Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Difficulty in Diagnosing Peritoneal Fluid Cytology in Ovarian Yolk Sac Tumor Cases Haris Pemuda; Yenita Yenita; Pamelia Mayorita; Yessy Setiawati; Syamel Muhammad
Andalas Obstetrics And Gynecology Journal Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/aoj.5.2.278-286.2021

Abstract

Objective : This article objective is to describe cytology diagnosis difficulties of yolk sac tumors of the ovary.Method : Case reports and literature review.Case : The author reports the case of a 24 year old woman who complained of an enlarged stomach. Serum AFP increased to 16,519.7 U/mL. Ultrasound examination revealed solid and irregular mass of ovarian, so the conclusion was suspect ovarian carcinoma. Conclusion of CT scan examination was a solid ovarian tumor. The working diagnosis was suspect ovarian carcinoma. Optimal debulking was performed, accompanied by taking a sample from the peritoneal rinse fluid. Microscopic examination of peritoneal fluid showed the distribution and group of cells with pleomorphic nuclei, partly hyperchromatic, partly vesicular with coarse chromatin and prominent nucleoli. There were also cells with polygonal nuclei, small nuclei, basophilic and vacuole cytoplasm with a mucoid background. These cells formed a solid arrangement. Conclusion from these features was carcinoma metastases to the peritoneal fluid. Microscopic examination from tumor tissue sample showed an ovarian yolk sac tumor appearance.Conclusion : Cytologic examination of peritoneal fluid in cases of ovarian yolk sac tumor is quite difficult to determine the diagnosis. This is due to the microscopic appearance of tumor cells which often looks like a carcinoma and limited literature about this tumors in the peritoneal fluid.Keywords: Yolk sac tumor, ovary, 
Profil Klinikopatologi Karsinoma Sel Skuamosa Kepala dan Leher di Padang Zulda Musyarifah; Yenita Yenita
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 9, No 2 (2020): Online June 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v9i2.1269

Abstract

Kanker kepala dan leher berada diurutan ke tujuh dari seluruh kanker yang paling sering ditemukan di dunia.  Karsinoma Sel Skuamosa (KSS) berasal dari berbagai subsite di daerah kepala dan leher serta merupakan kanker terbanyak yang ditemukan pada daerah kepala dan leher. Tujuan: Mengetahui profil klinikopatologi KSS kepala dan leher berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin, lokasi tumor, stadium, derajat diferensiasi dan Invasi Perineural (IPN).Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif terhadap 133 kasus KSS kepala dan leher di RSUP Dr M Djamil Padang periode 2016 sampai 2018. Sampel diperoleh dari blok parafin yang berasal dari jaringan hasil biopsi kemudian dilakukan reevaluasi terhadap derajat histopatologi dan IPN berdasarkan klasifikasi The World Health Organization (WHO). Hasil: Kasus KSS kepala dan leher pada penelitian ditemukan pada usia 51-60 tahun (30%), dengan lokasi hipofaring dan laring (50,4%), laki-laki (71,4%), stadium IV (64%), sebagian besar dengan KSS berdiferensiasi baik (42,8%) dan IPN hanya ditemukan sebanyak 10,5% kasus. Simpulan: Profil klinikopatologi KSS kepala dan leher di RSUP Dr. M. Djamil Padang sebagian besar didapatkan pada usia dekade ke-5, lokasi di hipofaring dan laring, laki-laki, sebagian besar pada stadium lanjut, derajat histopatologi baik dan sebagian kecil mengandung IPN.  Invasi perineural ditemukan terbanyak pada stadium lanjut, derajat diferensiasi sedang dan lokasi terbanyak pada lokasi hipofaring dan laring.Kata kunci: karsinoma sel skuamosa, kepala dan leher, klinikopatologi
Hubungan Ekspresi Protein 16 (p16) dengan Derajat Histopatologik dan Invasi Perineural pada Karsinoma Sel Skuamosa Kepala dan Leher Zulda Musyarifah; Salmiah Agus; Yenita Yenita; Hardisman Hardisman
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 9, No 3 (2020): Online September 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v9i3.1281

Abstract

Protein 16 (p16) merupakan salah satu protein supresor tumor yang memiliki peran dalam patogenesis Karsinoma Sel Skuamosa (KSS) kepala dan leher. Peran protein ini berbeda sesuai dengan faktor risiko paparan karsinogen dan memiliki implikasi terhadap faktor prognostik patologik. Tujuan: Menentukan hubungan protein 16 dengan derajat histopatologik dan Invasi Perineural (IPN) pada KSS kepala dan leher. Metode: Penelitian ini merupakan cross-sectional study dengan sampel sebanyak 60 kasus KSS kepala dan leher yang telah didiagnosis di Laboratorium Patologi Anatomik RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Januari 2016 sampai Desember 2018. Sampel diperoleh secara simple random sampling dari blok parafin yang berasal dari jaringan tumor. Dilakukan penilaian ulang pada slaid histopatologik untuk menilai derajat histopatologik dan invasi perineural. Ekspresi p16 pada sel tumor dilihat dengan pulasan imunohistokimia. Korelasi dilakukan analisis statistik bivariat menggunakan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan p<0,05. Hasil: Ekspresi p16 positif didapatkan pada 24 kasus (40%) dengan kasus terbanyak pada KSS kepala dan leher derajat tinggi, sedangkan pada 36 kasus (60%) tidak terdapat ekspresi p16. Ekspresi p16 positif memiliki hubungan yang bermakna dengan derajat histopatologik (p = 0,002) namun tidak terdapat hubungan antara ekspresi p16 dengan IPN (p = 1,000). Simpulan: Ekspresi p16 positif berhubungan dengan derajat histopatologik tumor yang lebih tinggi namun p16 tidak tidak berhubungan dengan kejadian invasi perineural pada KSS kepala dan leher.Kata kunci: derajat histopatologik, ekspresi p16, invasi perineural, KSS kepala dan leher
Jenis-Jenis Jamur pada Pembusukan Buah Kakao (Theobroma cacao, L.) di Sumatera Barat Yenita Afriyeni; Nasril Nasir; - Jumjunidang
Jurnal Biologi Universitas Andalas Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jbioua.2.2.%p.2013

Abstract

Currently, cacao (Theobroma cacao, L.) farm is being developed in West Sumatra as one of the most potential estate crops. Less than 10 years, the crop had been developed up to 110,000 ha whereas it was only 25,000 ha in 2005. However there is none of the crops free from disease of immature fruit decay. The aim of this study was to identify the fungus which were collected on decay fruits of cocoa. Samples were collected from lowland and highland farms in West Sumatera by purposive sampling method. Fungus found on the decay fruit of cocoa in the lowland were Phytophthora palmivora, Fusarium sp and Aspergillus niger, while in highland were P. palmivora, Fusarium sp and Gloeosporium.Keywords: cacao, fungus identification, decay fruit.
Gambaran Histopatologi Ginjal Mencit (Mus musculus Balb/C) yang Diinfeksi dengan Plasmodium berghei Miftah Ar Rahmah; Adrial Adrial; Yenita Yenita
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 2 No 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2311.849 KB) | DOI: 10.25077/jikesi.v2i1.301

Abstract

Background: P. berghei is a parasite that causes malaria in small rodents. This parasite is analogous to P. falciparum which causes severe malaria in humans with the highest risk of death compared to 4 other plasmodium species. Complications of falciparum malaria in renal microcirculation is AKI (Acute Kidney Injury). AKI is preceded by the incidence of ATN (Acute Tubular Necrosis) and MPGN (Mesangioproliferative Glomerulonephritis) with ATN being the highest prevalence. Objective: This study aims to determine the histopathological appearance of renal tubules of white mice Mus musculus Balb/C which are infected with P. berghei. Methods: Descriptive analysis method with quantitative approach is used in this study. The study was conducted at the Anatomical Pathology Laboratory of the Faculty of Medicine, Andalas University. The study was conducted since February to October 2020. The sample size was determined by the Federer formula (2008). Results: Percentage of renal tubular cell damage which were 8.42% for the control group, 4.52% for the pellet extract group, and 2.74% for supernatant extract group. Conclusion: The study concluded that highest percentage of kidney tubular cell damage was found in the kidney of mice immunization with the control group, and the lowest percentage of kidney tubular cell damage was found in the kidney of mice immunization with supernatant extract.
Pengaruh Pemberian Human Bone Marrow Mesenchymal Stem Cell Terhadap Gambaran Mikroskopis Jaringan Adneksa Pada Kulit Tikus Luka Bakar Diabetes Melitus Jella Wisesa; Gusti Revilla; Yenita Yenita
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 3 No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v3i2.822

Abstract

Latar Belakang: Luka bakar pada kulit dapat mempengaruhi integritas kulit sesuai kerusakan yang terjadi, yaitu hilang atau tidaknya jaringan adneksa sebagai organ sensorik dan termoregulasi, sehingga menjadi salah satu parameter penyembuhan kulit. Kondisi diabetes melitus mengganggu proses penyembuhan luka melalui peningkatan stres oksidatif yang menyebabkan penurunan fungsi endotel sehingga memperpanjang fase inflamasi dan menghambat proliferasi. Human bone marrow mesenchymal stem cell (hBM-MSC) dapat mempercepat penyembuhan kulit dan pertumbuhan jaringan adneksa. Objektif: Mengetahui pengaruh hBM-MSC terhadap gambaran mikroskopis jaringan adneksa pada kulit tikus luka bakar diabetes melitus Metode: Penelitian ini menggunakan hewan percobaan yang diinduksi aloksan untuk menginduksi kerusakan sel-β pankreas, dibuat luka bakar dengan ketebalan penuh dengan plate yang dipanaskan. Penelitian eksperimental ini menggunakan 30 hewan coba yang dibagi menjadi 2 kelompok (Kontrol dan perlakuan) dan distratifikasi berdasarkan hari ke-3, ke-7, dan ke-14 yang terdiri dari 5 tikus per hari. Kelompok kontrol diberikan NaCl fisiologis, sedangkan perlakuan diberikan hBM-MSC. Hasil: Hasil yang didapatkan adalah terjadi peningkatan jumlah total pertumbuhan jaringan adneksa kulit setelah diberikan hBM-MSC, tetapi tidak terlalu berpengaruh pada rata-rata diameter. Analisis uji Two-Way ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna untuk jumlah total dan rata-rata diameter pertumbuhan jaringan adneksa kulit dengan p berturut-turut 0.621 dan 0.427 (p > 0.05). Kesimpulan: Kesimpulan yang didapat adalah hBM-MSC dapat memengaruhi pertumbuhan jaringan adneksa pada kulit tikus luka bakar diabetes mellitus, tetapi secara statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Kata kunci: Diabetes melitus, human bone marrow mesenchymal stem cell (hBM-MSC), jaringan adneksa kulit, luka bakar.
Perbedaan Kadar Bilirubin Serum antara Kelompok Patologi Neoplasma dan Non-neoplasma pada Ikterus Obstruktif Ilma Fitri Sakina; Avit Suchitra; Yenita Yenita
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 3 No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v3i2.951

Abstract

Latar Belakang: Ikterus obstruktif merupakan kondisi dari adanya kelainan yang menyebabkan obstruksi pada sistem bilier. Salah satu pemeriksaan awal dan rutin yang dilakukan untuk membedakan kelainan yang menyebabkan ikterus adalah pemeriksaan kadar bilirubin serum. Objektif: Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar bilirubin serum antara kelompok patologi neoplasma dan non-neoplasma pada pasien dengan ikterus obstruktif. Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross-sectional menggunakan data rekam medis pasien ikterus obstruktif ekstrahepatik yang ditatalaksana di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada Januari 2019 – Desember 2021 dengan jumlah sampel pada penelitian ini adalah 21 sampel untuk masing-masing kelompok. Analisis data dilakukan dengan uji Mann-whitney. Hasil: Perempuan (54,8%) lebih banyak dan kelompok usia terbanyak adalah 56 – 65 tahun (38,1%). Kelainan terbanyak adalah tumor di pankreas pada kelompok neoplasma (57,1%) dan koledokolitiasis (85,7%) pada kelompok non-neoplasma. Rerata kadar bilirubin kelompok neoplasma adalah 14,6 ± 8,99 mg/dL dan kelompok non-neoplasma adalah 8,14 ± 8,82 mg/dL dengan nilai p=0,015. Kesimpulan: terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar bilirubin serum kelompok neoplasma dan non-neoplasma pada pasien dengan ikterus obstruktif di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Kata kunci: bilirubin, neoplasma, non-neoplasma, ikterus obstruktif
Teknik Pewarnaan dan Diagnosis Sputum pada Kanker Paru Sonny Hardian; Yenita Yenita; Pamelia Mayorita
Health and Medical Journal Vol 5, No 2 (2023): HEME May 2023
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33854/heme.v5i2.1259

Abstract

Kanker paru merupakan penyebab kematian yang paling umum di seluruh dunia. Deteksi awal untuk kanker paru bisa menggunakan teknik pemeriksaan sitoligi sputum. Teknik sitologi sputum menggunakan pewarnaan Papanicolaou dan May Grunwald Giemsa. Kedua teknik pewarnaan ini memiliki kelebihannya masing – masing dalam mendiagnosis kanker paru. Beberapa jenis kanker paru yang sering bisa dinilai dari sampel sputum adalah squamous cell carcinoma, adenocarcinoma, dan small cell carcinoma. Kanker paru jenis large cell carcinoma tidak adekuat untuk dinilai dari sampel sputum.
Transformasi Teratoma Matur Mediastinum Menjadi Mucinous Adenocarcinoma Disertai Sitologi Sikatan Bronkus Positif Nana Liana; Yenita Yenita
Health and Medical Journal Vol 5, No 2 (2023): HEME May 2023
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33854/heme.v5i2.1281

Abstract

Pendahuluan: Teratoma matur adalah germ cell tumor yang paling banyak ditemukan di mediastinum yaitu 50-70%. Namun kejadian transformasi keganasan non germ cell masih sangat jarang hanya sekitar 6% dari germ cell tumor. Laporan Kasus: Kami melaporkan kasus pasien perempuan usia 43 tahun datang dengan keluhan sesak nafas dan massa kistik multilokular di mediastinum anterior. Pasien menjalani tindakan torakotomi eksplorasi dan eksisi tumor dengan diagnosis histopatologi teratoma matur. Sepuluh bulan setelah operasi pasien datang dengan benjolan baru di suprasternum. Biopsi massa di suprasternum menunjukkan metastasis mucinous carcinoma. Pemeriksaan CT-Scan toraks tampak adanya pulmoner metastase dari tumor mediastinum anterior (residif). Pada sitologi sikatan bronkus juga ditemukan metastase mucinous adenocarcinoma. Setelah dilakukan review pada sediaan awal ditemukan fokus mucinous adenocarcinoma dalam teratoma matur mediastinum dan radang granulomatosa ekstensif yang menandakan ruptur kista. Kesimpulan: Teratoma matur dapat mengalami transformasi keganasan dari komponen non germ cell. Untuk mengetahui asal komponen mucinous adenocarcinoma dibutuhkan pemeriksaan imunohistokimia CK7, CK20 dan TTF1. Pada kasus ini didapatkan CK7 positif, CK 20 negatif dan TTF1 negatif, sehingga disimpulkan komponen mucinous adenocarcinoma berasal dari teratoma matur di mediastinum yang mengalami transformasi keganasan
Hubungan Nilai Gleason Score dan Grade Groups dengan Ekspresi Fibroblast Activation Protein di Stroma Tumor pada Adenokarsinoma Prostat Sonny Hardian; Yenita Yenita; Henny Mulyani; Aswiyanti Asri; Etriyel MYH; Husna Yetti
Health and Medical Journal Vol 6, No 2 (2024): HEME May 2024
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33854/heme.v6i2.1483

Abstract

Latar Belakang: Gleason score dan grade groups (GrGp) digunakan sebagai nilai prognostik adenokarsinoma prostat. Namun, lingkungan mikro tumor yang didominasi oleh cancer – associated fibroblast (CAF) juga memiliki peranan dalam progresivitas perkembangan kanker dan kejadian metastasis. Terdapat heterogenitas CAF berdasarkan sel asalnya, dan 90% dari CAF bisa dideteksi menggunakan biomarka fibroblast activation protein (FAP). Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan nilai Gleason score dan GrGp dengan ekspresi FAP sebagai biomarka CAF di stroma tumor pada adenokarsinoma prostat. Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional study. Dilakukan review slide HE dan pulasan IHK dengan antibodi anti-FAP pada 33 sampel blok parafin adenokarsinoma prostat yang berasal dari prostatektomi atau TURP. Hasil pulasan IHK dinilai menggunakan imunnoreactive score (IRS) dengan hasil positif dan negatif. Gleason score dan GrGp dikelompokkan menjadi low grade dan high grade. Analisis data dilakukan dengan Chi-square test dan nilai p <0,05 dianggap bermakna secara stastistik. Hasil: Ekspresi FAP positif ditemukan pada 18 kasus (54,5%) dari 33 sampel yang diperiksa, dengan rincian 50% kasus dikelompok low grade Gleason score dan 54,8% pada high grade Gleason score (p = 1.000). Pada kelompok low GrGp ditemukan 33,3% dan 59,3% pada high GrGp (p = 0,375). Secara statistik tidak didapatkan hubungan bermakna antara nilai Gleason score dan GrGp dengan ekspresi FAP di stroma tumor adenokarsinoma prostat. Kesimpulan: Penelitian ini mendapatkan ekspresi FAP positif dan negatif pada setiap kelompok Gleason score dan GrGp. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya heterogenitas dari CAF. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai heterogenitas dari CAF yang berperan dalam adenokarsinoma prostat untuk menggali potensi faktor prognostik dan strategi terapi di masa depan.