Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENGARUH UPAH MINIMUM, INVESTASI, DAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI PROVINSI NTB Syifa Khoirunnisa
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Vol 8, No 2: Semester Genap 2019/2020
Publisher : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengangguran masih menjadi salah satu permasalahan di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pengangguran. Salah satu tolak ukur pengangguran di Indonesia ialah dengan melihat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) atau biasanya disebut sebagai tingkat pengangguran, menurut BPS menggambarkan proporsi angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif mencari dan bersedia untuk bekerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk Untuk mengetahui pengaruh Upah Minimum, Investasi, dan Jumlah Kunjungan Wisatawan terhadap Tingkat Pengangguran di Provinsi NTB. Penelitian ini menggunakan variabel UMP (X1), Investasi (X2), dan Jumlah Kunjungan Wisatawan (X3) sebagai variabel independen dan Tingkat Pengangguran Terbuka (Y) sebagai variabel dependen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder time series meliputi data Upah, Investasi, Pariwisata, dan Pengangguran tahun 2000-2019. Data sekunder penelitian ini berasal dari laporan statistik Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Metode analisis penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Investasi Pariwisata memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat Pengnagguran Terbuka. Sementara Jumlah Kunjungan Wisatawan memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap Tingkat Pengnagguran Terbuka di Provinsi NTB.Kata kunci : Upah Minimum Provinsi (UMP), Investasi, Jumlah Kunjungan Wisatawan, dan Pengangguran.
Building Public Trust Through E-Governance Strategy: Case Study in DKI Jakarta, Indonesia Nurmala Fairuzyah, Intan; Ahmad Arkaan, Gibran; Alfath Marfariza, Haekal; Meisya Indira Putri Suhendar; Syifa Khoirunnisa
Social Impact Journal Vol. 3 No. 2 (2024): Social Impact Journal
Publisher : GoResearch - Research & Publishing House

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61391/sij.v3i2.170

Abstract

E-governance has emerged as a strategic approach to address governance challenges in Indonesia by enhancing transparency, efficiency, accountability, and public participation. This study explores the implementation of e-governance in Indonesia, emphasizing its role in building public trust and transforming traditional governance into a digital system. Using a qualitative approach with literature study as the primary method, the research analyzes various initiatives, including Smart City programs and digital applications like JAKI and Open Data Jakarta. These efforts have demonstrated significant potential in improving public services and fostering government transparency.The study identifies several key components critical to successful e-governance, such as robust ICT infrastructure, supportive policies, and active public involvement. Despite notable progress, challenges persist, including digital divides, limited ICT access in remote areas, insufficient integration of governance systems, and low digital literacy among civil servants and the public. Issues of data security and privacy further underscore the need for a comprehensive strategy. Case studies, particularly in Jakarta, highlight effective implementations and innovations under various leaderships that significantly improved governance and public trust. However, sustaining these improvements requires addressing systemic barriers, fostering cross-sector collaboration, enhancing human resource capabilities, and promoting digital literacy. This study concludes that while e-governance has transformative potential, its success in Indonesia depends on overcoming infrastructural and cultural challenges. With continuous improvement and collaboration, e-governance can lead to a more transparent, responsive, and accountable government, reinforcing public trust and participation in the democratic process.
Analisis Kemajuan Berbagai UMKM dalam Pemasaran di Desa Tegalwaru, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Arya Dwi Praja Usman; Syifa Khoirunnisa; Siti Fitriah; Muhamad Bagus Jatmiko; Bonar Tua Sihite; Nike Nurindah RSB; Agief Julio Pratama; M. Iqbal Nurulhaq; Tri Budiarto; Widya Hasian Situmeang; Ratih Kemala Dewi; Restu Puji Mumpuni; Edi Wiraguna
Harmoni Sosial : Jurnal Pengabdian dan Solidaritas Masyarakat Vol. 2 No. 2 (2025): Harmoni Sosial : Jurnal Pengabdian dan Solidaritas Masyarakat
Publisher : Lembaga Pengembangan Kinerja Dosen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62383/harmoni.v2i2.1505

Abstract

Tegalwaru Village in Ciampea District, Bogor Regency, possesses substantial potential for sustainable Micro, Small, and Medium Enterprise (MSME) development, yet faces challenges in marketing and digital adoption. This study aims to analyze the progress of MSMEs in Tegalwaru, focusing on production, marketing strategies, and ecotourism integration to enhance economic growth. Using a qualitative descriptive approach, data was collected through in-depth interviews with MSME actors, field observations, and document analysis. Findings indicate that while MSMEs have advanced in product diversification and production capacity, their growth is hindered by limited digital marketing skills and inadequate access to capital. Conversely, the village’s rich natural and cultural resources present significant opportunities for ecotourism, which could synergize with MSMEs to boost local income sustainably. The study highlights the need for targeted interventions, including digital literacy training, improved financing access, and collaborative efforts among MSMEs, local government, and tourism stakeholders. By strengthening these aspects, Tegalwaru can achieve holistic MSME development, fostering economic resilience and community welfare. The research underscores the importance of integrating MSMEs with ecotourism as a strategy for inclusive and sustainable rural development.
PEMENUHAN GIZI PADA SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN TERHADAP KEJADIAN STUNTING DI INDONESIA : LITERATURE REVIEW Anis Fauziah Nursifa; Syifa Khoirunnisa; Fitriyani; Mochammad Ikhbar Hafiz; Heri Ridwan
JURNAL KESEHATAN INDRA HUSADA Vol 13 No 1 (2025): Juni 2025
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDRAMAYU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stunting merupakan masalah gizi kronis yang berdampak jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak,terutama jika tidak ditangani sejak dini. Periode seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) dimulai darimasa kehamilan hingga anak berusia dua tahun, merupakan fase kritis yang menentukan kualitaspertumbuhan fisik, kognitif, dan kesehatan anak secara menyeluruh. Tujuan penelitan ini adalah untukmemberikan penjelasan mengenai faktor penyebab stunting, serta tindakan yang perlu dilakukan pada seribuhari pertama kehidupan untuk mencegah kejadian stunting anak. Penelitian ini menggunakan metodeliterature review, dengan database Google Scholar, Semantic Scholar, dan PubMed dari tahun 2016-2025.Pencarian artikel menggunakan kata kunci "Pemenuhan gizi”, “Seribu hari pertama kehidupan” dan“Kejadian Stunting Di Indonesia”. Hasil penelitian didapatkan 14 artikel penelitian relevan. Yang menjaditemuan spesifik dari penelitian tersebut adalah kurangnya asupan gizi selama kehamilan, faktor yangberhubungan dengan kemiskinan, serta pengaruh dari kondisi ibu menjadi faktor dominan dalam kejadianstunting. Upaya intervensi gizi pada ibu hamil dan bayi, edukasi dalam pemberian ASI eksklusif selamaperiode seribu hari pertama kehidupan efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan perilaku pencegahanstunting. Kesimpulannya, optimalisasi pemanfaatan pada periode 1000 HPK sangat penting bagipertumbuhan dan perkembangan anak, serta dapat menjadi strategi utama dalam menurunkan prevalensistunting di Indonesia.
Pertanggungjawaban Pidana Anggota Polisi terhadap Kasus Pemerasan Penonton DWP Berdasarkan KUHP Syifa Khoirunnisa; Firman, Chepi Ali
Bandung Conference Series: Law Studies Vol. 5 No. 2 (2025): Bandung Conference Series: Law Studies
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsls.v5i2.18568

Abstract

Abstract. The duties and authority of the Indonesian National Police (Polri) as a law enforcement institution carry significant implications for accountability and integrity in fulfilling their role within society. However, in practice, abuse of power by Polri members is not uncommon and often contradicts the principles of fair law enforcement, as exemplified by the alleged extortion committed by police officers against attendees of the Djakarta Warehouse Project (DWP). This incident not only caused material harm to the victims but also damaged the image and public trust in the Polri institution. This research employs a qualitative method using a normative juridical approach. Data were collected through library research by examining relevant laws and regulations. The study concludes that the elements of the criminal offense under Article 369 of the Indonesian Criminal Code (KUHP) have been fulfilled, as the perpetrator used threats to unlawfully obtain personal gain. The offender may be subject to criminal sanctions, and ethical sanctions do not eliminate criminal liability. However, the enforcement of criminal punishment remains weak due to a lack of transparency and oversight. The author recommends that legal action against Polri members be balanced between criminal and ethical proceedings, and supported by independent supervision to safeguard institutional integrity. Abstrak. Tugas dan kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) sebagai penegak hukum membawa konsekuensi penting terhadap akuntabilitas dan integritas dalam menjalankan fungsinya di tengah masyarakat. Akan tetapi, dalam praktiknya tidak jarang ditemukan adanya penyalahgunaan kekuasaan oleh anggota Polri yang justru bertentangan dengan prinsip penegakan hukum yang berkeadilan seperti kasus pemerasan yang diduga dilakukan oleh anggota Polri terhadap penonton Djakarta Warehouse Project (DWP). Peristiwa ini tidak hanya merugikan korban secara materiil, tetapi juga merusak citra dan kepercayaan terhadap institusi Polri. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif melalui yuridis normatif. Data dikumpulkan melalui studi kepustakaan dengan menelaah peraturan perundang-undangan yang relevan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa unsur tindak pidana dalam Pasal 369 KUHP telah terpenuhi, karena pelaku menggunakan ancaman untuk memperoleh keuntungan secara melawan hukum. Pelaku dapat dikenai sanksi pidana, dan sanksi etik tidak menghapus pertanggungjawaban tersebut. Namun, pelaksanaan hukuman pidana masih lemah akibat kurangnya transparansi dan pengawasan. Penulis merekomendasikan agar penegakan hukum terhadap anggota Polri dilakukan secara seimbang antara pidana dan etik, serta didukung oleh pengawasan independen guna menjaga integritas institusi.