Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Disinfectan from Sodium Hypochloride And Essential Oil Prevents Covid-19 Irma Susanti; Virgianti Nur Faridah; Rully Yuliandhari
Jurnal MIDPRO Vol 13, No 1 (2021): JURNAL MIDPRO
Publisher : Universitas Islam Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30736/md.v13i1.264

Abstract

One of the efforts to prevent the transmission of COVID-19 is by disinfection of places/surfaces of inanimate objects such as door handles, tables, chairs, electric switches, banisters, bathrooms and others. The material that can be used to disinfect the surface of inanimate objects is NaOCl. The use of high-effectiveness NaOCl for disinfecting at low cost and easy use. NaOCl product on the market are generally only pure solutions without the addition of other ingredients so that the resulting NaOCl product give a distinctive odor of NaOCl which is sharp and hard to lose, so in this study, the addition of essential oils from fresh ginger and lemongrass which have anti-bacterial effectiveness for scent NaOCl covered. This research is an experimental research conducted at the Laboratory of Pharmaceutical Technology, University of Muhammadiyah Lamongan. The working procedure in this study is to make extracts from fresh ginger and lemongrass with maceration method by making NaOCl disinfectant solution with liquid extract from fresh ginger and lemongrass were then observed every month for 3 months in the study in the form of testing on alcohol levels and organoleptic of observations on color, odor and sediment. The results of this study showed that the disinfectant solution based on NaOCl with the addition of essential oils contained in the liquid extract of fresh ginger and lemongrass made by maceration method can change the scent of the product. The results of this formulation can be used as an alternative to disinfectants on the market. 
Evaluasi Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri dengan Diabetes Melitus dan Hipertensi Irma - Susanti
Surya : Jurnal Media Komunikasi Ilmu Kesehatan Vol 13, No 2 (2021): Jurnal Surya, Vol. 13, No. 02, Agustus 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38040/js.v12i2.274

Abstract

Background: Kondisi komplikasi kronis seperti pada diabetes melitus  dengan hipertensi dapat memunculkan masalah baru yaitu multiuse of prescription atau polifarmasi. Penggunaan sejumlah obat bersamaan mempunyai risiko terjadinya interaksi obat. Interaksi obat merupakan satu dari masalah terkait obat (drug- related problem) yang dapat mempengaruhi outcome klinis pasien.Objectives: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran adanya interaksi obat.Design: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bersifat non eksperimental. Pengambilan dan pengumpulan data retrospektif didapatkan dari rekam medik. Populasi pada penelitian ini adalah pasien geriatri yang melakukan pengobatan diabetes melitus dengan hipertensi di Puskesmas Lamongan bulan Januari-Maret 2020 sedangkan sampel pada penelitian ini adalah semua data pasien yang masuk dalam kriteria inklusi.Results: Terdapat interaksi obat sebanyak 76% dari 58 data pasien yang didapatkan. Interaksi yang terjadi paling banyak adalah antara metformin dan amlodipin yaitu sebanyak 86,4%, sedangkan kelompok interaksi paling banyak adalah monitor closely yaitu sebanyak 95,5%.Conclusions: Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang cukup tinggi pada peresepan pasien dengan diabetes melitus dan hipertensi sehingga sebaiknya penggunaan obat-obat yang memungkinkan terjadinya interaksi dikaji ulang penggunaanya bila mempunyai efek merugikan yang lebih besar daripada efek yang menguntungkan untuk pasien.Keyword: Diabetes Melitus, Geriatri, Interaksi Obat
- KESESUAIAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID ANAK: - Irma Susanti
AFAMEDIS Vol. 2 No. 2 (2021): Jurnal Farmasi Indonesia Afamedis
Publisher : Akademi Farmasi Mitra Sehat Mandiri Sidoarjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.046 KB)

Abstract

Demam tifoid merupakan salah satu penyakit endemis yang ada di Indonesia. Penatalaksanaan demam tifoid berupa terapi suportif, terapi simptomatik dan terapi definitive dengan memberikan antibiotik. Pemilihan antibiotik untuk demam tifoid harus disesuaikan dengan pedoman terapi setempat untuk mencegah terjadinya resistensi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kesesuaian penggunaan antibiotik pada pasien demam tifoid anak di puskesmas Turi Lamongan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bersifat non eksperimental. Pengambilan dan pengumpulan data retrospektif didapatkan dari rekam medik. Populasi pada penelitian ini adalah pasien demam tifoid anak yang menjalani rawat inap pada bulan januari-desember tahun 2018 dan teknik penentuan sampel dengan cara purposive sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa antibiotik yang digunakan adalah tiamfenicol sebanyak 57%, chloramphenicol 37% dan ampicillin 6%. Ketiga antibiotik yang didapatkan pasien 100% sesuai dengan pedoman terapi. Pemilihan antibiotik tergantung pada pola sensitivitas isolat Salmonella typhi setempat. Penggunaan antibiotik harus sesuai dengan indikasi karena penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan kejadian resistensi antibiotik, berkurangnya jenis obat yang bisa digunakan dan bahaya kesehatan yang lainnya seperti perforasi dan komplikasi lainnya.
Pelatihan Hand Sanitizer Ekstrak Daun Sirih Dan Jeruk Nipis Sebagai Antisipasi Penularan Covid-19 Mutasi Varian Omicron Devi Ristian Octavia; Elasari Dwi Pratiwi; Djati Wulan Kusumo; Irma Susanti; Salma Nur Azizah
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 5, No 5 (2022): Volume 5 No 5 Mei 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v5i5.5763

Abstract

ABSTRAK Munculnya varian baru Covid-19 menyebabkan kekhawatiran utama karena varian Omicron ini lebih menular dibandingkan dengan varian lainnya. Upaya yang dapat dilakukan untuk memutus mata rantai infeksi Covid-19 melalui langkah pencegahan, salah satunya adalah penggunaan handsanitizer. Permasalahan yang dihadapi oleh mitra dalam pengabdian masyarakat ini adalah lokasi desa yang jauh dari fasilitas kesehatan dan susah mendapatkan handsanitizer. Selain itu masyarakat Desa Kuluran kecamatan Kalitengah belum memahami bahwa handsanitizer dapat dibuat dari bahan alami yaitu daun sirih dan jeruk nipis sehingga pada pengabbdian masyarakat ini memberdayakan masyarakat utuk membuat handsanitizer dengan bahan alami. Metode yang digunakan pada pengabdian masyarakat ini berupa partisipasi masyarakat dengan indikator kesertaan masyarakat dalam kegiatan melalui sosialisasi dan pelatihan. Kegiatan dilaksanakan lima tahap yaitu; identifikasi masalah dan potensi desa, analisis kebutuhan mitra, penyusunan program bersama, sosialisasi dengan metode diskusi kelompok tentang pembuatan Handsanitizer ekstrak daun sirih dan dilanjutkan dengan pelatihan pembuatan handsanitizer alami. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan di Desa Kuluran Kecamatan Kalitengah Kabupaten Lamongan pada bulan Desember 2021 yang dihadiri oleh 25 orang yang tergabung dalam kelompok asuhan mandiri TOGA. Hasil akhir dari pengabdian masyarakat ini menunjukkan bahwa kemampuan masyarakat dalam membuat handsanitizer secara mandiri tergolong dalam kategori baik yaitu >75% mampu membuat handsanitizer sesuai prosedur. Dengan adanya penyuluhan pembuatan hand sanitizer dari bahan alam sebagai bahan baku diharapkan masyarakat bisa memanfaatkan bahan disekitarnya untuk mencegah dan menanggulangi Covid-19. Kata Kunci: Covid-19; Daun Sirih; Hand Sanitizer ABSTRACT A new variant of Covid-19 caused a major emergence because this Omicron variant is more contagious than other variants. Efforts that can be made to break the chain of Covid-19 infection through preventive measures, one of which is the use of hand sanitizer. The problem faced by partners in community service is the location of the village which is far from health facilities and it is difficult to get hand sanitizer. In addition, the people of Kuluran Village, Kalitengah sub-district do not understand that hand sanitizer can be made from natural ingredients, namely betel leaf and lime so that this community service empowers the community to make hand sanitizer with natural ingredients. The method used in this community service is in the form of community participation with indicators of community participation in activities through socialization and training. Activities carried out in five stages; knowing the problems and potential of the village, training on partner needs analysis, joint program preparation, socialization with the group discussion method on making betel leaf extract Handsanitizer and continued with making natural hand sanitizer. This community service activity was carried out in Kuluran Village, Kalitengah Subdistrict, Lamongan Regency in December 2021 which was attended by 25 people who are members of the TOGA group. The final result of this community service shows that the community's ability to make hand sanitizer independently belongs to the good category, namely >75% able to make hand sanitizer according to the procedure. With counseling on the manufacture of hand sanitizers from natural ingredients as raw materials, it is hoped that the community can use the surrounding materials to prevent and cope with Covid-19. Keywords : Covid-19; betel leaf ; Hand Sanitizer
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kegiatan Pembuatan Desinfektan untuk Mencegah Penularan Penyakit Covid-19 Irma Susanti; Virgianti Nur Faridah; Rully Yuliandhari
Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 6, No 4 (2022): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/aks.v6i4.7495

Abstract

Pandemi COVID-19 merupakan masalah yang sedang dihadapi dunia karena menyebabkan tingginya kematian. Upaya pencegahan penularan COVID-19 di Indonesia sudah dilakukan di seluruh daerah, contohnya dengan melakukan desinfeksi terhadap tempat atau permukaan benda mati seperti gagang pintu, meja, kursi, sakelar listrik, pegangan tangga, kamar mandi dan lain-lain. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai desinfektan adalah NaOCl. Sediaan larutan NaOCl dipasaran pada masa pandemi COVID-19 jumlahnya terbatas karena tingginya kebutuhan. Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini memberdayakan masyarakat untuk membuat desinfektan dengan bahan aktif NaOCl. Metode yang digunakan pada pengabdian masyarakat ini berupa partisipasi masyarakat dengan indikator kesertaan masyarakat dalam kegiatan melalui sosialisasi dan pelatihan yang dilakukan secara offline. Hasil dari kegiatan ini berupa sediaan desinfektan yang akan dimanfaatkan oleh masyarakat dalam hal pemenuhan kebutuhan desinfektan untuk pencegahan penularan COVID-19 pada masa pandemi, sehingga masyarakat bisa produktif menghasilkan desinfektan untuk penggunaan sendiri tanpa mengandalkan ketersediaan pasar yang jumlahnya tidak menentu.
PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS DI PUSKESMAS KARANGKEMBANG TERHADAP PENGGUNAAN ANTASIDA Irma Susanti; Devi Ristian Octavia; Naily Maulidyah Shohifa Al Ulya
Jurnal Wiyata Penelitian Sains dan Kesehatan Vol 9, No 1 (2022)
Publisher : LP2M IIK (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan) Bhakti Wiy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56710/wiyata.v9i1.526

Abstract

Latar belakang: Antasida merupakan salah satu obat yang digunakan untuk mengatasi keluhan gastritis. Tujuan utama dalam pengobatan gastritis adalah menghilangkan nyeri, menghilangkan inflamasi dan mencegah terjadinya ulkus lambung dan komplikasi. Kurangnya pengetahuan pasien tentang penggunaan antasida dengan baik dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Tujuan: mengetahui gambaran pengetahuan pasien gastritis yang menerima terapi antasida. Metode: Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode pengambilan data secara propektif yang diperoleh dengan lembar kusioner yang dibagikan kepada pasien. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien gastritis di Puskesmas Karangkembang Babat pada bulan Mei tahun 2021. Teknik penentuan sampel dengan cara consecutive sampling. Hasil: Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan pasien terhadap indikasi, interaksi, cara penggunaan, lama penggunaan, penyimpanan, efek samping dan aturan pakai antasida masuk dalam kategori kurang. Simpulan: Kurangnya pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, pengalaman, kondisi pasien dll. Pemberian edukasi kepada pasien sangat diperlukan agar pengetahuan pasien menjadi lebih baik sehingga terapi yang diharapkan dapat dicapai.
THE RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE LEVEL AND RATIONAL HEADACHE PAIN SELF-MEDICATION BEHAVIOUR ON FIKES STUDENTS AT LAMONGAN MUHAMMADIYAH UNIVERSITY Siti Rahmatul Azizah; Irma Susanti; Devi Ristian Octavia
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 8 No 3 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v8i3.851

Abstract

The prevalence of self-medication in Indonesia is 84.23%, a figure that has been increasing over the past three years. The increase in self-medication in Indonesia, the availability of drugs that can be taken alone without a doctor's prescription, the perception of mild illness, and the relatively low price of drugs. The potential risks of self-medication are incorrect diagnosis of disease, delay in seeking necessary treatment, disease becoming more severe, wrong method administration, and wrong dose. Knowledge of rational use of drug self-medication still lacks students at 55.5%. It is important to know that student self-medication, in which students can overcome minor complaints of their own illness, does not have an impact on health and academic achievement. The incidence of headaches in students is 11-40% and mild headache levels interfere with academic performance. This study measures level knowledge behavior  to determine the relationship between level knowledge and rational headache self-medication behavior  by students at Muhammadiyah Lamongan University. The research design was cross-sectional descriptive analytics. Data were collected using online questionnaires. The sample included 166 Fike students using a purposive sampling technique. The results indicated level of knowledge: students classified sufficient (59.0%) and rational head pain self-medication behavior  classified as good (57.8%). The results of the Spearman Rho test analysis showed a p-value of <0.001 and correlation coefficient of 0.256. This study concluded that there is a relationship between level of knowledge and rational headache self-medication behavior  with low correlation strength.
PENINGKATAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN DAN PENGELOLAAN OBAT YANG RASIONAL MELALUI PENYULUHAN DAGUSIBU Devi Ristian Octavia; Irma Susanti2; Sri Bintang Mahaputra Kusuma Negara
GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2020): MEI
Publisher : P3M Universitas Aisyiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30787/gemassika.v4i1.401

Abstract

In the era of National Health Insurance (JKN) which has an impact on increasing people's motivation to check health at health care facilities, so that efforts to get drugs are quite easy. But the increasing use of drugs has not been supported by public knowledge about how to consume and manage medicines at home. This community service activity aims to increase public knowledge about the proper use of drugs (rational) and procedures for storing and disposing of drugs that have been damaged or expired properly. The method used in this service is to increase knowledge about Get Use of Save and Dispose of Medication (DAGUSIBU) PKK cadres by counseling or educating and mentoring drug management at home. The knowledge gained by the community in this activity is expected to change people's behavior in managing medicines at home and rational use of drugs. The method used in this service is by approach. From the results of evaluation and monitoring of activities that have been carried out shows a positive result, namely an increase in knowledge about rational drug use and proper management of medicines at home.
THE RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE LEVEL AND RATIONAL HEADACHE PAIN SELF-MEDICATION BEHAVIOUR ON FIKES STUDENTS AT LAMONGAN MUHAMMADIYAH UNIVERSITY Siti Rahmatul Azizah; Irma Susanti; Devi Ristian Octavia
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 8 No 3 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v8i3.851

Abstract

The prevalence of self-medication in Indonesia is 84.23%, a figure that has been increasing over the past three years. The increase in self-medication in Indonesia, the availability of drugs that can be taken alone without a doctor's prescription, the perception of mild illness, and the relatively low price of drugs. The potential risks of self-medication are incorrect diagnosis of disease, delay in seeking necessary treatment, disease becoming more severe, wrong method administration, and wrong dose. Knowledge of rational use of drug self-medication still lacks students at 55.5%. It is important to know that student self-medication, in which students can overcome minor complaints of their own illness, does not have an impact on health and academic achievement. The incidence of headaches in students is 11-40% and mild headache levels interfere with academic performance. This study measures level knowledge behavior  to determine the relationship between level knowledge and rational headache self-medication behavior  by students at Muhammadiyah Lamongan University. The research design was cross-sectional descriptive analytics. Data were collected using online questionnaires. The sample included 166 Fike students using a purposive sampling technique. The results indicated level of knowledge: students classified sufficient (59.0%) and rational head pain self-medication behavior  classified as good (57.8%). The results of the Spearman Rho test analysis showed a p-value of <0.001 and correlation coefficient of 0.256. This study concluded that there is a relationship between level of knowledge and rational headache self-medication behavior  with low correlation strength.
Edukasi Penggunaan Obat di bulan Ramadhan sebagai Upaya Penggunaan Obat yang Rasional di Desa Bugel Susanti, Irma; Khotimah, Khusnul; Rohmah, Maya Maghfirotur; Sari, Laela Novita; Fermiasari, Ayu; Fatmawati, Sahla Ayu; Al-Hafidz, M. Fadlil
Jurnal ABDIMAS-HIP Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 5 No 2 (2024): Jurnal ABDIMAS-HIP Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM Akbid Harapan Ibu Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37402/abdimaship.vol5.iss2.323

Abstract

The month of Ramadan is a moment that is eagerly awaited by all Muslims in the world. Ramadan fasting is mandatory for every Muslim, but there is relief for sick people who can cancel it. People who experience health problems can affect the pattern of drug use as usual. It is important to pay attention to changes in the medication use schedule so that it does not affect the effect of the therapy being given or currently being undertaken, so education regarding the use of medication during the fasting month is necessary so that it is rational and ensures that the medication that enters the body provides maximum effectiveness without causing danger or bad effects on the body. The community service methods used are face-to-face lectures, discussions and question and answer methods which was attended by 34 posbindu participants. The results of providing this education show that the level of knowledge of respondents before being given education, namely 60%, is in the sufficient category, while the level of knowledge of respondents after being given education is 100% in the good category. Based on the research results, it can be concluded that the level of knowledge of respondents before and after being given education experienced a significant increase in knowledge with a p value <0.05. Community service activities through providing education can increase respondents' knowledge about the use of drugs during fasting.