrip dan dua buah antena mikrostrip array dengan frekuensi 2.4 GHz serta menganalisis pengaruh peningkatan Gain, VSWR, dan Return Loss antena tersebut terhadap temperatur lingkungan. Pada antena ini menggunakan bahan substrat dua lapis FR-4 (konstanta dielektrik = 3,9) dan bahan konduktor tembaga. Perancangan dan simulasi antena dilakukan dengan menggunakan program CST Microwave Studio 2014. Kelima antena tersebut di taruh di luar kotak uji dan difungsikan sebagai pemancar yang dipancarkan pada kotak uji. Dan diteliti kenaikan suhu dalam kotak terhadap pancaran antena. Hasil simulasi kelima antena mikrostrip memiliki VSWR dibawah 2 pada frekuensi 2.4 GHz dengan nilai S11 (Return Loss) ≤ -10 dB, axial ratio di atas 10 dB serta memiliki nilai Gain diatas 2 dBi dan 10 dBi untuk antena array. Untuk hasil pengaruh peningkatan Gain, VSWR, dan Return Loss terhadap temperatur lingkungan selama 180 menit terjadi kenaikan temperatur sebesar 0.08℃ pada Antena1, Antena2 memiliki kenaikan 0.16℃, Antena3 memiliki kenaikan 0.41℃, Antena4 memiliki kenaikan 0.6℃, dan Antena5 memiliki kenaikan 0.6℃ Sedangkan kelima antena tersebut mengakibatkan perubahaan suhu dalam kotak, suhu rata-rata yang diakibatkan oleh antena dalam kotak sebesar 24.84℃ pada Antena1, 24.9℃ pada Antena2, 24.84℃ pada Antena3, 25.63℃ pada Antena4 dan 25.82℃ pada Antena5. Kata Kunci : Antena Mikrostrip, pengaruh peningkatan Gain, VSWR, Return Loss, dan perubahan temperatur Abstract-In this research we will discuss about designing and making five microstrip antenna, three microstrip antenna and two microstrip array antenna with frequency 2.4 GHz and analyzing the effect of increasing Gain, VSWR, and Return Loss antenna to the environment temperature. The antenna uses a two-layer substrate FR-4 (dielectric constant = 3.9) and a copper conductor material. The design and simulation of the antenna is done by using CST Microwave Studio 2014 program. The five antennas are placed outside the test box and functioned as transmitters transmitted on the test box. And examined the temperature rise in the box to the antenna jet. The simulation result of the fifth microstrip antenna has VSWR below 2 at 2.4 GHz with S11 value (Return Loss) ≤ -10 dB, axial ratio above 10 dB and Gain value above 2 dBi and 10 dBi for antenna array. For an increase in Gain, VSWR, and Return Loss on environmental temperatures for 180 minutes there was a temperature rise of 0.08 ℃ in Antenna1, Antenna2 had an increase of 0.16 ℃, Antenna3 had an increase of 0.41 ℃, Antenna4 had an increase of 0.6 ℃, and Antenna5 had an increase of 0.6 Untuk While the five antennas resulted in temperature change in the box, the average temperature caused by the antenna in the box was 24.84 ℃ on Antenna1, 24.9 ℃ on Antenna2, 24.84 ℃ on Antenna3, 25.63 ℃ on Antenna4 and 25.82 ℃ on Antenna5. Keywords: Microstrip Antenna, Improved Gain, VSWR, Return Loss, and temperature changes
PERANCANGAN RECTIFIER ANTENNA MIKROSTRIP ARRAY TIGA ELEMEN UNTUK PEMANEN ENERGI ELEKTROMAGNETIK PADA FREKUENSI GSM 900 MHz Rizky Putra Santosa; Rudy Yuwono; Ali Mustofa
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.22 KB)

Abstract

Antena penyearah (rectifier antenna) adalah suatu antena yang dintegrasikan dengan sebuah rangkaian rectifier yang memiliki kemampuan untuk mengkonversi gelombang RF menjadi tegangan DC. Antena mikrostrip pada rectenna dapat berfungsi sebagai menangkap gelombang elektromagnetik kemudian diubah menjadi gelombang AC yang nantinya oleh rectifier akan di daur ulang lagi menjadi gelombang DC. Konsep daur ulang gelombang elektromagnetik ini dapat diaplikasikan pada frekuensi 900 MHz yang kemudian frekuensi tersebut nantinya akan diubah untuk menghasilkan gelombang DC yang dapat diukur menjadi sebuah tegangan. Untuk membuat sebuah rectenna yang mampu bekerja pada frekuensi 900 MHz, maka perlu dirancang sebuah antena mikrostrip dan rangkaian rectifier yang mampu bekerja pada frekuensi tersebut. Perancangan dimensi antena mikrostrip diperoleh melalui perhitungan dan optimasi serta dilakukan simulasi, dan perancangan komponen rangkaian rectifier diperoleh melalui simulasi rangkaian. Fabrikasi antena mikrostrip ini menggunakan bahan Phenolic White Paper – FR4 dengan konstanta dielektrik (εr) = 3,9.Kata Kunci: Rectenna, Antena, Rectifier
ANALISIS JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) UNTUK PENJADWALAN ARAH UPLINK MENGGUNAKAN ALGORITMA EXPONENTIAL RULE Yola Yuliatri Magera Putri; Endah Budi Purnomowati; Rudy Yuwono
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 7, No 3 (2019)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penjadwalan merupakan suatu proses pengaturan pada sebuah sistem agar lebih baik dalam memberikan pelayanan. Salah satu sistem yang menggunakan penjadwalan adalah jaringan Long Term Evolution (LTE). Scheduling pada LTE berguna untuk mengalokasikan sumber daya radio untuk melayani user pada frekuensi dan waktu tertentu. Penjadwalan membutuhkan sebuah algoritma dalam melayani user untuk kalkulasi alokasi resource yang dibutuhkan oleh user. Algoritma yang digunakan dalam penilitian ini yaitu algoritma Exponential Rule. Algoritma ini dapat memaksimalkan throughput dan menjamin kualitas fairness. Penelitian ini akan dilakukan dengan analisis simulasi pengaruh variasi jarak dan variasi jumlah user untuk penjadwalan menggunakan algoritma Exponential  Rule untuk parameter uji Bit Error Rate (BER), Throughput dan Fairness. Penelitian ini memanfaatkan software Matlab R2016a. Penelitian ini   menggunakan 4 skenario dengan variasi jarak 1-4 km dan variasi jumlah user 4,8,12 dan 16 yang akan dipaparkan dalam 2 kondisi yaitu LOS dan NLOS.Kata kunci: penjadwalan, LTE, exponential rule, BER, throughput, fairness.ABSTRACTScheduling is a regulatory process on a system to be efficient in providing services. One of system that uses scheduling is Long Term Evolution (LTE) network. Scheduling in LTE use for allocate radio resource to service user at frequency and time slots. Scheduling requires an algorithm to service users for calculation of resource allocation needed by the user. The algorithm used in this research is the Exponential Rule algorithm. According to Arif Rahman's research, this algorithm can maximize throughput and ensure quality of fairness. This research will be conducted with a simulation analysis of the effect of variations in distance and variation in the number of users for scheduling using the Exponential Rule algorithm for the Bit Error Rate (BER), Throughput and Fairness test parameters. This research utilizes Matlab R2016a software. This research uses 4 scenarios with variations in the distance of 1-4 km and variations in the number of users 4,8,12 and 16 which will be presented in 2 conditions is LOS and NLOS.Keywords: scheduling, LTE, exponential rule, BER, throughput, fairness.
INTEGRATED SWITCH OPERATION MODE RECTENNA FOR RADIO AM Fadhli Hilman Zhafari; Rudy Yuwono
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.093 KB)

Abstract

Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Radio juga merupakan perangkat elektronik yang digunakan sebagai media komunikasi dan informasi. Penggunaan radio pada dahulu banyak digunakan sementara pada sekarang penggunaannya sudah berkurang dikarenakan adanya internet. Walaupun, pemancar stasiun radio tetap memancarkan gelombang elektromagnetik. Hal ini dapat menyebabkan penggunaan gelombang elektromagnetik yang tidak efisien. Sehingga diperlukan adanya rectifier untuk menyerap gelombang elektromagnetik tersebut. Pada penelitian ini digunakan rectifier pada frekuensi AM. Pada penelitian ini terdapat dua buah alat yang digunakan untuk perbandingan hasilnya. Kedua alat itu yaitu Non- Integrated Switch Operation Mode Rectenna (Non-ISOMR) dan Integrated Switch Operation Mode Rectenna on Radio (ISOMRR). Pada Non-ISOMR terdapat empat buah kondisi pengujian yaitu rectenna on kapasitor on, rectenna on kapasitor off, rectenna off kapasitor on dan rectenna off kapasitor off. Pada ISOMRR terdapat empat buah kondisi percobaan juga yaitu, radio on rectifier on, radio on rectifier off, radio off rectifier on, dan radio off rectifier off. Dari tiap kondisi tersebut dilakukan pengujian tegangan, arus keluaran rectifier yang selanjutnya dikalikan yang menghasilkan daya keluaran rectifier. Kata kunci: radio, rectifier, rectenna, ISOMRR, Non-ISOMR ABSTRACT Radio is a technology used for signal transmission by modulation and electromagnetic radiation (electromagnetic waves). Radio is also an electronic device that is used as a medium of communication and information. The use of radio in the past was widely used while now its use has been reduced due to the internet. Although, the radio station transmitter still emits electromagnetic waves. This can lead to the use of inefficient electromagnetic waves. So we need a rectifier to absorb electromagnetic waves. In this study rectifiers used in AM frequencies. In this study there are two tools used for comparison of the results. Both devices are Non-Integrated Switch Operation Mode Rectenna (Non-ISOMR) and Integrated Switch Operation Mode Rectenna on Radio (ISOMRR). In Non-ISOMR there are four test conditions, namely rectenna on capacitor on, rectenna on switch off, rectenna off capacitor off and rectenna off capacitor off. At ISOMRR there were four experimental conditions, namely radio on rectifier on, radio on rectifier off, radio off rectifier on, and radio off rectifier off. From each of these conditions a voltage test is performed, the rectifier output current is multiplied which produces the rectifier output power. Keywords: radio, rectifier, rectenna, ISOMRR, Non-ISOMR
Optimasi Pemanfaatan Energi Listrik Tenaga Matahari di Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya M. Rif’an; Sholeh Hadi Pramono; Mahfudz Shidiq; Rudy Yuwono; Hadi Suyono; Fitriana Suhartati
Jurnal EECCIS Vol 6, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.25 KB)

Abstract

Sel surya jenis monokristal (mono-crystalline) merupakan panel yang paling efisien, menghasilkan daya listrik persatuan luas yang paling tinggi. Memiliki efisiensi sampai dengan 15%. Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik ditempat yang cahaya mataharinya kurang (teduh), efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca berawan.Photovoltaic cell selalu dilapisi oleh penutup yang berasal dari gelas. Seperti barang dari gelas lainnya, maka optical input dari photovoltaic cell juga sangat dipengaruhi oleh orientasinya terhadap matahari karena variasi sudut dari pantulan gelas.Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan trendline hubungan antara sudut datang sinar matahari dengan tegangan yang dihasilkan. Dari analisa data didapat fungsi y = -0.0001x2 + 0.0071x + 19.714 dengan R2 = 0.9672. Energi yang dihasilkan jika menggunakan solar tracker dengan sudut deviasi 5° menghasilkan energi yang paling besar).Kata Kunci—Sel surya, optimasi, solar tracker.
Perencanaan dan Pembuatan Antena UWB (Ultra Wide Band) Mahkota (Crown Antenna) Rudy Yuwono
Jurnal EECCIS Vol 4, No 1 (2010)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.492 KB)

Abstract

Kemajuan teknologi komunikasi menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, khususnya komunikasi wireless. Komunikasi ini membutuhkan antena untuk mengirimkan dan menerima sinyal informasi. Antena yang digunakan dalam komunikasi wireless sangat beragam jenisnya, tergantung aplikasinya. Pada jurnal ini akan dibahas tentang perencanaan dan pembuatan antenna mahkota Ultra Wide Band (UWB). Antenna Ultra Wide Band merupakan sebuah perangkat yang mempunyai emisi/daya pancar dengan bandwith yang lebih besar daripada 0.2 atau lebih besar daripada 1.5 Ghz. Antenna mahkota UWB dalam penelitian ini dibuat dari bahan plat Alumunium dengan ukuran tebal 2 mm dengan konstanta dielektrik (εr)=2 dengan ukuran lebar antenna (WA)=22cm. Perencanaan antenna Mahkota UWB ini memiliki tujuan untuk menemukan bandwith yang lebih lebar daripada antenna Planar Inverted Cone (PICA). Berdasarkan hasil simulasi menggunakan IE3D dengan frekuensi kerja 1-16 GHz, antenna Mahkota UWB memiliki nilai bandwith sebesar 12 GHz. Sedangkan berdasarkan hasil pengukuran antena mahkota yang sudah difabrikasi dengan frekuensi kerja 700-2700 MHz, memiliki bandwith sebesar 1 GHz. Untuk menyamakan frekuensi kerja dengan pengukuran, maka bandwith hasil simulasi antena mahkota untuk frekuensi kerja 1-2.7 GHz adalah 1.7 GHz. Sehingga selisih bandwith hasil simulasi dan hasil pengukuran untuk frekuensi kerja 700-2700 MHZ adalah 0.7 GHz.Kata Kunci— Antenna Ultra Wide Band.